Tulisan ini terinsipirasi dari note salah seorang teman di facebook
Dalam majalah Auditoria keluaran Inspektorat Jenderal Depkeu terbaru, ada kumpulan kisah-kisah inspiratif. Salah satunya berjudul “Temukan Cinta Anda”
Di sana ada kalimat seperti ini,” Jika Anda tak mencintai pekerjaan Anda, maka cintailah orang-orang yang bekerja di sana. Rasakan kegembiraan dari pertemanan itu. Dan, pekerjaan pun jadi menggembirakan. Jika Anda tak bisa mencintai rekan-rekan kerja Anda, maka cintailah suasana dan gedung kantor Anda. Ini mendorong Anda untuk bergairah berangkat kerja dan melakukan tugas-tugas dengan lebih baik lagi. Bila toh Anda juga tidak bisa melakukannya, cintai setiap pengalaman pulang pergi dari dan ke tempat kerja Anda. Perjalanan yang menyenangkan menjadikan tujuan tampak menyenangkan juga. Namun, bila Anda tak menemukan kesenangan di sana, maka cintai apapun yang bisa Anda cintai dari kerja Anda: tanaman penghias meja, cicak di atas dinding, atau gumpalan awan dari balik jendela”
Kata-kata di atas menyadarkan saya, bahwa di balik semua perasaan terpaksa karena waktu yang saya habiskan di kantor, rasa lelah yang saya rasakan setiap hari, ataupun materi pekerjaan yang kadang membuat saya merasa tidak puas, ada banyak hal yang bisa saya cintai dari apa yang saya lakukan sekarang ini.
Mari kita lihat:
Yang pertama
Banyak orang yang kesulitan mencari pekerjaan di luar sana. Mulai dari lulusan SD sampai para sarjana lulusan universitas ternama. Mereka berlomba-lomba, melamar sana-sini, ikut berjubel di antrian bersama ribuan orang lainnya yang juga ingin mendapatkan pekerjaan, mengikuti serangkaian tes demi menghapus gelar pengangguran, tak kenal lelah, tak kenal putus asa, demikian gigih berjuang. Sementara saya. Apa yang saya lakukan kemarin? Tak ada. Hanya ongkang-ongkang kaki di rumah. Bermalas-malasan menggemukkan diri, sebelum akhirnya dipanggil untuk penempatan.
Saya lulus langsung kerja. Betapa mudahnya, betapa enaknya. Saya mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lebih dari cukup untuk membiayai diri sendiri. Saya ditempatkan di tempat yang nyaman. Jakarta tidak jauh dari kampung saya di Purbalingga, dan di sini sangat kecil kemungkinan saya akan dimutasi ke daerah lain. Alhamdulillah wa syukurillah.. Terima kasih ya Allah atas semua kemudahan yang Kau berikan ini.
Yang kedua, coba saya lihat, apa lagi yang bisa saya cintai dari kegiatan saya sehari-hari.
Perjalanan pulang-pergi kos-kantor. Setiap pagi, saya dan dua orang teman saya berangkat ‘sedikit’ tergesa pada jam 7 pagi (atau mungkin, hanya saya yang tergesa, karena dalam waktu 15 menit pun kami sudah bisa sampai kantor). Perjalanan dimulai dari gerbang depan kos. Persis menghadap gerbang kos kami pintu rumah Ibu Ketua RT. Salah satu penghuni di sana adalah seorang balita perempuan kecil berusia sekitar 1 tahunan, cucu Ibu RT. Kadang, jika kami beruntung, kami akan mendapati dia di depan pintu rumahnya, merangkak sambil disuapi makan. Dan begitu kami membuka gerbang, mata besarnya akan mengikuti kami, sambil dia mengeluarkan ocehan, “Eeeh…” menyapa kami. Lucu sekali.
Lalu saya dan teman-teman akan menyeberang jalan besar, di mana kendaraan melaju dengan kecepatan kencang di pagi hari. Dan ini adalah tantangan tersendiri, khususnya untuk saya. Jembatan penyeberangan jauh, dan kami harus menyeberang di lampu merah, menyusuri jalan busway, sambil sesekali harus minggir kalau-kalau ada bis trans lewat. Teman saya pernah hampir terserempet motor saat menyeberang. Motor memang lebih menyusahkan dibandingkan mobil. Mereka bisa menyelip-nyelip sehingga susah diprediksi arahnya kalau menyeberang. Saat itu, teman saya ragu-ragu antara maju atau mundur. Untung saya masih sempat menarik tangannya beberapa detik sebelum motor berkecepatan tinggi itu melaju di belakang tubuh kami. Fiuuhh… Nyaris saja.
Yang ketiga
Sesampainya di kantor. Hal yang pertama-tama saya perhatikan adalah: ramai atau tidaknya halaman kantor. Kalau ada mobil berderet-deret dengan para satpam dan ajudan di depan kantor, atau ramai wartawan berkerumun di lobby, alamat saya bakal naik tangga, karena lift disediakan khusus untuk mereka yang penting. Dan saya akan tergesa-gesa setengah berlari, mengejar 1,25% gaji saya supaya tidak melayang (absen.red) . Bagaimanapun, walau hal ini lebih banyak menyebalkan untuk saya, saya cukup menikmatinya juga.
Yang keempat, yang paling saya sukai dari pekerjaan saya adalah, orang-orang yang membersamai saya (bahasa gue, haha). I just love them. Walaupun saya anak baru, walaupun mereka sering meledek saya (seringkali menganiaya saya), tapi hampir dapat dipastikan kalau saya akan merasa kesepian jika tidak ada orang-orang itu. Semuanya baik, semuanya menyenangkan, mulai dari yang seumuran sampai yang seusia bapak-ibu saya. Walaupun hampir semuanya ikut-ikutan meledek saya -_-“
Sebagai anak bungsu, saya merasa diperhatikan. Dan saya “rela” saja mereka meledek saya terus-terusan, bahkan kadang berantem dengan saya (saya pernah mendiamkan 2 orang seharian, supaya mereka jera terus-terusan menjadikan saya bulan-bulanan, tapi toh nyatanya mereka tidak kapok juga, hahaa..) Bagi saya, itu berarti mereka peduli dengan saya. Saya memilih bergaul dengan cara itu daripada saya kesepian di kantor :D
Yang kelima, saya pikir ada di perjalanan pulang. Saat turun lift dan menemui lobby kantor sepi. Saat berjalan di halaman kantor sambil memandang bulan separo di langit yang tenang. Saat duduk di angkot dan menikmati pemandangan di jalanan. Saat menunggu setengah jam sendirian di dalam angkot yang sedang ngetem. Hahaa…. Mana bisa saya dapatkan kalau bukan di sini?
See?
Ternyata saya menemukan banyak hal yang menarik yang bisa saya jadikan sebagai pembangkit semangat. Saya sadar, seringkali saya jenuh, bosan, kelelahan dengan semua ini. Sepertinya saya berpikir: bukan ini yang kuinginkan. Tapi, semangat itu memang harus terus-menerus diperbaharui bukan?? Kuncinya bagi saya hanya ada 2: syukur dan ikhlas. Dan ini adalah hidup saya. Jadi, saya harus melakukan yang terbaik di sini. Semangat!
Dalam majalah Auditoria keluaran Inspektorat Jenderal Depkeu terbaru, ada kumpulan kisah-kisah inspiratif. Salah satunya berjudul “Temukan Cinta Anda”
Di sana ada kalimat seperti ini,” Jika Anda tak mencintai pekerjaan Anda, maka cintailah orang-orang yang bekerja di sana. Rasakan kegembiraan dari pertemanan itu. Dan, pekerjaan pun jadi menggembirakan. Jika Anda tak bisa mencintai rekan-rekan kerja Anda, maka cintailah suasana dan gedung kantor Anda. Ini mendorong Anda untuk bergairah berangkat kerja dan melakukan tugas-tugas dengan lebih baik lagi. Bila toh Anda juga tidak bisa melakukannya, cintai setiap pengalaman pulang pergi dari dan ke tempat kerja Anda. Perjalanan yang menyenangkan menjadikan tujuan tampak menyenangkan juga. Namun, bila Anda tak menemukan kesenangan di sana, maka cintai apapun yang bisa Anda cintai dari kerja Anda: tanaman penghias meja, cicak di atas dinding, atau gumpalan awan dari balik jendela”
Kata-kata di atas menyadarkan saya, bahwa di balik semua perasaan terpaksa karena waktu yang saya habiskan di kantor, rasa lelah yang saya rasakan setiap hari, ataupun materi pekerjaan yang kadang membuat saya merasa tidak puas, ada banyak hal yang bisa saya cintai dari apa yang saya lakukan sekarang ini.
Mari kita lihat:
Yang pertama
Banyak orang yang kesulitan mencari pekerjaan di luar sana. Mulai dari lulusan SD sampai para sarjana lulusan universitas ternama. Mereka berlomba-lomba, melamar sana-sini, ikut berjubel di antrian bersama ribuan orang lainnya yang juga ingin mendapatkan pekerjaan, mengikuti serangkaian tes demi menghapus gelar pengangguran, tak kenal lelah, tak kenal putus asa, demikian gigih berjuang. Sementara saya. Apa yang saya lakukan kemarin? Tak ada. Hanya ongkang-ongkang kaki di rumah. Bermalas-malasan menggemukkan diri, sebelum akhirnya dipanggil untuk penempatan.
Saya lulus langsung kerja. Betapa mudahnya, betapa enaknya. Saya mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lebih dari cukup untuk membiayai diri sendiri. Saya ditempatkan di tempat yang nyaman. Jakarta tidak jauh dari kampung saya di Purbalingga, dan di sini sangat kecil kemungkinan saya akan dimutasi ke daerah lain. Alhamdulillah wa syukurillah.. Terima kasih ya Allah atas semua kemudahan yang Kau berikan ini.
Yang kedua, coba saya lihat, apa lagi yang bisa saya cintai dari kegiatan saya sehari-hari.
Perjalanan pulang-pergi kos-kantor. Setiap pagi, saya dan dua orang teman saya berangkat ‘sedikit’ tergesa pada jam 7 pagi (atau mungkin, hanya saya yang tergesa, karena dalam waktu 15 menit pun kami sudah bisa sampai kantor). Perjalanan dimulai dari gerbang depan kos. Persis menghadap gerbang kos kami pintu rumah Ibu Ketua RT. Salah satu penghuni di sana adalah seorang balita perempuan kecil berusia sekitar 1 tahunan, cucu Ibu RT. Kadang, jika kami beruntung, kami akan mendapati dia di depan pintu rumahnya, merangkak sambil disuapi makan. Dan begitu kami membuka gerbang, mata besarnya akan mengikuti kami, sambil dia mengeluarkan ocehan, “Eeeh…” menyapa kami. Lucu sekali.
Lalu saya dan teman-teman akan menyeberang jalan besar, di mana kendaraan melaju dengan kecepatan kencang di pagi hari. Dan ini adalah tantangan tersendiri, khususnya untuk saya. Jembatan penyeberangan jauh, dan kami harus menyeberang di lampu merah, menyusuri jalan busway, sambil sesekali harus minggir kalau-kalau ada bis trans lewat. Teman saya pernah hampir terserempet motor saat menyeberang. Motor memang lebih menyusahkan dibandingkan mobil. Mereka bisa menyelip-nyelip sehingga susah diprediksi arahnya kalau menyeberang. Saat itu, teman saya ragu-ragu antara maju atau mundur. Untung saya masih sempat menarik tangannya beberapa detik sebelum motor berkecepatan tinggi itu melaju di belakang tubuh kami. Fiuuhh… Nyaris saja.
Yang ketiga
Sesampainya di kantor. Hal yang pertama-tama saya perhatikan adalah: ramai atau tidaknya halaman kantor. Kalau ada mobil berderet-deret dengan para satpam dan ajudan di depan kantor, atau ramai wartawan berkerumun di lobby, alamat saya bakal naik tangga, karena lift disediakan khusus untuk mereka yang penting. Dan saya akan tergesa-gesa setengah berlari, mengejar 1,25% gaji saya supaya tidak melayang (absen.red) . Bagaimanapun, walau hal ini lebih banyak menyebalkan untuk saya, saya cukup menikmatinya juga.
Yang keempat, yang paling saya sukai dari pekerjaan saya adalah, orang-orang yang membersamai saya (bahasa gue, haha). I just love them. Walaupun saya anak baru, walaupun mereka sering meledek saya (seringkali menganiaya saya), tapi hampir dapat dipastikan kalau saya akan merasa kesepian jika tidak ada orang-orang itu. Semuanya baik, semuanya menyenangkan, mulai dari yang seumuran sampai yang seusia bapak-ibu saya. Walaupun hampir semuanya ikut-ikutan meledek saya -_-“
Sebagai anak bungsu, saya merasa diperhatikan. Dan saya “rela” saja mereka meledek saya terus-terusan, bahkan kadang berantem dengan saya (saya pernah mendiamkan 2 orang seharian, supaya mereka jera terus-terusan menjadikan saya bulan-bulanan, tapi toh nyatanya mereka tidak kapok juga, hahaa..) Bagi saya, itu berarti mereka peduli dengan saya. Saya memilih bergaul dengan cara itu daripada saya kesepian di kantor :D
Yang kelima, saya pikir ada di perjalanan pulang. Saat turun lift dan menemui lobby kantor sepi. Saat berjalan di halaman kantor sambil memandang bulan separo di langit yang tenang. Saat duduk di angkot dan menikmati pemandangan di jalanan. Saat menunggu setengah jam sendirian di dalam angkot yang sedang ngetem. Hahaa…. Mana bisa saya dapatkan kalau bukan di sini?

Ternyata saya menemukan banyak hal yang menarik yang bisa saya jadikan sebagai pembangkit semangat. Saya sadar, seringkali saya jenuh, bosan, kelelahan dengan semua ini. Sepertinya saya berpikir: bukan ini yang kuinginkan. Tapi, semangat itu memang harus terus-menerus diperbaharui bukan?? Kuncinya bagi saya hanya ada 2: syukur dan ikhlas. Dan ini adalah hidup saya. Jadi, saya harus melakukan yang terbaik di sini. Semangat!

NB: barusan saya menemukan lagi apa yang saya sukai dari pekerjaan ini ---> halaman kantor yang luaass dan hijau menyenangkan, dan intertnet kantor ^___^