Kamis, 14 Oktober 2010

(FF lagiiiiiii) Patah hati



Lelaki di hadapanku tak henti-hentinya tersenyum. Wajahnya sumringah. Sepanjang jalan pagi ini dia bersenandung tak henti. Aku yang melihatnya ikut merasa bahagia. Langit cinta sedang menaungi hatinya. Dan sekuntum mawar merah yang menjadi saksinya.

Tiba-tiba saja lelaki muda itu grogi. Salah tingkah. Keringat dingin. Aku ikut berdebar-debar melihatnya.

“ Mmm…. Rie..aku sayang kamu. Maukah kau menjadi kekasihku?”


Hening
.
.
.
.
.
.
.
.

“ Aku tak suka kamu!!”


Braakk!!!

Mawar itu dilemparnya ke tepi jalan. Lalu sang gadis pergi meninggalkan lelaki muda yang kini pias wajahnya, tak dapat menyembunyikan keterkejutan.

Dan aku sang mawar, ikut menangis di tepi rerumputan. Di kubangan, bekas hujan tadi malam....










*terinspirasi dari FFnya mbak laras (kalau tidak salah). Lagi nyari linknya



Rabu, 13 Oktober 2010

(Latihan bikin FF lagi) Cemburu

Latihannya gagaaaaallll
Nggak bisa memangkas kalimat, huhuu..
tapi, dibuang juga sayang
yasudahlah, dipublish aja sekalian

***






Aku memandangmu lekat-lekat. Suamiku sayang, suami paling tampan sedunia. Kubelai wajahmu. Kapan pertama kali kita bertemu ya, Ayah? Mm… sebelas tahun yang lalu. Saat pertama kali aku masuk kantor. Saat itu kita berkenalan. Saat itu juga aku begitu terkesan denganmu.

Kuusap alismu, kukecup keningmu. Kau tidak pernah berubah Ayah, masih tetap gagah seperti dulu. Aku ingat betapa dulu para gadis tergila-gila padamu. Tapi kenapa kau memilihku yang biasa-biasa saja ini untuk jadi pendampingmu?

Wajahmu begitu tenang.. tidurmu pulas sekali, Ayah. Apa kau mimpi indah di sana?


Aku masih membelai wajahmu. Tidak pernah ingin kebersamaan ini berlalu cepat-cepat.

“Ayaaah…. Hiks! Hiks!”

Aku melotot pada sosok mungil yang meringkuk di sudut kamar.

“Ssssstttt!! Diam sayang. Ayah sedang tidur! Jangan berisik!”

Ayah…. dulu kau sangat mencintaiku. Tiap hari aku dimanja, tiap hari aku disayang. Setiap hari, Ayah. Tapi kenapa kau berubah??? Apa aku sudah tidak cantik lagi?? Kenapa??

Aku mengkeret. Menjauh dari tubuh itu. Teringat bagaimana kemarin. Kau, yang sangat kusayang, tersenyum di depan pintu rumah kita kepada seorang wanita cantik. Siapa dia, ayah? Kenapa kau mengijinkan seorang wanita masuk ke rumah kita sementara aku tidak ada di rumah? Kenapa, sayangku??? Badanku bergetar hebat. Tanganku semakin kuat menancapkan pisau itu di dadamu. Darah semakin mengucur deras, membasahi seprai putih ini.

***

“ Ssst.. kasihan Ibu itu. Katanya, dia membunuh suaminya karena cemburu”

“ Masa sih? Ibu itu, yang cantik?”

“ Iya. Katanya sih, dia cemburu sama guru les anaknya sendiri. Anaknya tiba-tiba sakit di tempat les, lalu dianter pulang sama gurunya. Eh, Ibu itu ngira suaminya selingkuh sama sang guru tadi. Sang ayah dibunuh di depan anaknya.. dan sekarang, Ibunya jadi kayak gitu deh. Stress!”

“Kasihan ya? Ckckck”

Aku memandangi dua orang suster tadi dengan galak. Apa liat-liat???!! Naksir dengan suamiku juga??

Sayang suster-suster muda itu segera berlalu begitu melihatku memandang galak ke arah mereka. Hihii… rasainnn! Makanya, jangan naksir suami orang!! Iya kan sayang? Kataku sambil mengecup foto di pigura yang selama beberapa minggu ini tak pernah lepas dari genggamanku. Di sana suamiku tersayang terlihat tampan sekali.

Senin, 11 Oktober 2010

Pemanasan-Latihan Bikin FF (bukan untuk lomba)

Drrrtt….drrrttt..

Panggilan masuk dari Mas Irfan, suamiku

“Assalamualaikum…?”

“Walaikumsalam. Dek, kamu dimana?”

“Kantor Mas. Kenapa?”

“Kamu ke Rumah Sakit Pelita Harapan bisa? sekarang?”

Lututku lemas

“Kenapa Mas?”

“Ibu jatuh di kamar mandi. Sekarang ada di UGD. Ke rumah sakit ya sekarang?”

Klik. Telepon ditutup.



Aku berucap istighfar berulang kali. Kumasukkan barang-barangku ke dalam tas, lalu menghadap Pak Boss. Minta ijin pulang awal.



Di dalam taksi

Drrrrtt… Drrrttt….

1 message received dari mas Irfan

Smpe mn Dek? Mas udh mw nyampe

Br naik taksi mas



Aku setengah berlari menuju ruang gawat darurat. Tak sabar ingin melihat keadaan Ibu mertuaku. Ya Allah..semoga Ibu tidak apa-apa.

Di depan UGD, kulihat Bapak mertua dan dua saudara iparku berkumpul. Adik iparku tersedu begitu melihatku. Aku mendekati bapak.

Bagaimana kondisi Ibu, Pak?

Ibu nggak kenapa-napa Nak. Sudah agak baikan,” jawab Bapak sambil menghela napas panjang.

Syukurlah. Mas Irfan dimana Pak? Tadi katanya dia sudah hampir sampai,” tanyaku.

Bapak menatapku. Dua adik iparku semakin tersedu.


Nak, yang sabar ya…

aku memandang penuh rasa ingin tahu

Mas Irfan…mengalami kecelakaan di jalan.”

seluruh persendianku lemas

“Mobilnya ditabrak truk…

mataku berkunang-kunang

Sabar ya Nak….”

Dua adik iparku mendekapku, tangis mereka meledak.
Aku jatuh tak sadarkan diri


Rabu, 06 Oktober 2010

Andai ada pintu ke mana saja........




Mungkin aku sudah menuju ke tempat kau sekarang berada...







*tulisan iseng.ditulis karena tergelitik melihat gambar di atas :p

GREAT decision, GREAT thinking



Hal pertama yang sangat ingin saya lakukan di kantor pagi ini adalah menulis. Oleh karena itu, setiba di meja, dan setelah menyelesaikan sisa pekerjaan kemarin sore-sementara orang-orang baru mulai berdatangan ke kantor-saya segera duduk manis di depan komputer.

Berawal dari pertanyaan suami tadi malam: “Kita, sampai kapan ya tinggal di Jakarta?”

Saya hanya menoleh dan menampilkan wajah ingin tau. Dia kembali berbicara, Kamu nggak bisa pindah ya?”

“Bisa. Tapi, nggak tau deh,” kata saya penuh ketidakyakinan. “Mungkin, sepuluh tahun lagi?” saya berkata lagi sambil menoleh ke arahnya.

“Bosen. Jakarta macet banget,” katanya sambil menghembuskan napas. Dan perbincangan kami mengenai Jakarta pun berakhir.

Ternyata, tadi pagi sebelum berangkat ke kantor, suami saya melanjutkan pembicaraan mengenai hal itu lagi.

“ Kemarin itu, dapat tawaran buat pindah ke Semarang,” katanya.
“ Oooh… terus?” tanya saya.
“ Sebenernya, kalau di swasta, tawaran pindah ke daerah itu kesempatan emas.”
Suami saya memang bukan PNS. Dia pegawai salah satu bank swasta dan bekerja di kantor pusat.
“ Itu kesempatan untuk masuk ke level manajerial.”
Dulu, sebelum menikah, suami saya pernah mendapat tawaran untuk pindah ke Bogor. Tapi dia menolaknya karena rencana pernikahan itu. Dan kemarin, dia mendapat tawaran lagi. Pindah ke Semarang. Saya hanya diam. Sungguhpun, saya tidak berniat menghalang-halangi kalau dia ingin mengejar karirnya.

“ Tapi ini yang terbaik dari Allah ya?” katanya. “Lagian, aku kan masih kuliah. Sayang, masak ditinggal begitu aja. Trus, kalau kamu nanti ditinggal, bisa-bisa nangis terus.” Saya hanya memonyongkan bibir.

“ Mungkin, nanti bisa dipertimbangkan lagi ya, kalau udah selesai kuliahnya?” katanya lagi.

“ Iya,” jawab saya sambil tersenyum.

Suami saya, insya Allah, kalau lancar dan tidak ada halangan, lulus pertengahan tahun depan. Mau tidak mau, saya berpikir. Andai dia memang berniat pindah, lantas apa yang akan saya lakukan?

Pertama, saya bisa keluar (???) dari PNS-yang mungkin baru saja saya dapatkan SKnya pada saat itu-dan mengikutinya pindah. Mungkin saya bisa melanjutkan kuliah saya sementara dia bekerja. Lalu setelah lulus, saya bisa melamar pekerjaan lagi di suatu tempat entah dimana. Tapi, hei? Tidakkah saya sayang? Saya keluar dari pekerjaan  ini begitu saja, sementara beribu-ribu orang berlomba-lomba mendapatkan apa yang saya dapat sekarang?

Atau, yang kedua, saya tetap tinggal di Jakarta, sementara suami tinggal di daerah. Long Distance Marriage?? Saya miris membayangkannya. Ditinggal pergi ke Jogja (mulai hari ini) selama lima hari saja membuat saya hampir mewek tadi pagi (lebay yah??). Apalagi hubungan jarak jauh?

Opsi yang ketiga adalah pindah instansi. Dan ini yang paling menenangkan di antara semua pilihan sebelumnya. Tapi, bisakah? Dan kalaupun bisa, tidakkah memakan waktu yang lama dengan prosedur yang berbelit-belit??

Dan entah kenapa, walaupun itu hanya perbincangan sekilas sebelum memulai aktivitas, saya terus-menerus memikirkannya. Bagaimana kalau benar-benar pindah? Pasti akan jadi hal yang sangat mengharukan kalau tiba saatnya saya berpisah dengan teman-teman kantor. Ah, saya benci perpisahan. Apalagi saya mulai mencintai tempat ini.

Setidaknya, saya masih punya cukup waktu untuk memikirkannya lagi. Dan semoga, kalau saat itu benar-benar datang, saya bisa memberikan keputusan terbaik.



*gambar dari sini

Selasa, 05 Oktober 2010

Puisi Rindu (bukan untuk lomba :p)



Kukata rindu
..

Seperti sebaris sempurna lengkung pelangi
Yang sabar menanti hujan di penghujung hari
Sehingga kau merona, menyemburat merah di pipi

Kukata rindu..

Seperti bilah-bilah cahaya mentari
Yang jatuh berderap-derap di balik jendela tiap pagi
Sehingga kau tersenyum cerah menyongsong mimpi

Kukata rindu..

Mungkin juga seperti rintik hujan yang turun menyapa bumi
Memercik, mengalir
Membuat kau tersedu di sudut sepi


Kukata rindu..
Walau diam tak bersuara

Kukata rindu ..
Walau hening tak bicara

Kukata rindu..
Walau tiada rasa bermuara

dan…
 
Lirih syahdu
Meranggas membisu, sampai lidah ini kelu
Kukata rindu..








































Mungkinkah kau tau?

 


...

Senin, 04 Oktober 2010

Tips Istri Agar Menjadi Pusat Perhatian Suami

*tak sengaja waktu buka-buka fb, kepentok judul note yang menarik.setelah ditelusur, sampailah pada artikel di bawah ini.silakan menikmati.semoga bermanfaat :)
  





Seorang psikoterapis Doris Helmering menuturkan, “Wanita biasanya memiliki teman wanita yang akrab. Teman terdekat laki-laki umumnya adalah istrinya. Ini berarti, relasi harmonis dalam kehidupan rumah tangga sangat penting bagi laki-laki.”

Suatu hal yang telah cukup dikenal –baik dari sisi sosiologi maupun psikologi— semakin bertambah kedekatan seorang istri dengan suaminya, maka kebahagiaan keduanya akan semakin bertambah. Disebutkan bahwa, menurut para suami, faktor kebahagiaan rumah tangga adalah istri yang menjadi pendamping terbaik bagi mereka.

Dalam bukunya Menyelami Hati Wanita, Abdul Mun’im Qindil menyatakan bahwa untuk menjadi pendamping terbaik bagi suami, berarti istri harus berusaha menjadi pusat perhatian suaminya, dengan senyum manis senantiasa terkembang, pandangannya hangat penuh cinta dan tutur kata lembut penuh kemanjaan.

Dia harus selalu berusaha menjadi seorang bidadari di rumahnya. Tubuhnya harum mewangi, wajahnya cerah, perilakunya lembut, dan tutur katanya mendatangkan kedamaian di hati, sehingga suami benar-benar merasa bahwa rumahnya adalah surga yang penuh kenikmatan dan kesenangan.

Dia bagaikan bunga yang segar dan menyejukkan mata. Hatinya bening sebening mata air pegunungan. Senyumannya manis semanis telaga madu. Wajahnya terang secerah bulan purnama. Jika suaminya sakit, dia menjadi dokter pribadinya yang senantiasa setia menemaninya. Jika dunia gelap di matanya, dia menjadi pelita yang siap menerangi jalannya. Jika suami kehausan, dia menjadi pelepas dahaga yang menyejukkan. Pokoknya, apa pun yang dilakukannya selalu menebarkan pesona di mata suaminya. Kelemahlembutannya dalam memperlakukan suaminya sama dengan perlakuannya terhadap teman-teman dekatnya, penuh keakraban dan senda gurau.

    …Untuk menjadi pendamping terbaik bagi suami, istri harus berusaha menjadi pusat perhatian suaminya. Dia harus selalu berusaha menjadi seorang bidadari di rumahnya…

Jadi, bagaimanakah caranya agar Anda menjadi pendamping terbaik suami? Di bawah ini adalah beberapa tips penting agar Anda bisa menjadi pusat perhatian suami, sebagaimana dinyatakan Muhammad Kamil Abdul Shamad dalam bukunya Haqa`iq Taghfulu ‘Anha Az-Zaujat:

1.  MENJAGA PERASAAN SUAMI

Peduli terhadap kebahagiaan suami dan mampu memperlihatkan serta menghormati cintanya merupakan fondasi keharmonisan sejati. Psikolog Marlin Roman menyatakan, “Manusia menyenangi orang yang bisa menjadikannya senang. Inilah yang harus diperhatikan dalam pendidikan dan pelatihan.”

Ketika Anda merasa tidak nyaman dan membenci teman Anda, maka Anda bisa saja menghentikan interaksi dengannya, sampai rasa benci itu hilang. Namun dengan suami, Anda tidak bisa menghentikan interaksi Anda dengannya. Sebesar apa pun kebencian Anda kepada suami, hanya karena dia mengabaikan beberapa hal yang sepele, maka Anda harus tetap berada di sisinya. Anda harus bersamanya ketika makan, bersenda-gurau dengannya, dan lain sebagainya.

2.  BERSABARLAH

Keberadaan Anda sebagai partner suami menuntut Anda untuk bersabar dalam segala hal. Rasulullah bersabda, “Orang muslim jika dia bergaul dengan manusia dan bersabar atas gangguannya, maka dia lebih baik daripada orang muslim yang tidak mau bergaul dengan manusia dan tidak bersabar atas gangguannya.” (HR. At-Tirmidzi: 2431, dishahihkan oleh Al-Albani. Lihat: Shahih Al-Jami’: 6651)

Ada sebuah kisah menarik tentang hal ini.

Pada zaman Khalifah Al-Manshur, salah seorang menterinya, Al-Ashma'i, melakukan perburuan. Karena terlalu asyik mengejar hewan buruan, dia terpisah dari kelompoknya dan tersesat di tengah padang sahara.

Ketika rasa haus mulai mencekiknya, di kejauhan dia melihat sebuah kemah. Terasing dan sendirian. Dia memacu kudanya ke arah sana dan mendapati seorang penghuni wanita muda dan jelita. Dia meminta air. Wanita itu berkata, “Ada air sedikit, tetapi aku persiapkan hanya untuk suamiku. Ada sisa minumanku. Kalau engkau mau, ambillah.”

Tiba-tiba wajah wanita itu tampak siaga. Dia memandang kepulan debu dari kejauhan. “Suamiku datang,” katanya. Wanita itu kemudian menyiapkan air minum dan kain pembersih. Lelaki yang datang itu lebih pas jika disebut “bekas manusia”. Seorang tua yang jelek dan menakutkan. Mulutnya tidak henti-hentinya menghardik istrinya. Tidak satu pun perkataan keluar dari mulut perempuan itu. Dia membersihkan kaki suaminya, menyerahkan minuman dengan khidmat, dan menuntunnya dengan mesra masuk ke kemah.

Sebelum pergi, Al-Ashma'i bertanya kepada wanita itu, “Engkau muda, cantik, dan setia. Kombinasi yang jarang sekali terjadi. Mengapa engkau korbankan dirimu untuk melayani lelaki tua yang berakhlak buruk?”

    …Rasulullah bersabda bahwa agama itu terdiri dari dua bagian: syukur dan sabar…

Jawaban wanita itu mengejutkan Al-Ashma'i. Perempuan tersebut berkata, “Rasulullah bersabda bahwa agama itu terdiri dari dua bagian: syukur dan sabar. Aku bersyukur karena Allah telah menganugerahkan kepadaku usia muda, kecantikan, dan perlindungan. Dia membimbingku untuk berakhlak baik. Aku telah melaksanakan setengah agamaku. Karena itu, aku ingin melengkapi agamaku dengan setengahnya lagi, yakni bersabar.”

3.  PELAJARI BAHASA SUAMI

Laki-laki akan tetap berbicara tentang dirinya saat menceritakan pekerjaannya. Berbeda dengan keyakinan yang membudaya, bahwa laki-laki bicara mengenai dirinya melalui obrolan mengenai pekerjaannya. Istri harus paham ketika suaminya bercerita tentang pekerjaannya, maka sebenarnya dia juga sedang berbicara mengenai masalah-masalah pribadi yang sangat dalam.

Suami, misalnya, pulang ke rumah sambil marah-marah karena pimpinannya di kantor kurang menghargai kerja keras yang dilakukannya. Penyebab yang sebenarnya dia bersikap seperti itu mungkin karena dia takut pekerjaannya belum optimal. Jika Anda langsung menimpalinya dengan menyaranka agar dia siap menghadapinya, bisa menimbulkan reaksi yang tidak Anda harapkan dari dia, yaitu dia malah tidak mau bicara.

Maka sebaiknya Anda tidak bersikap seperti itu, tetapi ciptakanlah suasana lembut yang membuatnya lebih siap untuk menceritakan permasalahannya itu. Artinya, yang perlu Anda lakukan adalah diam mendengarkan ucapannya penuh konsentrasi. Karena pilar pertama relasi adalah mau mendengarkan.

    …Islam telah menjadikan ketulusan seorang istri terhadap suaminya setara dengan jihad fi sabilillah dalam hal ganjarannya…

4.  JANGAN MENAMBAH MASALAH

Terkadang, ketika teman Anda menghadapi masalah, mungkin Anda bisa menghadirkan kelembutan dan rasa simpati. Dengan demikian Anda telah membantu mengurai benang kusut permasalahan yang dihadapinya. Namun, tatkala suami Anda berada dalam kesulitan, Anda justru berbuat kebodohan yang menambah dia gelisah dengan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang membebani, seperti: “Mengapa itu terjadi?”, “Apa yang akan engkau perbuat?”, dan lain sebagainya. Anda menyampaikan pertanyaan tersebut karena mengira cara itu adalah bentuk kepedulian kepada suami.

Namun sejatinya, dengan pertanyaan itu, Anda menuntut suami agar meyakinkan Anda bahwa segala sesuatu akan berjalan sesuai yang diinginkan. Hal ini menyebabkan dia menyesal telah memberi kepercayaan kepada Anda.

Suami selalu mengatakan, “Saya tidak suka menceritakan urusan pekerjaan kepada istri saya. Jika saya melakukannya, justru saya tidak dapat menuntaskan masalah yang saya hadapi.” Oleh karena itu, alangkah baiknya jika Anda mau menahan perasaan. Benar, cinta Anda begitu besar kepada suami, tetapi Anda gagal menjadi pendamping terbaiknya, karena cinta saja tidaklah cukup. Relasi harmonis sejati akan mendatangkan keintiman yang penuh dengan dinamika. Inilah yang membuat pernikahan menjadi sesuatu yang agung.

Istri muslimah yang shalehah hidup dengan suaminya sepenuh hati, sepenuh perasaan, sepenuh jiwa dan raganya. Perasaan dan pikirannya tidak pernah lepas dari pasangannya. Bukankah Islam telah menjadikan ketulusan seorang istri terhadap suaminya setara dengan jihad fi sabilillah dalam hal ganjarannya? Seorang istri bisa menadapatkan pahala ash-shiddiqin (orang-orang jujur dan tulus) jika selalu jujur dalam tindakan dan ucapannya. Dia juga bisa mendapatkan pahala al-abrar (ahli kebajikan) jika mampu memenuhi semua kewajiban terhadap suaminya. Dia juga bisa mendapatkan pahala asy-syuhada jika ia mampu melewati kesulitan dalam mengurus suami dan anak-anaknya.

    …Rumah tangga yang baik bukanlah yang dipenuhi dengan perabotan mewah dan modern. Tapi rumah tangga kebahagiaan yang mampu menyatukan banyak hati yang disinari cinta dan kasih sayang, keserasian, kesetian, dan ketulusan untuk hidup berbagi suka dan duka dalam segala suasana…

Wanita memiliki kemampuan luar biasa dalam menciptakan kehidupan yang baik. Jika dia memiliki impian untuk menyulap rumahnya menjadi kebun surga yang indah, pasti dia mampu melakukannya dengan sedikit biaya. Rumah tangga yang baik bukanlah rumah yang selalu dipenuhi dengan perabotan mewah dan modern. Tapi rumah kebahagiaan adalah yang mampu menyatukan banyak hati yang disinari cinta dan kasih sayang, keserasian, kesetian, dan ketulusan untuk hidup berbagi suka dan duka dalam segala suasana. Betapa besar perhatian Islam dalam urusan cinta! [ganna pryadha/voa-islam.com/dbs]



*artikel di atas dapat dilihat di sini

Sabtu, 02 Oktober 2010

Becak Jember

Becak di jember modelnya sedikit berbeda dengan becak di purbalingga. Lebih terbuka, dan tanpa penutup muka di bagian depan.
Jadi, kalau naik, rasanya pemandangan terbuka lebar di depan mata.

Semalam, seusai kondangan di tempat salah seorang saudari, saya dan suami hendak pulang ke penginapan. Menunggu angkot tak kunjung dtg. Menanti taksi tak ada yg lewat.

"Mau nggak, kalo naik becak?" tawar ayah sang mempelai.
Saya langsung pasang tampang sumringah.
"Dia tadi pas di jalan lihat becak juga katanya mau naik becak," kata suami sambil melihat saya yg kegirangan.

Asiiik!

Akhirnya, kami naik becak. Dg dandanan rapi jali ala orang mau kondangan, kami ketawa-ketiwi di atas becak.
Becak melaju di jalanan kota Jember menuju alun-alun. Dan saya terheran2. Kota ini sungguh amat sangat ramai sekali. Jalanan2, alun-alun. Padahal sdg tidak ada event apapun. Tapi orang2 seakan-akan tumplek blek di pusat kota. Ada yg olahraga, makan (semmmuuaa pusat jajanan ramai oleh manusia), nongkrong2 ga jelas, dan banyak juga yg pacaran (anak kecil boo, berderet dpinggir alun2 sambil slg berpeluk pinggang.hiiy)

Puas muterin alun2, kami pulang ke penginapan. Lagi2, naik becak lagi. Romantis euy! Haha.. ;)

Jumat, 01 Oktober 2010

Nasehat Ibunda






























Malam akhir pekan kemarin , sebelum pulang kembali ke Purbalingga setelah mengantarkan anak sulungnya memasuki kehidupan baru di Jakarta, saya dan Ibu sempat berbincang. Percakapan singkat antara Ibu dan anak.

Ibu: "Yang hati-hati ya di Jakarta.. Ibu ngeliat Jakarta ini kok... serem.. ish.."

Anaknda: "Serem kenapa?"

Ibu: "Glamour.."

Ananknda: "Maksudnya?"

Ibu: "Kalau liat mobil-mobil di jalanan itu lho.. Ya Allah..jalanan kok kayak gitu.."

Anaknda: (masih bingung) "Trus emang kenapa?"

Ibu: "Ya kayak gitu itu. Orang-orang di jalanan sibuk mengejar dunia.."

Ananknda: (diam)

Ibu: "Kayak kamu juga itu kemaren sama Mas Ut, sampe nggak sempet sholat. Sholatnya di pom bensin.." (hari sebelumnya kami memang sempat pergi ke rumah saudara)

Anaknda: (diam sambil mengangguk-angguk)

Ibu: "Hati-hati bener yaa?"

Anaknda: (mengangguk-angguk)


Ibuu.... huhu.... Doakan anakmu di sini T_T




*gambar dari google