Senin, 28 Februari 2011

Anakku

Rating:★★★★★
Category:Music
Genre: Other
Artist:Vina Panduwinata
Suka banget lagu ini. Menyentuh. Sayang, saya nggak nemu kodenya biar bisa ikut didenger di blog MP. Kalau mau dengerin, donlod sendiri yaa.. hehe..

***

Saat engkau tertidur
Kupandangi wajahmu
Masih ingin kumendekapmu
Masih ingin kumenciummu
Tak pernah kusadari
Waktu cepat berlalu
Kini engkau menjadi besar
Kini engkaulah harapanku

Tumbuh..
tumbuhlah anakku
Raihlah cita-citamu
Jangan pernah engkau ragu, Sayang
Doaku selalu bersamamu
membuat aman dihidupmu
Selamanya…

Sabtu, 26 Februari 2011

(Diary Ibu Hamil 1) Test Pack

17 Februari 2011

Mas sakit. Hari pertama tidak masuk kantor.  Saya juga ikut tidak masuk kantor, karena seharian itu mas tidak bisa bangun sama sekali. Setiap kali dia bangun, even hanya untuk duduk selama beberapa detik, dia langsung muntah. Dan entah kenapa, saya juga ikut muntah setiap kali dia muntah. Padahal, biasanya saya bandel. Kalau ada orang muntah di sebelah saya saat naik bis, saya tidak terpengaruh, bahkan ikut menenangkannya. Tapi hari itu saya begitu sensitif. Terhadap bau-bauan di dapur pun, sampah makanan misalnya, saya sangat sensitif. Padahal biasanya, asik-asik aja tuh saya nyuci piring atau buang sampah dapur.

18 Februari 2011

Masuk kantor. Meninggalkan mas yang masih sakit sendirian di rumah :(

19-20 Februari

Weeken uy! Tapi masih sedih. Tidak seperti weekend-weekend biasanya, yang diisi dengan canda-tawa-jalan-jalan. Mas masih sakit, jadi 2 harian ga bisa kemana-kemana. Stand by di rumah, mengurus suami tercinta :))

21-23 Februari

Hari Senin, ngantor seperti biasa. Kebetulan paginya, bapak-ibu Temanggung datang. Jadi bisa lega deh ninggalin mas di rumah. Oya, pagi hari Senin itu lumayan sibuk juga. Bolak-balik kantor-rumah-kantor, soalnya si mas mau periksa ke RS. Lumayan gempor juga ni kaki, dan bikin ngos-ngosan.

Hari seterusnya ada jadwal diklat di Pancoran. Dulu, waktu diklat di sana, berangkat selalu dianter mas. Tapi karena mas sedang sakit, jadi deh berangkat sendiri (bareng temen ding, heehe). Dan perjalanan tiap pagi adalah jalan kaki-busway-metromini. Perjalanannya kira-kira satu jam lebih. Pulangnya tidak jauh beda. Hanya saja, kali ini tidak naik busway, tapi angkot. Lumayan melelahkan di tengah kepadatan dan kemacetan Jakarta. Tapi enaknya, jam pulang itu melawan arus kemacetan, jadi nggak begitu capek.

Dan ternyata, ini setting waktu yang sama dengan percobaan memakai test-pack untuk yang pertama kali dulu, yaitu saat diklat! Haha.. Tapi, entah kenapa feeling kali ini begitu besar. Soalnya, saya mengalami hampir semua tanda-tanda kehamilan yang sudah saya hafal  saking seringnya dibaca (salah satunya bisa bisa dilihat di site ini)

24 Februari

H+1 dari tanggal seharusnya siklus menstruasi. Harap-harap cemas. Berdoa tamu bulanan tidak datang tiba-tiba. 2 hari terakhir juga rasanya perut mual, walaupun tidak sampai muntah. Hari itu saya sudah bilang ke mas: "besok, kalau belum dapet juga, mau beli test pack yaa"

Tapi, ternyata, saya sudah tidak sabar. Lagipula, aktivitas saya beberapa hari itu banyak diisi dengan jalan cepat dan lari-lari sepanjang jembatan penyeberangan atau shelter busway. Jadi, biar saya nggak tambah lari-lari, saya pengen test pack secepatnya. Dan sore hari sepulang diklat, saya mampir ke apotik yang dulu buat beli testpack.

Sesampai di rumah, saya sudah semangat 45 mau nyobain tu testpack. Tapi mas bilang: "Loh, bukannya kalau mau testpack itu pagi-pagi ya? Abis bangun tidur" Saya sebenernya nggak terlalu saklek. Saya pikir bisa kapan saja. Tapi ternyata petunjuk pemakaiannya bilang seperti itu juga. Ya sudah, mencoba bersabar. Pengen cepet-cepet tidur trus cepet-cepet pagi buat nyobain test pack. Hueehehehe.....

25 Februari

Pagi hari kesembilan sejak mas sakit, sekaligus hari pertama mas masuk kantor. Begitu bangun pagi, yang diingat pertama adalah: TEST PACK! Dan sebelum mas bener-bener bangun pagi itu, saya sudah lari ke kamar mandi.

Deg-deg-deg

Satu detik

Dua detik

Garis di test pack terlihat semakin jelas. Ada dua! Yang satu lebih gelap dari yang lainnya. Berkali-kali mencoba mencocokkan dengan petunjuk yang ada di bungkus. Betul. Tidak salah lagi. Jadi, positif??!

Seketika itu juga rasanya semua campur-aduk jadi satu. Antara senang, bingung, takut, cemas. Entahlah. Allah, sebentar lagi aku akan menjadi Ibu?

Tak berapa lama, saya sudah lari lagi ke kamar, membangunkan mas yang masih belum sadar juga dari tidurnya, hihi.


Perasaan waktu itu sungguh tak menentu.
Hanya satu kata yang terucap, alhamdulillah.. alhamdulillah..



hasil test pack pagi itu



*tulisannya agak kacau karena ditulis secara kilat. hihi...


Rabu, 16 Februari 2011

Kerupuk Raksasa


Kerupuknya ditaroh di meja ruang tamu.Segede bantal :D

Sambil menunggu bubur berasnya jadi, sembari merebus telur, iseng-iseng pengen motret kerupuk raksasa yang semalam dibawa mas. Ini kerupuk yang bawa temen kantornya. Beberapa hari kemarin mas sempet liatin fotonya pegang kerupuk raksasa, tapi saya baru mau percaya kalo dibawain. Semalem, sepulang kuliah, dia bawa kerupuk yang bener-bener gede ini. Hihihi..brarti kerupuknya sempet mampir di kampus dulu. Beneran gede lhooo.. Amazing banget, soalnya baru pertama kali liat. Maaf norak :p

Mas sakit... Anything about vertigo please....



Dini hari tadi tiba-tiba saya terbangun, entah karena bunyi alarm, entah karena mas yang membangunkan. Dia menggenggam kencang tangan saya, sambil memanggil-manggil, "Nda..pusing Nda.."

Segera saya mematikan alarm yang masih berbunyi, sesaat belum sadar apa yang terjadi. Ternyata, mas kena serangan vertigo. Pusing sekali katanya, ruangan terasa berputar-putar. Dia memejamkan matanya sambil tak henti beristighfar. Mungkin, karena tidak pernah vertigo sebelumnya, dia jadi panik. Saya sendiripun tidak tau seperti apa rasanya, jadi hanya bisa menenangkannya. Pusing, berputar-putar, dan ingin muntah, mas hanya memejamkan matanya sambil masih berpegangan kepada saya.

Sejenak saya bingung, jantung rasanya mau copot melihat reaksi mas. Apa yang harus saya lakukan?? Sempat terpikir, bagaimana kalau mas pingsan? Apa saya harus menelepon kakaknya? Kepada siapa saya minta tolong? Mungkin saya harus menelepon Ibu tukang cuci kami, atau mengetuk pintu rumah tetangga? Tapi Alhamdulillah, saya dapat segera menguasai diri dan menanganinya dengan sangat tenang.

Sembari memegangi kepalanya, mas bilang, "Browsing-browsing tentang vertigo Nda". Dan di tengah ketidaktahuan, akhirnya saya pun menginstruksikan mas supaya melakukan pelan-pelan tindakan penanganan vertigo yang saya baca di layar hp. berbaring ke kanan, berbaring ke kiri, toleh kanan, toleh kiri. Sebenarnya tidak tahu itu benar atau tidak. 45 menit kemudian, mas akgak tenang. Entah vertigonya berkurang, atau karena mulai terbiasa. Dia mulai tertidur lagi. Sedang saya, kantuk sudah menguap entah kemana. Tapi, sempat juga ikut tertidur selama sepuluh menit sebelum akhirnya bangun dan sholat subuh.

Mas sholat sambil tidur. Tidak kuat bangun. Hiks!
Setelah itu, saya kasih madu. Saya biasakan, setelah sholat subuh minum madu, mengikuti sunah rasul, dan demi kesehatan juga. Tak lupa sambil berdoa minta kesembuhan. Mas bilang ,"Nda berangkat kantor ya?" Saya hanya mengangguk sambil menenangkan.

Setelah berbenah, mandi, bikin sarapan, dan dandan, saya sudah siap berangkat pukul tujuh kurang dua puluh menit. Jauh lebih cepat dari biasanya, karena sebelum berangkat saya ingin suapi mas dulu. Tapi dia menolak. Malah minta diantar ke kamar mandi. Baru juga duduk, mas nggak kuat. Muntah-muntah. Dia bilang,"Nda jangan berangkat ya? Ya?"

Nggak tega......
Akhirnya saya menelepon Pak Boss dan Bu Dir, ijin cuti sehari. Alhamdulillah diijinkan...
Setelah muntah, mas tidur-tiduran lagi. Diajak sarapan tidak mau, katanya masih pengen muntah.. Akhirnya sekarang dia tertidur..


Ada yang tau info tentang vertigo??
Mohon di share ya?
Bangun aja susah, apalagi mau ke dokter?
Sabar ya mas... Semoga sakitnya jadi penggugur dosa...




cepat sembuh..biar bisa ketawa lagi :))

Minggu, 13 Februari 2011

Nggak enaknya kawin muda. Eh salah, nikah muda!


Suatu kali, saya berkenalan di toilet (kenalan kok di toilet) dengan seorang mbak. Setelah ngobrol ini-itu, pahamlah kami bahwa dia adalah kakak angkatan 2 tahun di atas saya (bukan berarti kami satu almamater ya). Setalah ngobrol ini-itu di toilet tersebut (penting gitu ya, toilet :p), saya pun bilang kalau saya sudah menikah. Dia tampak shock dan tidak percaya. Appaa??? Orang seimut saya ternyata sudah menikah??? (maaf narsis).  Semuda ini, 22 tahun (maaf, narsis lagi) sudah berkeluarga?? Rasanya sulit dipercaya. Apalagi setelah itu, datang temannya satu lagi ke toilet itu. Mbaknya cantiiik, dan imuuut, dan dia satu tahun di atas saya. Dan mbak yang pertama bilang, “Kalah kamu, diduluin sama dia” saya hanya tertawa haha hehe.

Berdasarkan dari pengalaman tersebut, berdasarkan pengalaman saya sendiri juga, saya sering berpikiran bahwa sepasang anak-muda (yang sepantaran saya ini), jika jalan berdua dengan cowok/cewek dan terlihat mesra, pasti mereka pacaran! Jarang saya berpikiran kalau mereka adalah suami-isteri hasil pernikahan dini. Lalu saya teringat diri sendiri, dan dengan berprasangka baik, saya akan bilang: Ah, mungkin mereka suami-isteri.

Jadi, begitulah. Tidak enaknya nikah muda adalah saat kau jalan-jalan, dan berada di tengah keramaian orang-yang-tidak-tahu-bahwa-kau-dan-suamimu/isterimu-adalah-pasangan-suami-isteri *ribet

Saat di mall, kau bilang: Jangan gandeng-gandeng, nanti dikira orang pacaran.
Hahaha… Asli deh, ini gaya saya kalau kebetulan kami jalan ke mall, atau pusat perbelanjaan. Saya biasanya kasih syarat. Kalau sedang berpakaian ala anak muda, nggak boleh mesra-mesra, tapi kalau sedang berpakaian sedikit dewasa, boleh deh, qiqiqi. Mesra di sini adalah, gandeng tangan atau gandeng pundak. Saya suka pakai celana panjang dan tunik (itu pakaian ala anak muda saya), saya juga suka pakai gamis (kalau yang ini, pakaian dewasa) Hihihihi…

Saat di busway kemarin, (special occasion banget nih kalau naik busway, biasanya naik motor), saya melihat 2 pasangan anak muda yang sepertinya berpacaran. Salah satu cewek di sana, menyandarkan kepalanya di tangan cowoknya. Saya pikir, mesra banget yah? Tak menyadari kalau saya juga menyandarkan kepala di bahu mas saat terkantuk-kantuk. Bahkan memperhatikan jerawat di mukanya sambil berkomentar a-b-c-d. Hahaha.. Jangan-jangan saya terlihat seperti anak muda-anak muda itu.

Sebenarnya, saya sendiri sudah membiasakan diri membawa copy surat nikah. Tapi hey, siapa yang bakal mengecek ke dalam dompetmu, dan lalu percaya bahwa kamu dan pasangan adalah pasangan suami-isteri?? Ada ya? Kecuali mungkin, kalau kita terkena razia, heeuheehehe.. Saya sendiri pernah melihat, sepasang suami-isteri muda (kalau yang ini, saya sedikit yakin kalau mereka suami-isteri), yang diusir satpam masjid gara-gara berdua-duaan di teras masjid. Saya juga berdua sii..tapi pasangan itu tampaknya berlaku agak sedikit kelewat mesra sehingga satpam merasa perlu mengusir mereka secara halus dari sana. Si bapak sembari menunjuk kea rah alun-alun kala itu.

Saya sering berpikir, coba kalau setiap orang punya identitas atas status mereka sekarang. Coba ada tanda-tanda seperti: SINGLE, SINGLE AND AVAILABLE, MARRIED, di diri mereka. Pasti nggak kayak gitu kejadiannya. Dan pasti saya akan lebih pede kalo sedang jalan berdua



_written by, Andiah, yang merasa dirinya masih muda :p_

*another tulisan geje nggak jelas maksudnya apa



Mimpi




Intensitas bepergian yang lumayan tinggi membuat saya dan suami sering berada di jalanan pada saat weekend. Mengendarai motonya yang sudah butut, tapi sangat kami sayang, kami pergi kesana kemari.

Di jalan, sering terlihat pemandangan, bayi-bayi dalam gendongan ibunya yang sedang dibonceng motor. Tak jarang saya melontarkan komentar tentang pemandangan seperti itu. Rasanya kok, gimanaaa gitu.. Melihat tubuh-tubuh mungil berbalut jaket tebal, ujung kakinya dibungkus kaos kaki tebal, sementara sisi kepalanya dilindungi tangan sang Ibu. Atau, beberapa kali saya melihat anak kecil yang dibonceng di belakang. Sendirian. Dia memeluk tubuh pemboncengnya dengan kencang, sembari dibawa melaju cepat. Saya jadi ingin tau, yang benar itu kalau memboncengkan anak kecil, baiknya ditaruh di depan atau di belakang ya???

Kalau di daerah, mungkin saya akan biasa-biasa saja. Tapi, di Jakarta ini, entah kenapa tak tega, melihat pemandangan itu. Bayangan kemacetan, polusi, serta kesemrawutan jalanan rasanya begitu kejam dihadapkan pada tubuh mungil si kecil. Belum lagi kalo cuaca panas atau hujan


Oleh karena itu, saya dan suami punya mimpi, ingin punya kendaraan untuk menaungi anak-anak kami kalau bepergian nanti. Tak perlu muluk-muluk. Tak usah mahal-mahal. Yang penting layak pakai. Semoga ya Allah, semoga Engkau memberi kelapangan rizki pada kami.. Aamiin...



Kamis, 10 Februari 2011

Breakfast today. My first BENTO creation :D

Hahaha...
sebenernya malu juga si posting ini. Semakin menunjukkan kalo diriku belum ahli memasak

Emang beberapa hari ini membiasakan diri bawa bekal (kalau sempat), tapi biasanya standar-standar aja bekalnya, nggak memperhatikan estetika. Lha wong bentar aja juga habis dimakan, ngapain bikin bekal yang cantik?? hihihi...
Tapi, gara-gara kemaren liat-liat blog bento lagi, jadi bernafsu deh bikin bento


and this is it...



my first bento creation




liatin wadahnya dulu biar bikin penasaran
sedikit potongan gambar dari dapur tempatku biasa berkreasi *gaya*




tampak atas
bekalnya dua: satu buat sendiri, satu tentu saja buat suami tercinta ;)




and this is it!!!
todays bento!!!




jangan kecewa ya....
ternyata isinya cuma:
telur balado *itu bukan sih namanya?
sosis goreng
wortel dan brokoli rebus
kalau boleh membela diri si, itu bahan makanan yang tersisa sampai sekarang :D
oya, wadah telurnya itu dari aluminum foil yang dicetak pake bagian bawah gelas
kalo aku si pake cangkir yang mungil
ternyata ide dadakan ini berhasil
jadi deh wadah telurnya
jadi kuah cabenya (???!!) ga meluber kemana2




Hahaha....

Senangnyaaa...
Apalagi pagi ini, suami sms, bilang: Makasih ya sarapannya.. I love you..


Jadi tambah semangat nge-bento



Minggu, 06 Februari 2011

Crepes, pancake, atau martabak???


Entah apa yang terjadi dengan saya, karena tiba-tiba kemarin, hari Minggu, saya bernafsu sekali untuk masak-masakan. Kebiasaan setiap weekend memang, pagi hari saya ke pasar tradisional, belanja keperluan satu pekan. Nah, kemarin juga demikian. Karena belanjanya sudah agak siang (jam 8an), jadi saya tidak masak sarapan. Biasanya juga gitu si..sarapannya cari bubur ayam, atau makanan yang biasanya banyak di minggu pagi. Siang, baru saya masak untuk makan siang (please, kalo dibilang saya masak, jangan membayangkan koki profesional. Saya belum begitu ahli masak. Tidak jarang juga, saya memasak berpedomankan hasil gugling)

Padahal sudah makan besar siang itu, tapi entah kenapa, saya pengen bereksperimen. Dan terbayang sesuatu: crepes. Kebetulan, saya selalu sedia bahan-bahan seperti tepung-tepungan *halah* maksudnya, tepung terigu, tepung beras, maizena, bila sewaktu-waktu ingin membuat sesuatu (kayak udah jago aja). Jadi saya gugling-lah resep crepes. Eeeehh, pas lagi gugling, malah jadi tertarik dengan resep cream soup. Kebetulan saya emang ngefans sama cream soup nya KFC.

Jadilah siang itu, saya tidak jadi membuat crepes, tapi malah bikin cream soup. Dan yattaaa, habisss.. Lumayaaan, agak mirip dikit lah rasanya, cuma cream soup yang saya bikin isinya bukan ayam, tapi wortel, brokoli, dan sosis.

Ok. Cerita selesai

***


Selepas maghrib, saya dan mas ke Gramedia Matraman. Di sana, ada yang jualan crepes, dan tumbeeen, mas bilang: "aku pengen crepes". Padahal dia bukan tipe yang suka jajan. Disuruh ngemil aja ga mau (biar tambah gemuk maksudnya) Trus, spontan aja bilang: "Entar aja di rumah, bikin crepes sendiri". Hahaha... sok yes aja nih.

Kami pulang sekitar jam setengah sembilan. Sholat, makan, ditambah ini-itu, mulai santai lagi jam sepuluh. Mas ngadep kompi lagi. Entah donlot2 apa dia. Dan sayaa... ternyata masih bernafsu memasak!! *asli nih tumben banget

Akhirnya, memang udah keinginan dari siangnya, saya pun mulai gedebak-gedebuk di dapur lagi. Bikin adonan crepes *yang resepnya hasil gugling tentunya. Untuk isiannya, bakal diisi meises dan keju. Crepes cokelat keju wanna be! Yihaaaa..



OK, step by step beres. Mulai siapkan teflon, dan tuang satu adonan ke atasnya. Dan, eh lohh.. crepes-nya ketebelan. Nggak jadi crepes deh, jadinya pancake. OK. Dicoba lagi. Sama aja. Akhirnya dengan manyun makan aja tuh pancake *seinget saya, adonan pancake dan crepes mirip, cuma bedanya, crepes pake mentega yang dilelehkan *biar rasanya gurih*, pancake enggak. cmiiw




Masih semangat 45
Mungkin adonannya kurang air. Tambah air. Siapin teflon lagi. Tuang lagi, sambil mengingat-ingat tukang crepes bikin crepes. Begitu adonan dituang, langsung tipiskan, ratakan ke sekujur teflon. Eh, tapi, bentar aja udah menggumpal tuh adonan, nggak bisa lebih tipis lagi. Jadi pancake lagi. Grrrrhhh....

Ya sudah, sesudah percobaan kedua saya menyerah. Mas cuma boleh icip-icip, ga boleh makan, soalnya masakannya gagal. Eh, malah kata dia: "Ini kayak martabak! Martabak manis!!"


Yaayaayaa... whatever lah..


Jadi..apa sih yang salah? Takarannya ya? Kenapa tu crepes nggak mau crispy? Apa karena airnya, atau telurnya? Emang si, saya tidak pernah memperhatikan takaran-takaran di resep kalau masak, namanya juga masak suka-suka

Ada yang punya tips bikin crepes??


NB: eh, ternyata setelah gugling, resepnya sama aja tuh pancake dan crepes


*gambar dari google

Kamis, 03 Februari 2011

ASI X-klusif

Sejak saya pertama kali ngantor di kantor (ya iyalaaah), saya sudah menemui seorang mbak yang sedang-dalam-rangka memberikan ASI eksklusif untuk anak pertamanya (tata bahasa yang aneh-_-). Setiap hari, dikala senggang, dia menuju toilet untuk memompa ASI.

Entah kenapa, setiap waktu selalu saja ada mbak-mbak yang baru saja melahirkan, hihihi.. Setelah mbak satu itu tidak lagi memompa ASI, datang mbak kedua dari lantai atas yang suka pergi ke toilet untuk memompa ASI eksklusif. Setelah mbak yang kedua ini selesai, sekarang ada lagi mbak ketiga dari lantai lain lagi yang suka ke toilet lantai 3. Saya sering ngobrol, dan sedikit-sedikit jadi tahu juga perihal pemberian ASIX ini. Lumayan..buat bahan pembelajaran..

Nah, tadi barusan baca artikel tentang larangan memompa ASI di toilet. ya, tentu saja, alasannya karena toilet itu rawan, tempat dimana banyak bakteri berkumpul. meskipun terlihat bersih, tetap saja tidak menjamin kesterilannya.

Jadi, bagaimana alternatifnya?? Sementara di kantor tidak disediakan pojok ASI. Masa iya, mau di cubicle? Saran dari artikel tersebut, pompalah asi di ruang rapat yang sedang tidak dipakai, atau di mobil. Lah, kalau nggak punya mobil?? Haduuuh... Dilemaa..


So, gimana solusinya ya?