Kamis, 10 September 2009

Nostalgia

“ Kita bikin nama buat kos kita yuk?” kata Ambar sore itu.

“ Ayuk. Dari dulu juga kan kita udah ngomongin soal ini,” Nanda menjawab.

“ Masa kos kita nggak punya nama? Nggak kayak tempat laen tu, namanya bagus-bagus. Manna, Salwa, Salsabila, Tadzkiya…” kali ini Anis yang angkat bicara.

“ Habis, gimana ya? Dari dulu tempat kita ini kan udah terkenal sebagai kos-kosannya bu Dilla..”

“ Hmm.. kira-kira kalo dikasih nama, apa ya yang bagus?” kata Ambar.

Suasana hening.

“ Gimana kalo Semuj?” Susi akhirnya buka suara.

“ Hah?!! Apaan tuh? Aneh banget?”

“ Sebelah Mujahidin. Pasti langsung pada tau tuh. Mushola Mujahidin kan gede, banyak yang sholat di situ,” Susi menjelaskan.

“ Ih, yang bagusan dikit napa?”

“ Gimana kalo Naas ajah? Singkatan dari Nanda, Anis, Ambar, sama Susi,”

“ Sial terus dong!”

“ Haha!!!”

“ Kalo mau kasih nama, yang ada artinya dong. Yang bermakna,” kata Susi.

“ Gimana kalo kita ngambil dari nama surat dalam al Quran. Yang bagus nama dan artinya,” lanjutnya.

“ An Nisa. Artinya kan wanita. Gimana?” Ambar buka suara.

“ Ah, itu terlalu biasa. Nggak spesial.”

“ Emm..kalo Al Baqarah..”

“ Sapi betina?”

“ Kan unik tuh?”

“ Iya. Ntar kalo ada yang nanya: Kosnya dimana? Di Al Baqarah. Kan keren..”

“ Heee…. Ngaco aja!”

 

Itu adalah ilustrasi percakapan yang terjadi kurang lebih 2 tahun yang lalu di antara aku dan anak-anak kos (nama sengaja disamarkan :D). Saat itu kami ingin menamai kos kami dengan sebuah nama yang bagus, karena memang kos kami hanya dikenal dengan nama Alm. Bapak Kos kami. Namun, pada akhirnya kos ini tidak diberi nama dan dibiarkan terkenal dengan sebutan “Kos bu Dilla”---bu Dilla, istri dari bapak Abdila..

(Belakangan, kami memikirkan untuk menamai kos kami lagi, kali ini dengan nama Wisma Cantik (narsissss). Hey, tapi kok…singkatannya jadi WC??? Jadilah nama itu pun gagal kami resmikan).

Sampai sekarang, kos kami tetap tanpa nama.

*****

Tidak ingin mellow-mellow, tapi pikiran ini tiba-tiba terselip di antara euphoria pulang kampungku. Saat sedang membereskan kamar dan tiba-tiba teringat bahwa ini mungkin kepulanganku yang terakhir dari kos ini (segera, setelah kembali ke kampus, aku dan teman-teman akan pindah kos).

Jadi teringat dulu, saat awal-awal kos.

Ada begitu banyak moment yang tidak mungkin aku lupakan di sini.

Saat kelahiran Nico. Malam sebelumnya, Ibu sekeluarga pergi menonton di bioskop. Bersama mbak Risma dan suaminya. Mereka menonton film Kuntilanak. Esoknya, mbak Risma ke rumah sakit karena akan segera melahirkan. Ibu menginap. Kami ditinggal di kos.
Setelah itu, selalu dijadikan perbincangan ringan di antara kami, Ibu, dan juga anak-anak beliau: Nico lahir karena nonton film Kuntilanak itu ^^

Ada juga saat ketika kami satu kos yang sedang santai menonton TV sambil ketawa-ketiwi lari lintang pukang, masuk ke pintu kamar terdekat karena tiba-tiba Pak Haji, salah satu tokoh masyarakat di sini masuk kos, sambil memanggil-manggil Ibu. Sekarang beliau sakit, sudah lama, dan tidak pernah terlihat lagi. Begitu juga salah seorang tokoh masyarakat lain, Pak Haji yang rumahnya ada di sebelah musholla, kini telah wafat. Padahal dulu kami sering melihat dan menyapa beliau di depan kos. 

Lalu, pernah juga kejadian. Waktu itu Rahma sedang ngobrol dengan beberapa temannya di teras (kalau tidak salah, 2 cowok, 1 cewek). Tiba-tiba, mereka berteriak-teriak dan lari masuk ke dalam kos. Waktu itu kami sedang dalam formasi lengkap. Anak-anak kos dan 2 orang anak Ibu yang lain sedang menonton TV. Spontan kami semua lari menuju kamar-kamar yang terbuka. Mencari tempat bersembunyi, karena kami tidak memakai jilbab.

Aku, Mbak Rissa (anak ibu yang juga seorang akhwat), Ririn adiknya, dan salah seorang teman kosku langsung masuk ke pintu kamarku yang terbuka. Kami segera menutup pintu itu. Tapi apa yang terjadi?? Salah seorang anak cowok itu menggedor pintu kamar ingin ikut masuk. Spontan mbak Rissa menahan pintu kamar. Jadilah mbak Rissa dan anak cowok itu dorong-dorongan di depan pintu. Sementara aku dan temanku sebisa mungkin menyembunyikan diri di pojok kamar supaya tidak terlihat.

Gedoran mereda. Sepertinya anak cowok itu lari ke tempat lain.

Semenit, dua menit, kami yang di dalam kamar menunggu. Terengah-engah dan mengomel soal cowok yang mau masuk kamar. Bertanya-tanya apa yang sebenrnya terjadi di luar sana.

Akhirnya kehebohan pun mereda. Kami keluar dengan hati-hati. Usut punya usut, ternyata anak-anak itu tiba-tiba lari masuk ke dalam rumah karena salah seorang di antara mereka mengaku melihat “sesuatu” di jalan, dan di atas tembok pembatas musholla. Katanya, anak itu memang punya “penglihatan”.

Kami semua heboh. Ya ampuuuun…jadi tadi teriak-teriak sambil lari-lari itu karena ketakutan tho?? Jadilah setelah itu kami membahas mengenai hal-hal yang horror.

Tak terasa, hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun. Mbak Risma hamil lagi, sementara Nico baru berumur satu tahun. Dan kami masih berada di sini.
Lalu, mbak Risma melahirkan anak keduanya, dan kami juga masih di sini. Sekarang, Keira (adik Nico) sudah sangat aktif merangkak ke sana kemari. Sudah mulai “rambatan”. Tidak bisa diam. Dan kami masih juga di sini.

Akan tetapi, ada juga saat-saat menegangkan yang terjadi. Seperti ketika musibah pencurian itu terjadi. Dan beberapa di antara kami harus kehilangan barang-barang berharganya. Atau saat ketika kebun belakang (katanya) kebakaran cukup hebat, sehingga anak-anak lari keluar menyelamatkan beberapa barang mereka dari kebakaran yang mungkin merambat ke kos.

*****

Semua itu akan jadi kenangan tak terlupakan kami di sini. Dan akan kusimpan baik-baik kenangan itu dalam buku ingatanku, dan akan kuingat bahwa ada sebuah keluarga lain yang kumiliki di sini. Dan keluarga akan selalu menjadi keluarga.



 

*gambar dari sini

 

 

16 komentar:

  1. Weleh2.. Mb andi.. mb andi.. Kykny prnah dnger crita yg paling atas, dari a*gg* apa v* y...

    Jadi inget Manna... Hiks..

    BalasHapus
  2. Weleh2.. Mb andi.. mb andi.. Kykny prnah dnger crita yg paling atas, dari a*gg* apa v* y...

    Jadi inget Manna... Hiks..

    BalasHapus
  3. Iffa dah ga pernah ke Manna lagi ya??

    BalasHapus
  4. seru...

    namanya juga anak kos mbak ^^

    mbak Wik dulu juga kan?

    BalasHapus
  5. Belum pernah an...
    Sejak agustus 2007, blum pernah menginjakkan kaki di sana lagi..^^

    BalasHapus
  6. kalian si, pake pindah segala..

    kita jadi jauhan

    hehehe..

    BalasHapus
  7. Al Baqarah.

    dulu salah satu pendukung nama ini buat kosan anti,
    heh

    ^^x

    BalasHapus
  8. Wah akan jd salah satu kenangan terindah niey ^^

    BalasHapus
  9. Ashshaffat, karena di jalan nomor 37A. Terinspirasi (nyontek) dari nama kost Kak Dino di Kalimongso pada waktu itu, Al Ma'un.

    BalasHapus
  10. Ashshaffat, karena di jalan nomor 37A. Terinspirasi (nyontek) dari nama kost Kak Dino di Kalimongso pada waktu itu, Al Ma'un.

    BalasHapus
  11. huahahahahahahahaha
    andiaaah Gokil!!!!

    BalasHapus
  12. dunia anak kos emang hebat..:D
    daku sampai sekarang masih ingat gimana dulu suka pasang muka tembok klo dah akhir bulan..belum lagi ama nomaden..:D

    BalasHapus