Kamis, 18 Maret 2010

(My second Flash Fiction yang tidak terlalu flash) Untitled 2



Aku melirik wajahmu. Lelah, lusuh, dan rusuh. Dia telah benar-benar menggoncangmu minggu ini. Pelan-pelan kuangsurkan gelas berisi air putih ke hadapanmu.
“ Sabar ya?”
Entah kenapa, hanya kata itu yang mampu keluar dari mulutku. Dan seketika aku terdiam lagi. Kaku.
Tapi kau lantas menoleh, tersenyum, dan mengangguk.
“Terima kasih An…”

Aku tahu kau telah berusaha keras dengannya. Memaafkannya untuk yang kedua kali, atas kesalahan yang sama, bagiku sama sekali bukan perkara mudah. Sejujurnya, untuk membayangkannya saja aku tak mampu, karena tidak pernah mengalaminya.

Dulu waktu kau datang padaku kali pertama dia mengkhianatimu, aku hanya bisa melihatmu menangis. Kali kedua kau datang padaku, tidak ada tangisan. Hanya sempat kulihat kaca-kaca itu berembun saat kau membicarakannya. Dan sekarang, kau bahkan bisa menghadapinya sembari tersenyum. Sementara aku tetap sama seperti sebelumnya. Menemanimu. Hanya itu saja. Menemanimu dalam diam. Hanya itu yang bisa kulakukan.

***

“Mama menjodohkanku An..”
“Mama menjodohkanku dengan anak sahabatnya. Orang itu kemarin datang…”

Itu katamu bulan lalu. Dan setelah itu kita jarang berjumpa, bahkan untuk sekedar komunikasi rutin. Kau sibuk, dan aku pun sibuk.

***

“Besok sore aku datang ke rumahmu ya? Ada yang mau aku kenalkan. Calon suamiku..” suara itu kembali menyapaku kemarin di telepon.
Riang. Tanpa beban.
Akhirnya, kau akan menikah juga sahabatku. Sahabatku tersayang, saudariku.
Aku tersenyum. Tersenyum lebar sekali ketika kau mengabariku.

***

“ Hai An…apa kabar?” sore ini lelaki itu memperlihatkan senyum lebarnya di depan pintu rumahku. Di sebelahnya berdiri kau yang juga tersenyum lebar. Dan aku hanya bisa tergagap, terlalu terkejut dengan semua itu.

.....

“Aku mencintainya An… Aku tidak bisa tidak memaafkannya, saat dia memohon-mohon di depanku.. Aku tak bisa An. Tapi dia sudah berjanji tak akan mengulanginya lagi. Aku percaya padanya …kau tahu? Entahlah, mungkin memang benar, cinta itu buta. Doakan kami ya?”
Dan kau kembali tersenyum. Wajahmu bercahaya. Kau bahagia. Tapi entah kenapa, aku malah merasa sesak. Sungguh.


***



*cerita ini hanya fiksi belaka. Apabila ada kesamaan nama tokoh dan peristiwa, itu hanyalah suatu ketidaksengajaan

16 komentar:

  1. hmm... nanti aku baca lagi biar lebih mantap

    BalasHapus
  2. emm *sambil ngenyot jempol

    aku mikirnya mereka berdua pacaran, pas pertama, tapi mungkin udah nikah karena datang ke depan rumahmu berdua... tapi belom dijelasin kan yahh?

    terus kenama si an(dee) kaget pas dia dateng? karena mereka mesra yah?

    maap yah.. haduh, aku lagi stres jadi susah nangkep apa2 nih, hihi

    BalasHapus
  3. ini emang ceritanya orang yang lagi pacaran, trus dikhianatin pacarnya sampe berkali-kali
    tapi akhirnya dia tetap mau nikah sama pacarnya, gitu :D

    bahasaku terlalu implisit ya? hahaha...
    ga tau tiba-tiba dapet ide itu aja tadi :D

    BalasHapus
  4. Setelah kubaca lagi, iya kayaknya agak susah menangkap maksud ceritanya kayak apa
    yasud lah, biar kayak gini aja ^^
    silakan diinterpretasikan secara bebas :)

    BalasHapus
  5. free fiction, ada gak yah? aku jg sukanya yg free, free

    BalasHapus
  6. iya aku juga suka yang free..alias gratis :P

    BalasHapus
  7. hehehehe
    jadi maksudnya free disini apa ya?

    BalasHapus
  8. ya bebas berkreasi, tanpa ada sekat ;p

    BalasHapus
  9. ooooo itu maksudnya....xixixixixi

    BalasHapus