Rabu, 15 Desember 2010

Pasukan Berkuda



Setiap kali melintasi jalanan Jakarta, saya selalu beranggapan, betapa hebatnya (beraninya.red) para biker. Menyelip-nyelip di antara kendaraan, di tengah kemacetan, naik-naik ke trotoar, melintasi pembatas jalur busway, dll. Waah, pokoknya keren deh! Suami saya sendiri juga seorang biker, kemana-mana naik sepeda motor, kecuali kalo lagi minjem mobil kakaknya selama berhari-hari, qeqeqe (bermimpi suatu saat punya mobil sendiri)


Saya pernah ikut diajak naik-turun trotoar, kebut-kebutan, atau selip-selipan oleh dia, keren!! (aslinya sih megap-megap, sambil urut dada). Salah seorang temannya bahkan bersaksi kalau kepalanya pernah kepentok spion truk saat mbonceng si mas. Duuuhh.. Tapi saya yakin, dan selalu mengingatkan mas agar senantiasa berhati-hati saat berkendara.


Entah pada dasarnya memang taat aturan, atau hanya terlalu takut pada kejamnya jalanan, saya selalu cerewet tiap kali membonceng. Apalagi kalau sudah sampai di perempatan lampu merah. Motor-motor merangsek maju ke garis depan. Tidak jarang juga ada yang menerobos maju sebelum lampu merah berganti hijau. Apalagi kalau ada timer. Sekian detik sebelum lampu berganti warna, mereka sudah menggerung-gerungkan motor, layaknya peserta lomba lari yang diberi aba-aba “siaappp”. Dan begitu lampu berubah hijau, semua berhamburan maju.


Saya selalu mewanti-wanti mas bila di lampu merah “Tunggu dulu, sabar. Lampunya masih merah!” saking stressnya melihat banyak motor yang menerobos sepersekian detik sebelum lampu berubah hijau. Sementara di sisi lain jalan, banyak juga yang tidak mau kehilangan kesempatan menyeberang, padahal lampu sudah berwarna kuning, hendak merah. Detik-detik yang menegangkan (lebaaayyy, haha!)



Hal lain yang saya tekankan kepada mas adalah, “Hormati pejalan kaki”. Saya sering bilang, kalau ada orang menyeberang, mengalahlah dahulu, jangan memotong jalur jalannya. Bukan apa-apa, saya hanya membayangkan kalau mereka itu adalah saya. Bagaimanapun, saya juga pejalan kaki yang sering kesulitan bila dihadapkan pada urusan menyeberang jalan. saya pikir, kalau para pengendara bisa sedikit bertoleransi, itu akan memudahkan para pedestrian.


Satu hal lagi mengenai para biker. Saya suka menyebut mereka dengan “pasukan berkuda”, yang berada pada garis terdepan medan pertempuran. Bayangkan, dengan jumlah yang banyaaak (apalagi di perempatan lampu merah yang besar, mungkin jumlah mereka sekitar tiga puluh-lima puluhan) mereka mendesak maju, zig-zag di antara kendaraan-kendaraan lain untuk mendapatkan tempat terdepan. Lalu begitu lampu hijau menyala, brum-bruuummm-brruuuummmmm!!! SERAAAANNGG!!!






*gambar dari sini


10 komentar:

  1. Bisa bedain gak dari sekian puluh motor yg berada dibaris depan sebuah perempatan besar lampu merah, motor2 mana aja yg cicilannya udh lunas? :)

    BalasHapus
  2. Pasukan berkuda tahan "banting", tapi pernah punya pengalaman buruk nih di senggol pasukan kuda :(

    eh, ditunggu konfirmnya ya :D
    sms kk masuk ga An?

    BalasHapus
  3. Mbak, kok imajinasimu agak lebay.. Hehe ^^v

    tapi iya si, aku ngeri ih dibonceng motor d jakarta.. >

    BalasHapus
  4. hayo, tuh diingetin masnyah :D always

    BalasHapus
  5. wahaha.. suka banget sama tulisan andiah. serasa lagi ngomongin aku. *laaah? :D

    aku selalu suka momen di mana berbaris bareng pengendara yang lain saat menunggu lampu merah, kemacetan, atau jalan yang melambat karena ujan2an. serasa kumpul bareng sodara2 (padahal gada yang dikenal :p)

    tapi keren juga kalo istilahnya "mau perang". serbuuuu!!!

    BalasHapus
  6. Asal ingat, nyawa cuma satu, keluarga nunggu di rumah... (prihatin)

    BalasHapus
  7. -masih belum bisa naek motor juga-

    ^^

    BalasHapus
  8. terlalu pelan waktu pada kenceng...nanti ditabrak
    terlalu kenceng waktu pada pelan...nanti nabrak
    ikut arus aja lah...

    BalasHapus