Selasa, 31 Mei 2011

(Not) Hijabi Fashion Week


This is one of my work costum, Taken a few days ago, when I 'was thinking' to join hijabi fashion week event. Couldn't find anyone to take my pict, so I captured it by myself, he he he


*gatel liat postingan tentang hijabi fashion week :D
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Jumat, 27 Mei 2011

Ngumpet di toilet itu bener-bener......... nggak enak!!!

Setiap orang pasti pernah merasa tertekan dengan pekerjaannya. Dan ya, itulah yang baru saja saya alami. Merasa tertekan. Bukan, sama sekali bukan dengan atasan, atau teman-teman, tapi lebih ke pekerjaan itu sendiri.

Jadi, tadi sore, saya sedang merasa lelah dan jenuh. Dan sepertinya sudah tak tertahankan, jadi saya mengungsikan diri ke toilet daripada meneteskan air mata di ruangan dan jadi perhatian semua orang.  Toilet sedang kosong. Dan saya sedang berusaha untuk menenangkan diri dengan mondar-madir, dan curhat ke suami via BBM. Tapi, belum apa-apa, mata sudah mulai berkaca-kaca. Dalam pikiran saya, gawat  kalau sampai ada orang masuk. Dan benarlah, ada seseoarang masuk. Saya langsung memosisikan diri menghadap ke arah jendela yang berpemandangan luar gedung, membelakangi pintu masuk. Tapi...

"Andiah! Eh, bla bla bla... "

Ups! Ternyata yang baru masuk adalah mbak-mbak satu ruangan. Dan dia bertanya tentang ini dan itu. Mau tidak mau, saya harus menghadapinya juga dong. Dan akhirnya sambil malu-malu saya berbalik.

"Bentar, bentar mbak, lagi nangis.. heheheh," kata saya sambil buru-buru menyusut air mata.

"Oh, oh, maap.. Nggak papa. Ya udah ntar aja," katanya sambil masuk ke dalam toilet (yang ada klosetnya maksudnya)

Setelah mbak itu pergi, akhirnya saya memutuskan untuk masuk ke salah satu toilet yang mati lampu (biar nggak kepergok orang lagi). Jarang sekali orang mau pake toilet itu karena gelap. Saya duduk di kloset, dan melanjutkan sesi curhat ke suami. Dan yah, wanita, semakin curhat, semakin deras air mata yang mengucur (lebaaaayyy :p). Jadi, saya diam-diaman di dalam toilet, sambil dinasehatin suami lewat hp.

Tak lama kemudiaan, seseorang masuk. Sebut saja mbak A. Dia langsung masuk ke toilet satunya (ada 2 toilet di sini, satunya ya yang mati lampu). Saya diam. Tak lama, dia keluar. Masih cuci tangan dan mematut diri di cermin depan wastafel sepertinya. Lalu masuklah mbak kedua, mbak B.

Mbak A: "Haaii.."

Mbak B: "Eeh, mbak A"

Mbak A: "Eh, kata Andiah, bajuku ini sama kayak bajumu yaa.."

Mbak B: "Eh iya. Waktu itu kan belinya bareng sama Andiah, bla bla bla..."

Hihihi. Geli juga menguping pembicaraan yang menyebutkan naman kita di dalamnya

Mbak A: "Eeh, aku duluan yaa.."

Mbak B: "Iya mbak"

Dan masuklah mbak B ke dalam toilet.

Sebenernya pengen keluar, tapi pasti nanti mbak B kaget. Jadi ya sudahlah, di dalam dulu.

Ada orang baru masuk. Mbak C

Mbak C: "Andiaaaahhh!!" (ternyata, mbak C itu mbak pertama yang memergokiku di awal tadi)

Mbak B: "Andiah nggak adaaa"

Mbak C: "Ini siapaa?"

Mbak B: "Beeee..!"

Mbak C: "Liat Andiah nggaak?"

Mbak B: "Enggaak.."

Mbak C: "Ooh, ya udah deh.."

dan mbak C pun keluar.

Masih menunggu dengan berdebar di dalam toilet, Sudah tidak menangis. Hanya geli. Tapi mata pasti masih merah. Jadi belum berani keluar.

Dan akhirnya, mbak B keluar juga. Dia cuci tangan sebentar, lalu segera keluar.

Amaaaaannn...

Dan saya pun pelan-pelan keluar dari tempat persembunyian

Nggak lagi-lagi deeh. Hehehee....


*picture taken from here

Kamis, 26 Mei 2011

Ini madu asli bukan ya???


Karena madunya lama di kulkas, jadi pas tadi pagi diambil, madunya agak beku. Trus, nggak dimasukin kulkas lagi. Pas tadi diliat, udah kayak gini. Kalo kek gitu, asli nggak teman? Kalau kata mas sih, yang mengendap itu sari madunya :)

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Gaya tidur kepepet

Dulu, waktu di toilet kantor masih ada kursi (nggak tau kenapa ada kursi ditaruh di toilet), kalau ngantuk tak tertahankan, suka lari ke sana buat numpang tidur barang sebentaaaarr, 10 menit aja cukup. Ngantuk kan manusiawi ya? Apalagi pada jam kerja, yang mengharuskan kita berada di kantor dari pagi sampai maghrib (tak jarang sampai malam), dan tidak waktu untuk tidur siang.

Tidur di toilet, nggak bisa dibilang nyaman. Namanya toilet, pasti banyak orang keluar masuk. Dan kalau ada yang datang, suka kaget, terbangun mendadak. tapi pernah juga cuek-cuek aja. Ngantuk berat boo.. :D

Karena  kursinya udah nggak ada, toilet pun sudah nggak bisa dijadikan tempat tidur yang nyaman. Aktivitas tidur lalu beralih ke meja kantor. Habis itu, begitu bangun, muka udah merah-merah nggak jelas. Ada capnya. Bisa tangan, bisa apa aja yang dijadiin tatakan, hihi..

Nah,  kalau sekarang, gaya tidurnya udah beda lagi. Udah jarang tidur di meja lagi. Nggak enak kalo diliat orang, apalagi big boss -_-. Beberapa hari belakangan muncul kebiasaan baru. Tidur barang semenit dua menit biasanya kalo abis sholat dzuhur. Tapi, musholla kecil deket toilet itu nggak enak buat tidur. Lantainya dingin keramik, dan banyak orang lalu lalang lewat ke toilet. Nggak banget pastinya kalau ada seorang cewek terkapar tiduran di sana -___-. Jadi, biar bisa tidur dengan nyaman dan tenang, biasanya saya tidur sambil sujud. Kayak lagi sholat itu looh. Dan masih pake mukena. Tapi tetep aja, tiap ada orang datang mau sholat, langsung bangkit dari sujud. Pura-puranya selesai berdoa. Hee he he....





Sejauh ini, belum menemukan bagaimana tidur yang nyaman saat kantuk melanda di kantor. Ada yang mau kasih saran?

Rabu, 18 Mei 2011

Digelitikin ikan



geli gimanaaa gitu pas pertama dikerubutin ikan :D

Kemarin waktu pulang kampung, main-main ke Owabong (Objek Wisata Air Bojongsari) ada secuil tentangnya di sini nih, heee http://andiahzahroh.multiply.com/journal/item/337/PURBALINGGA_PERWIRA. Semacam waterboom gitu laah. Rame banget. Apalagi, di kota kecil kayak Purbalingga. Kalau hari libur, bis-bis pariwisata berduyun-duyun datang ke tempat ini. Kebanyakan dari luar kota.

Dulunya pas jaman sekolah, waterboom ini adalah kolam renang umum yang suka dipake saat jam pelajaran renang. Airnya langsung dari mata air. Sampe sekarang juga.

Naah, tujuannya kemaren ke sana itu, buat nyobain terapi ikan. Kalau sekedar main aja si, udah lumayan sering sama misua pas pulang kampung. Kalo renang, belum pernah. Soalnya rame banget booo... Hiks! Padahal pengen renang

Awalnya penasaran juga. Emang, terapi ikan itu berasa ya?? Emang ikan punya gigi yg bisa gigit? Ah, paling geli2 dikit doang. Gitu si di pikiranku. Tapiiii, ternyataaa, ikannya agresif banget! Ga lama abis nyemplungin anggota badan ke kolam terapi, ikannya langsung ngerubutin. Kayak ga pernah dikasih makan tuh ikan. Dan kayaknya, dia emang punya gigi dehh. Tau, geli banget rasanya. Dan aku ga tahan. Begitu celupin ujung kaki ke kolam, langsung diangkat lagi. Cekit-cekit. Hihihiii.


Dan awalnya, kami emang mau jalan-jalan aja, ga sedia apa-apa. Jadinya pas celana mas basah, ya udah deh dikeringin di situ sekalian berjemur. Heheeee

Karena aku ga ikut nyemplung, jadinya moto-moto aja deh...
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kaos dari Ibu


Udah cerita waktu itu, kalo pas pulang, Ibu udah nyediain beberapa baju baru buat saya sama suami. Naah, ini kaosnya. Hihiii...


*lagi demen mosting lewat email :p
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kamis, 12 Mei 2011

Kasih Ibu sepanjang masa...

Pulang selalu menjadi momen menyenangkan sekaligus mengharukan. Menyenangkan karena setelah sekian lama, akhirnya pulang kampung, pulang ke rumah, pulang ke pangkuan orang tua. Mengharukan lantaran mengingati momen-momen yang pernah dialami di rumah ini, dan melihat kehidupan bapak ibu yang sudah semakin berumur.

Dan kepulangan kali ini, saya sungguh-sungguh dibuat terharu. Bagaimana tidak, begitu pulang, lemari baju sudah berisi beberapa baju baru. Buat saya ada daster rumahan, baju atasan, celana panjang, dan sepatu baru. Buat mas, ada batik dan kaos baru.
Bukan kali ini saja. Kepulangan sebelumnya juga kami disediakan baju baru.

Alasan ibu sederhana saja. Walau anaknya ini sudah menikah, setiap kali melihat barang bagus, pasti beliau langsung ingat anaknya. "Nggak ada bedanya dulu kamu udah nikah apa belum" :'(

Apalagi sekarang anaknya ada 2, saya dan suami. Jadi kalau beli-beli, ya belinya buat saya dan suami. Hiks!

Kasih Ibu memang sepanjang jaman.....


*nulis sambil berkaca-kaca

Selasa, 10 Mei 2011

JAHANNAM, 300 KM (Kisah Nyata)



Oleh Abu Khalid al-Jadawy

Aku mengenal seorang pemuda yang dulu termasuk orang-orang yang lalai dari mengingat Allah. Dulu dia bersama dengan teman-teman yang buruk sepanjang masa mudanya. Pemuda itu meriwayatkan kisahnya sendiri:

“Demi Allah, yang tidak ada sesembahan yang haq selain Dia, aku dulu keluar dari kota Riyadh bersama dengan teman-temanku, dan tidak ada satu niat dalam diriku untuk melakukan satu ketaatanpun untuk Allah, apakah untuk shalat atau yang lain.”

“Alkisah, kami sekelompok pemuda pergi menuju kota Dammam, ketika kami melewati papan penunjuk jalan, maka teman-teman membacanya “Dammam, 300 KM”, maka aku katakan kepada mereka aku melihat papan itu bertuliskan “Jahannam, 300 KM”. Merekapun duduk dan menertawakan ucapanku. Aku bersumpah kepada mereka atas hal itu, akan tetapi mereka tidak percaya. Maka merekapun membiarkan dan mendustakanku.

Berlalulah waktu tersebut dalam canda tawa, sementara aku menjadi bingung dengan papan yang telah kubaca tadi.

Selang beberapa waktu, kami mendapatkan papan penunjuk jalan lain, mereka berkata “Dammam, 200 KM”, kukatakan “Jahannam, 200 KM”. Merekapun menertawakan aku, dan menyebutku gila. Kukatakan: “Demi Allah, yang tidak ada sesembahan yang haq selain Dia, sesungguhnya aku melihatnya bertuliskan “Jahannam, 200 KM”.” Merekapun menertawakanku seperti kali pertama. Dan mereka berkata: “Diamlah, kamu membuat kami takut.” Akupun diam, dalam keadaan susah, yang diliputi rasa keheranan aku memikirkan perkara aneh ini.

Keadaanku terus menerus bersama dengan pikiran dan keheranan, sementara keadaan mereka bersama dengan gelak tawa, dan candanya, hingga kemudian kami bertemu dengan papan penujuk jalan yang ketiga. Mereka berkata: “Tinggal sedikit lagi “Dammam, 100 KM”.” Kukatakan: “Demi Allah yang Maha Agung, aku melihatnya “Jahannam, 100 KM”.” Mereka berkata: “Tinggalkanlah kedustaan, engkau telah menyakiti kami sejak awal perjalanan kita.” Kukatakan: “Turunkan aku, aku ingin kembali.” Mereka berkata: “Apakah engkau sudah gila?” Kukatakan: “Turunkan aku, demi Allah, aku tidak akan menyelesaikan perjalanan ini bersama kalian.” Maka merekapun menurunkanku, akupun pergi ke arah lain dari jalan tersebut. Akupun tinggal di jalan itu beberapa saat, dengan memberikan isyarat kepada mobil-mobil untuk berhenti, tetapi tidak ada seorangpun yang berhenti untukku. Selang beberapa saat, berhentilah untukku seorang sopir yang sudah tua, akupun mengendarai mobil bersamanya. Saat itu dia dalam keadaan diam lagi sedih, dan tidak berkata-kata walaupun satu kalimat.

Maka kukatakan kepadanya: “Baiklah, ada apa dengan anda, kenapa anda tidak berkata-kata?” Maka dia menjawab: “Sesungguhnya aku sangat terkesima dengan sebuah kecelakaan yang telah kulihat beberapa saat yang lalu, demi Allah aku belum pernah melihat yang lebih buruk darinya selama kehidupanku.” Kukatakan kepadanya: “Apakah mereka itu satu keluarga atau selainnya?” Dia menjawab: “Mereka adalah sekumpulan anak-anak muda, tidak ada seorangpun dari mereka yang selamat.” Maka dia memberitahukan kepadaku ciri-ciri mobilnya, maka akupun mengenalnya, bahwa mereka adalah teman-temanku tadi. Maka akupun meminta kepadanya untuk bersumpah atas apa yang telah dia katakan, maka diapun bersumpah dengan nama Allah.

Maka akupun mengetahui bahwa Allah I telah mencabut roh teman-temanku setelah aku turun dari mobil mereka tadi. Dan Dia telah menjadikanku sebagai pelajaran bagi diriku dan yang lain. Akupun memuji Allah yang telah menyelamatkanku di antara mereka.”

Syaikh Abu Khalid al-Jadawi berkata: “Sesungguhnya pemilik kisah ini menjadi seorang laki-laki yang baik. Padanya terdapat tanda-tanda kebaikan, setelah dia kehilangan teman-temannya dengan kisah ini, yang setelahnya dia bertaubat dengan taubat nashuha.”

Maka kukatakan: “Wahai saudaraku, apakah engkau akan menunggu kehilangan empat atau lima teman-temanmu sampai kepada perjalanan seperti perjalanan ini? Agar engkau bisa mengambil pelajaran darinya? Dan tahukah kamu, bahwa kadang bukan engkau yang bertaubat karena sebab kematian teman-temanmu, melainkan engkaulah yang menjadi sebab pertaubatan teman-temanmu karena kematianmu di atas maksiat dan kerusakan.” Na’udzu billah.

Ya Allah, jangan jadikan kami sebagai pelajaran bagi manusia, tetapi jadikanlah kami sebagai orang yang mengambil pelajaran dari apa yang terjadi pada mereka, dan dari apa saja yang terjadi di sekitar kami. Allahumma Amin.”

* Majalah Qiblati Edisi 5 Volume 3
Link postingan


*picture from google