Rabu, 23 November 2011

Perjalanan menemukan rumah idaman (bagian 2)


Haii? Halloo??

Apa kabar rumah idaman kami?

Sedikit cerita tentang suka duka pencarian rumah idaman kami, yang sepertinya sampai saat ini belum mengalami kemajuan berarti. Setelah berjuang sendiri, mencari info lewat internet, juga teman-teman, akhirnya ayah menggunakan jasa agen untuk mendapatkan informasi rumah. Sudah sekian minggu berjalan. Sudah sekian info yang dikirimkan lewat email, tapi belum juga ada yang sreg di hati.

Terakhir, kemarin minggu ayah bertemu dengan seorang agen. Agen ini juga bukan tanpa koneksi sama sekali. Jadi, isteri-teman kantor-ayah punya nasabah-nasabah yang bekerja di bisnis properti. Melalui temannya itulah, ayah mendapatkan info tentang perumahan-perumahan. Kata temannya, "Bilang saja, kenal dengan Ibu X" Ibu X itu adalah isteri teman ayah ini. Bingung?? Hahaha..abaikan.

Minggu pagi, ayah janji bertemu dengan seorang agen untuk melihat soft launching sebuah perumahan di kawasan Serpong. Saya tidak ikut. Apalagi pagi itu, hujan kecil sempat meramaikan suasana. Ayah bawa motor dari kontrakan sampai Bintaro sektor 9. Saya sebenarnya tidak tega melepasnya pergi sendiri, soalnya dia tidak hapal daerah Bintaro. Akhirnya setelah meyakinkan diri dengan melihat rute yang akan dilaluinya lewat google maps, ayah pun berangkat. Tak lupa doa restu dari isteri turut mengiringi keberangkatannya.

Sepanjang siang, setelah ayah sampai di Bintaro sana, kami pun berkomunikasi via bbm. Ayah pergi dari satu perumahan ke perumahan lain ditemani sang bapak agen untuk melihat-lihat. Sesekali dia mengirimkan foto perumahan yang tampak masih dibangun.

Siang menjelang sore, saya tiduran di kamar depan. Tang-tung-tang-tung suara bb dari ruang tengah tidak saya pedulikan. Sekitar satu jam kemudian, ayah pulang ke rumah. Dia cerita kalau sempat nyasar. Langsung saya buka bb. Ternyata ayah yang bbm, bilang kalau dia kebingungan di jalan. Kasihaan... Tidak nyasar sebenarnya. Hanya dia tidak tau sedang ada di daerah mana. Akhirnya mampirlah dia di warung padang untuk makan. Begitu ceritanya.

Ayah pulang tidak dengan ekspresi kegembiraan. Sepertinya dia belum menemukan perumahan yang cocok. Malam itu kami bercerita tentang pencarian ayah. Ada satu tempat yang dia suka. Perumahan dekat dengan stasiun, jalan kaki pun bisa. Jumlah rumahnya hanya sekitar 30an. Daerahnya tenang, tapi begitu keluar sedikit langsung masuk ke keramaian. Ada pasar juga di sekitar situ. Hanya mendengar dari cerita ayah, entah kenapa saya langsung sreg, meskipun belum pernah melihatnya secara langsung. Tapi...penawarannya masih terlampau tinggi untuk kami. Kami bicarakan berbagai alternatif. Akhirnya kami pikir kami akan mencari yang lain dulu, sambil masih menyimpan pilihan yang satu itu di dalam hati. Siapa tau kami dapat meraihnya. Kalau memang jodoh, Allah pasti memberi jalan.

gambar diambil dari sini


Pencarian pun dilanjutkan. Sementara dengan mengandalkan internet dan email-email dari agen. Puncaknya 2 hari yang lalu. Saya capek. Sepertinya kami tak kunjung menemukan apa yang kami inginkan. Saya pun marah-marah ke ayah via hape, siang hari, di kantor. Saya bilang saya sudah tidak mau tau lagi urusan rumah. Capek. Lalu muncul pemikiran, kenapa ya, kita tidak punya uang banyak biar bisa beli rumah yang sesuai keinginan? Astaghfirullah... Itu namanya kufur nikmat. Saya beristighfar, mengingat banyak orang di luar sana yang bahkan untuk makan saja susah. Saya dan ayah masih hidup dengan sangat layak meskipun kami belum punya rumah. Menyesal rasanya punya pemikiran seperti itu.

Sore harinya, saya bbm ayah, bilang minta maaf karena sudah judes nggak jelas ke dia. Ayah pun memaafkan. Sampai saat ini, kami belum membicarkan rumah lagi. Begitu banyak yang ada di depan mata. Yang paling dekat tentu saja kelahiran anggota baru keluarga kami. Sepertinya, menemukan rumah idaman kami memang bukan perkara mudah di tengah event-event yang akan segera datang.


p.s: sekarang, kami sedang menunggu informasi tentang tanah yang sedang dinegosiasikan harganya. Setelah berkonsultasi dengan teman yang punya rumah dengan cara dibangun, sepertinya kami lebih prefer untuk membangun rumah sendiri. Tapi tentu saja, pencarian perumahan pun takan etap dilakukan. Semoga tahun depan, keluarga kecil kami sudah mempunyai tempat berteduh yang nyaman. Dan milik sendiri :)


*postingan ini juga bisa dilihat di sini



18 komentar:

  1. Wah,, asiikkk bisa nginep nemenin andiah :))

    BalasHapus
  2. he?
    nginep nemenin apa?
    nginep di rumah baru maksdunya? :D

    BalasHapus
  3. iya di rumah baru, kalo andiah pas di tinggal sndiri *haissh,, :))

    BalasHapus
  4. boleh laaaahh..
    tapi..masalahnya...
    rumahnya belum ada
    T.T

    BalasHapus
  5. hehe,, ttp smangat, inshaAlloh sbntar lagi amiin

    BalasHapus
  6. aamiinn... ya robb..

    btw, jurnal ini bakal sampai berapa bagian ya??
    jangan-jangan sampai bagian 10 juga masih belum nemu itu rumah idaman
    hahaha

    BalasHapus
  7. semoga sblm smpai bagian 10, udah closing, hehe amiin

    BalasHapus
  8. moga segera dapat rumah di lingkungan yang aman dan nyaman
    aamiin :D

    BalasHapus
  9. kalo saya pengen rumah yang luaaaaaaaaaaas halamannya. ada kolam ikannya, berbagai pohon buah (nangka, durian, jambu, kelapa, mangga, jeruk dan pepaya), ada lapangan futsal (biar bisa maen sama keluarga), terus pemandangan sawah menghampar hijau, dekat ke sungai yang jernih bisa untuk berenang dan tidak jauh dari kota dengan toko bukunya. hehe.. aamiin

    BalasHapus
  10. aamiin..aamiin..

    kalau gitu, nanti aku bikin jurnal ini lagi, bagian ketiganya, kalau udah dapet rumahnya :D

    BalasHapus
  11. aamiinn...

    wah, kalo gitu si saya juga maauu Ooom
    apa balik kampung aja ya?
    biar bisa punya rumah yang kayak gitu
    btw, itu rumahnya kayak rumah eyangku,
    ada kolam ikannya beberapa, deket sama sawah yang menghampar hijauuu, dan deket ke sungai juga air terjun

    namanya juga rumah di pegunungan :D

    BalasHapus
  12. di daerah Solok Sumbar rumah Eyangnya, An? dijual tak? *gaya

    BalasHapus
  13. enggaakk
    di Purbalingga sono
    dan nggak dijual
    wkwkwkwk

    aku belum pernah ke daerah sumatera :D

    BalasHapus
  14. saya juga ngincer sebuah lokasi. cuma kalo di Sumbar sini, ada istilah tanah ulayat (adat). jadi susah untuk dijual.

    BalasHapus
  15. OOT:

    Andiah, tolong sms ke hpku no HPmu yaaa.
    Aku sedang on the way ke JNE untuk mengirimkan pempek pesananmu.
    No hpmu kubutuhkan untuk dicantumkan di JNE.

    Ini no HPku: 0819 5290 4075


    Info lebih detail, cek PM ya, makasih.

    BalasHapus
  16. *nyempetin baca scanning* Ah, jurnal ini seperti menceritakan kisah kami sendiri di beberapa bagian.

    Kami istirahat dulu, berhenti dulu cari rumah, sadar diri belum mampu meski kredit bulanan untuk tipe 36, hihihi :-D

    BalasHapus
  17. smg segera btemu jodohnya ya.. memang mencari rumah itu tdk mudah,apalagi dgn tetangga yg baik sprti petunjuk dri Rosululloh.. :) saya jg smpai setahunan carinya,Alhamdulillah dpt di perum pesona pondok aren, deket2 STAN bintaro.. tetangganya tmn ngaji suami&tmn sekantornya.. jdi rame ibu2 darmawanita :) Tp msh nyicil DP jdi blm ditempati.. ^^

    BalasHapus