Minggu, 25 Oktober 2009

ANTARA AKU, KAU, DAN DIRINYA

Mungkin ini sudah sering dibahas oleh banyak orang, saya sendiri pun pernah membahasnya.
Dan sekarang, saya ingin kembali membahasnya. Bukan apa-apa, tapi setiap kali saya melewati daerah Stasiun Pondok Ranji-bahkan jika hanya membayangkannya saja-saya akan langsung teringat dengan sosok2 mereka, anak2 jalanan yang menyodorkan tangan meminta belas kasihan.

Mungkin diantara kita sudah menjadi rahasia umum, kalau para anak jalanan itu 'bekerja' bukan tanpa alasan. Hmm.. Jangan2, mereka adalah anak buah preman sekitar. Tanpa disadari, kadang kita akan berpikiran seperti itu.
Atau kalau di STAN, saya ingat sekali dulu ketika masih jadi penghuni baru kampus ini, saya tertegun-tegun dg banyaknya anak peminta-minta di sekitar kampus. Lalu muncul imbauan-imbauan: jangan dikasih nanti uangnya buat main PS, kasih makanan aja biar ga mubadzir, dan lain sebagainya.

Lalu, suatu ketika, saya diingatkan oleh salah seorang saudara.
"Urusan kita adalah ketika kita disodorkan kesengsaraan di hadapan kita. Apakah hati kita tergerak ataukah tidak? Ketika kita memberi, maka itulah yang akan dilihat Allah. Sisanya, biarlah menjadi urusan mereka denganNya"
Kata-katanya tidak persis seperti itu, tapi itulah maksud yang saya tangkap. Bahwa pada saat itu, ketika hati nurani kita yang penuh pertimbangan memilah2, mana yang baik mana yang tidak. Mana yang bijaksana mana yang tidak.
Maka cukuplah. Masalah preman2 itu, masalah uang itu akan dipergunakan untuk apa, itu adalah pertanggungjawaban mereka di hadapan Allah kelak. Urusan kita hanya dengan apa yang tersaji di depan mata kita.
Karena sekali pun, kita tidak pernah tahu sebenar-benarnya alasan mereka melakukan pekerjaan itu.

Lalu, ada lagi satu yang senantiasa saya ingat dalam nasihat itu
"Bukankan kita sedang BERDAGANG dengan Allah? Maka juallah apa yang TERBAIK darimu, agar Dia membelinya dengan SURGA"





Semoga kita bisa memberikan yang terbaik untuk mereka..lebih baik lagi dari pemberian2 itu, yang akan membawa manfaat bagi mereka dan masyarakat..


*aku, yang masih terus belajar*

23 komentar:

  1. Lebih miris lg, bahwa ada aturan yg melarang seseorang memberi pada pengemis jalanan.. Klo kedapatan ngasih, akan dikenai sanksi.. Ckckck.. Aturan ini cm ad di indonesia. Kemana empati si pembuat aturan..

    BalasHapus
  2. pemberia sadakah banyak jalannya. Pemerhati sosial dlm penuntasan kemiskinan dgn himbauan/aturan tdk memberi kpd pengemis ad untuk mengubah mental mrk malas bekerja. Jika memang mau kasih (kan bisa aja dgn cara yg lain) diajak dialoq di kasih kerjaan (itu lebih baik bg sy)

    BalasHapus
  3. Setiap orang punya kebijakan masing2 dalam hal ini, seperti halnya pemerintah yang punya kebijakan tersendiri dalam menangani masalah pengemis&anak jalanan ^_^

    Kalau menurut mbak Dede baiknya seperti itu, silakan (look at my last paragraph :))

    Yang Andiah tulis di atas hanyalah sebagian dari pemikiran kita, yang disampaikan oleh salah seorang saudara :)

    BalasHapus
  4. tapi memang ada faktanya an kalo pengemis tu "di stock" dari daerah2 luar ibukota. coba dengerin deh kalo mreka ngobrol

    BalasHapus
  5. Iya, iya Kang..
    Pan Andiah udah bilang..kembali ke diri masing2 aja.
    Ini repost dari percakapan yang pernah Andiah lakuin.

    Kalo kang Ashoff emang udah tau bahwa yang muncul di hadapan adalah mereka yang 'dipekerjakan', ya sok lakukan sesuatu yang lebih bermanfaat dari sekedar ngasih uang buat disetor ke boss mereka :D

    BalasHapus
  6. intinya, kalau kita bisa mengubah "apa yang ada di balik" fenomena pengemis ini, mari kita lakukan..
    sementara, kalau belum bisa, maka "apa yang tampak" sebagai fenomena ini, mari tetap peduli...
    Rasulullah benci sifat peminta-minta, tapi tak pernah mengusir atau membentak para peminta-minta..

    BalasHapus
  7. Ya, sepakat dengan vladdicted..

    Ngomong2, jadi kepikiran kata2nya Kang Ashoff. Kalau mereka didatangkan dari luar ibukota, apa mereka sudah tidak punya orangtua? Apa orangtuanya sudah tidak peduli? Apa malah disuruh orang tua? Atau mereka diiming-imingi pekerjaan di ibukota? Atau kenapa ya?
    Hmm.. Jadi mikir..

    BalasHapus
  8. Ya, sepakat dengan vladdicted..

    Ngomong2, jadi kepikiran kata2nya Kang Ashoff. Kalau mereka didatangkan dari luar ibukota, apa mereka sudah tidak punya orangtua? Apa orangtuanya sudah tidak peduli? Apa malah disuruh orang tua? Atau mereka diiming-imingi pekerjaan di ibukota? Atau kenapa ya?
    Hmm.. Jadi mikir..

    BalasHapus
  9. Iya emang kembali ke kebijakan masing2. Dulu aku dan teman2 pernah akan memberikan pendidikan pd anak2 jalanan membuka kelas2 TPA di rumah singgah mereka. Sayang tidak jadi krn mentalku jauh lebih rendah dibanding dgn mental pekerja mrk yg sudah dipupuk sjk kecil untuk meminta2 (tidak ada semangat belajar, malah anak2 kecil itu menatap beringas dengan mata merah). Apa yg mereka lakukan diwaktu senggang ? menghirup aibon rame2 sampe mereka mabuk, ada jg laporan RCTI yg aku tonton, mrk sudah mengenal sex diusia dini, jadi jika pemberian kita hanya memberikan efek yg sedikit dan malah membuat mereka dimanjakan dgn kebiasaan buruk tanpa ada tindak lanjut, kayaknnya hanya akan memperburuk mental bekerja mrk.

    BalasHapus
  10. lha, malah kepikiran, tho.. semua kemungkinan jawaban itu bisa benar.. bisa saja udah ga punya ortu lagi.. bisa saja malah ortunya satu profesi.. bisa saja diiming-imingi orang, lalu ditipu.. banyak kemungkinan.. sekarang, hadapilah fakta di lapangan.. :-)

    BalasHapus
  11. Pengen membuka yayasan tempat penampungan anak jalanan..yang di sana entar mereka akan dididik supaya mandiri, tidak lagi minta2. Sementara diajari berbagai macam ketrampilan, mereka bisa bekerja utk mengalihkan keg.minta2nya: loper koran, pedagang asongan, dlsb.

    Hehe..
    Pengen jadi orang kaya :D

    BalasHapus
  12. an....jadi nggak???
    udah di kos lagi niy....

    BalasHapus
  13. yey...andiah lupa.....

    nggak kok an...nggak pa pa...
    anggap aja tadi nggak ngomong apa apa...:p

    BalasHapus
  14. udah....anggap aja nggak ada apa apa...
    hehehehehe.....

    BalasHapus
  15. sempet bingung bahkn mungkin sampai sekarang,, ga sampai hati klo ga ngasih tapi klo ngasih ternyata tidak digunakan dengan benar.. jadi, klo ana kadang2 liat2 klo memberi,,, ga tau juga ini baik atau enggaa,, klo anak kecil yang udah tau klo nantinya buat PS-an ya ga dikash,, tapi kalo liat mbah-mbah,, tua renta,, ga sampai hati bner..
    ampai akhirnya berprinsip memberi dan tidak memberi karna Allah,,

    BalasHapus
  16. ini baguuuuuuussssss..he eh.he eh..

    BalasHapus
  17. tindakan apa pun yang diambil hendaknya mengesampingkan emosi dan mementingkan suara hati :)

    BalasHapus
  18. @Tyas: postingan ini juga berawal dari keraguan yang persis kayak gitu^^

    @Kak Tanto: never.. Selama hayat masih di kandung badan :)

    @mbak Ratu: ya.. Hati nurani :)

    BalasHapus
  19. Khalifah Umar penah melarang dan 'memukul' orang yang mengemis...

    BalasHapus