Dari Salman bin ‘Amir Ad-Dhabiy, dia berkata : Rasululloh bersabda : “Aqiqah dilaksanakan karena kelahiran bayi, maka sembelihlah hewan dan hilangkanlah semua gangguan darinya.”
[Shahih Hadits Riwayat Bukhari (5472), untuk lebih lengkapnya lihat Fathul Bari (9/590-592), dan Irwaul Ghalil (1171), Syaikh Albani]
Dari Samurah bin Jundab dia berkata : Rasulullah bersabda : “Semua anak bayi tergadaikan dengan aqiqahnya yang pada hari ketujuhnya disembelih hewan (kambing), diberi nama dan dicukur rambutnya.”
[Shahih, Hadits Riwayat Abu Dawud 2838, Tirmidzi 1552, Nasa’I 7/166, Ibnu Majah 3165, Ahmad 5/7-8, 17-18, 22, Ad Darimi 2/81, dan lain-lainnya]
Dari Aisyah dia berkata : Rasulullah bersabda : “Bayi laki-laki diaqiqahi dengan dua kambing yang sama dan bayi perempuan satu kambing.”
[Shahih, Hadits Riwayat Ahmad (2/31, 158, 251), Tirmidzi (1513), Ibnu Majah (3163), dengan sanad hasan]
Mau menceritakan agenda kami weekend kemarin, yang lumayan padat dan menguras tenaga. Ceritanya, kakak ipar saya, punya baby baru, anak ketiganya yang lahir tanggal 10 Maret ini. Jadi, sebagai adik yang baik, saya dan suami berniat mengunjungi mereka pas weekend. Eh, sebelum weekend, ternyata udah ditelpon bapak-ibu Temanggung yang emang sudah lama ada rumah mas ipar ini. Suruh nginep di sana, soalnya weekend itu sekalian akan diadakan acara aqiqah. Baiklah, Hari Sabtu pagi kami pun berangkat ke Cibubur.
Sampai di Cibubur, mampir dulu di rumah sakit, karena dedek kecil ternyata masih di RS, dan baru mau pulang hari Minggu pagi. Whaaaa…bayi yang baru lahir itu memang kecil banget yaa. Kecil, ringkih, rapuh, dan belum keliatan cakepnya :D Eh iya, di sana juga ketemu kaka Hasna yang selama ini ikut nungguin mamanya di rumah sakit. Sementara si nomor dua, Fatih, ditinggal di rumah bersama bapak-ibu Temanggung dan salah seorang pembantu. Huhuu… Kasian Fatih..
Sebentar di rumah sakit, kami lalu langsung ke rumah si mas ini. Dan tak lama sessudahnya, sehabis dzuhur, cap cus lagi berdua kondangan ke tempat temen misua di daerah sekitaran TMII (ini niat nggak sih, bantu-bantu mas-mbak ipar??!) Dan yaaah, bukan Jakarta namanya kalau nggak macet. Dan kami, berangkat kondangan jam 1 siang, sampai di rumah lagi jam 5 sore lebih. Padahal cuma kondangan aja, dan mampir ke R*m*y*n* nggak ada setengah jam buat beli kado untuk keponakan baru kami.
Sesampai di rumah, mas ipar dan kakak Hasna udah ada di rumah. Ada juga bapak-ibu Malang (mertuanya mas ipar), Om Malang, dan seorang mbak yang adalah saudara sepupu mbak ipar *ribet bener yak
Jadilah, rumah mas-mbak ipar tambah ruameee. Tapi, sehabis maghrib, mas ipar dan kakak Hasna balik lagi ke rumah sakit, buat tidur di sana lagi semalam. Jadilah, yang ada di rumah itu, saya dan suami, bapak dan ibu Temanggung (bapak dan ibunya misua dan mas), bapak dan ibu Malang (bapak dan ibunya mbak ipar), Fatih dan baby sitternya, dan Om serta mbak Malang (saudara dari mbak ipar). Keluarga campur aduk, hahaha
Malam itu juga, saya, misua, bapak-ibu Malang, serta si mbak saudaranya mbak ipar, muter-muter cari kelengkapan untuk acara esok harinya. Masakan daging kambingnya sudah dipesan, dan akan diantar esok pagi, tetek benget catering sudah pula dipesan, kue-kue adalah tugas mbaknya mbak ipar (oya, sekilas info aja. Karena suami hanya dua bersaudara, jadi keluarga Temanggung yang hadir memang hanya bapak-ibu, misua, dan saya. Sisanya keluarga dari pihak mbak ipar yang banyak :D). Malam itu kami mencari pesanan ayam bakar, mie goring, dan cap cay untuk makanan selain kambingnya.
Akhirnya…. Hari itu berakhir pukul sepuluh malam. Kecapekan, dan diakhiri dengan acara ngambek ke misua di rumah orang. Hahaha…asli ga penting banget!
Esok paginya, kesibukan baru dimulai. Berberes ini itu, beli ini itu, siapin ini itu. Acaranya dimulai ba’da dzuhur, jadi tidak terlalu ngoyo juga. Pagi menjelang siang, satu per satau saudara dari pihak mbak ipar berdatangan. Dan saya minder dan ga pede. Karena ternyata, sisa baju yang saya punya adalah kaos dan jilbab langsung yang sudah dipake semaleman. Akhirnya, setelah merajuk ini-itu, saya berhasil membujuk suami untuk dianterin beli jilbab segiempat. Dan pergilah kami meninggalkan keramaian rumah itu.
Di gerbang depan perumahan, ada deretan toko-toko. Disusuri satu-satu dan dilihat-lihat, adakah yang menjual jilbab?? Sempat terhenti di salah satu ruko, dan mengamat-amati dari luar, mengira-ngira apakah itu tempat penyewaan busana muslim, tempat laundry, ataukah butik, sebelum akhirnya memutuskan untuk keluar saja, mencari di toko dekat pasar yang jaraknya lumayan jauh nun di sana.
Dan akhirnya, bertemulah kami dengan sebuah toko kecil yang memang menjual jilbab dan busana muslim. Dan tiba-tiba, melihat sebuah gamis tergantung di sana. Dan tiba-tiba, saya bilang:
bagus ya? Dan tiba-tiba suami bilang:
bagus, beli aja. Dan itu adalah hal terspontan yang saya lakukan hari itu. Pergi keluar buat beli jilbab, pulangnya bawa gamis plus jilbab, untuk segera dipakai saat itu juga. Dan saya tidak menyesalinya. Karena ternyata tamu banyak datang, sehingga sepertinya tidak pantas buat saya memakai kaos pada hari itu.
Dan setelah itu, kami kehabisan uang, sehingga saya dan suami pergi lebih jauh lagi sedikit untuk mengambil uang di ATM. Haaa… terbayang-bayang orang rumah yang kelabakan mencari kami berdua. Pergi tanpa bilang-bilang, dan hp dua-duanya ditinggal. Ini semacam,
pelarian dari kewajiban bantu-bantu di rumah, tapi sama sekali bukan dan tidak ada maksud seperti itu :D. Dan kami sepanjang jalan malah asik ngobrol ini-itu sambil ketawa-ketiwi.
Dan benarlah dugaan kami, sesampai di rumah kami ditegur karena: j
alan-jalan sementara orang rumah sedang sibuk-sibuknya. Mas, mbak ipar, kakak Hasna, dan dedek bayi sudah ada di rumah saat kami sampai. Ternyata, masih banyak keperluan yang harus dibeli. Jadi saya dan misua pergi keluar lagi, lalu balik lagi. Dan saya, memutuskan untuk bantu-bantu di rumah saja saat suami keluar entah kemana untuk kesekian kalinya, kali itu untuk membeli karpet. Benar-benar hari yang wah.
Singkat cerita, setelah semua persiapan beres, setelah suami akhirnya mandi siang itu, dan dia saya suruh untuk ganti baju dengan baju batik yang sudah dipake hari sebelumnya untuk kondangan, duduk manislah kami di dalam rumah. Mendengarkan rangkaian acara-demi-acara-aqiqah keponakan kami tersayang,
Salma Amani Mufidah.
Sepertinya, baru kali itu saya mengikuti acara aqiqah secara lengkap. Saya ingat selain ini, secara samar-samar, foto di samping rumah, saat saya dan adik saya yang masih balita berdiri bersisian di depan kambing yang sedang dikuliti, sepertinya adalah acara aqiqah adik saya satunya-satunya yang penah saya ikuti duluuu sekali.
Dan saya sangat excited sekali saat si bayi, dedek kecil itu, dibopong ayahnya, berkeliling ruangan untuk digunting rambutnya oleh para undangan yang hadir. Mamanya mengikuti di belakang untuk menyemprotkan minyak wangi ke mereka yang akan mencukur rambut. Dan akhirnya, tiba giliran saya untuk mencukur rambut si kecil . Setelah itu, cium pipinya. Jadi anak yang solehah ya sayang… Sementara itu, suami saya berdiri di sana, beberapa langkah d belakang, menyempil diantara ibu-ibu, dan dia menggeleng saat ditawari untuk mencukur rambut si bayi. “
Takuuut…” katanya. Ahh, dasar om payaaahh, hahaha..
Yap
Dan semua keramaian itu mulai memudar saat satu per satu tetangga pulang, diikuti satu per satu saudara pulang, dan akhirnya, sore hari, saya dan suami pulang. Terissa bapak-ibu Temanggung dan bapak-ibu Malang di sana.
Dan saya, terkenang-kenang akan Fatih yang sedang belajar berjalan, dan dipaksa Om-nya untuk melangkah. Kasihan dia kalau sedang main dengan si Om :D. Terkenang juga tentang Ibu Malang yang selalu memanggil saya dengan sebutan Jeng Uut, atau mbak Uut. Juga akan si bibik yang sangat baik dan berkali-kali menawarkan kepada saya untuk membawa banyak makannan ke rumah. Weekend yang sibuk :D
*ngos-ngosan nulis ini
