Aku memandang wajahmu dengan tatapan nanar. Aku benci! Aku marah!
Kau mendesah, galau.
Ah, tidak perlu kau tunjukkan penyesalan pura-pura itu! Tidak usah kau tunjukkan wajah tidak berdosamu itu! Aku sudah muak. Ternyata selama ini kau punya maksud lain dibalik semua sikap baikmu itu. Ternyata, hatimu tidak sesuci yang kubayangkan. Ternyata, kau memang sengaja memilihku kan? Yang terjelek di antara semua yang cantik. Aku pikir kau tulus, ternyata...
Kau hanya memilihku, untuk kemudian mencabik-cabik hatiku, lantas menertawakannya bersama teman-temanmu itu, di tempat ini, beberapa saat lagi. Iya kan???
Kau sedih? Aku tak percaya. Kau hanya pura-pura.
"Andi," tegur bapak tua berjas putih. "Mana kelincinya? Ayo, kita mulai kelasnya.."
Kau menatapku dari balik kandang. Pelan-pelan, kau mengeluarkanku dari tempat sempit itu. Andai aku bukan hanya seekor kelinci....

Kau mendesah, galau.
Ah, tidak perlu kau tunjukkan penyesalan pura-pura itu! Tidak usah kau tunjukkan wajah tidak berdosamu itu! Aku sudah muak. Ternyata selama ini kau punya maksud lain dibalik semua sikap baikmu itu. Ternyata, hatimu tidak sesuci yang kubayangkan. Ternyata, kau memang sengaja memilihku kan? Yang terjelek di antara semua yang cantik. Aku pikir kau tulus, ternyata...
Kau hanya memilihku, untuk kemudian mencabik-cabik hatiku, lantas menertawakannya bersama teman-temanmu itu, di tempat ini, beberapa saat lagi. Iya kan???
Kau sedih? Aku tak percaya. Kau hanya pura-pura.
"Andi," tegur bapak tua berjas putih. "Mana kelincinya? Ayo, kita mulai kelasnya.."
Kau menatapku dari balik kandang. Pelan-pelan, kau mengeluarkanku dari tempat sempit itu. Andai aku bukan hanya seekor kelinci....

ternyata kelinci beneran..
BalasHapuskasihan... tapi nggak apa apa teh kelinci.... nanti diganti oleh Allah jasadmu di surga
BalasHapusAmiiin
ternyata denotatif.. hehe
BalasHapuskesiaan amat
BalasHapuskasiaaaaaaaaaaan....hhuhuhuhuh...kelinci malang
BalasHapus