...Mereka yang takaran gula, kopi, dan susunya proporsional umumnya adalah pegawai kantoran yang bekerja rutin dan berirama hidup itu-itu saja . Mereka tak lain pria 'do-re-mi', dan mereka telah kawin dengan seseorang bernama bosan. Kelompok antiperubahan ini melingkupi diri dengan selimut dan tidur nyenyak di dalam zona yang nyaman. Proporsi gula, kopi, dan susu itu mencerminkan kepribadian mereka yang sungkan mengambil risiko. Tanpa mereka sadari, kenyamanan itu membuat waktu, detik demi detik, menelikung mereka.
Pada suatu Jumat pagi, mereka berangkat kerja berpakaian olahraga. Usai senam kesegaran jasmani, ada upacara kecil penyerahan surat keputusan pensiun.
Itulah SKJ-nya yang terakhir.
Itulah hari dinasnya yang terakhir.
Tamatlah riwayatnya.
Sering kutemui, orang seperti itu mengatakan hal begini di warung kopi.
"Aih, rasanya baru tahun kemarin awak masuk kerja." Kemarin itu adalah 30 tahun yang lalu.
"Tahu-tahu sudah pensiun awak, ni?"
Dia memesan kopi dengan takaran yang sama seperti pesanannya pada kakekku-di warung yang sama-30 tahun yang lalu. Wajahnya sembap karena tahu waktu telah melewatinya begitu saja. Masa mewah bergelimang waktu dan kemudaan telah menguap darinya, dan ia sadar tak pernah berbuat apa-apa. Tak pernah menjadi imam di masjid. Tak pernah naik mimbar untuk menyampaikan paling tidak satu ayat, sesuai perintah Ilahi. Tak pernah membebaskan satu jiwa pun anak yatimdari kesusahan. Duduklah ia di pojok sana menghirup kopi dua sendok gula yang menyedihkan itu. Kaum ini disebut para safety player.
Cinta di Dalam Gelas, hal 36-37
***
Berkali-kali saya tersenyum membaca filosofi kopi bagi pegawai kantoran seperti yang disebut Andrea dalam bukunya itu. Benar, dan tepat sekali. Meskipun tentu tidak semua pegawai kantoran seperti itu. Tapi, begitulah adanya, mereka yang bekerja di kantor, adalah orang-orang yang bermain dengan aman, berada dalam zona nyaman, yang tidak pernah menghadapi untung-rugi, jatuh-bangun, yang setiap bulan tidak perlu mengkhawatirkan soal bisa makan atau tidak, karena tiap bulannya itu mereka akan menerima amplop cokelat berisi gaji, yang akan naik setiap beberapa tahun sekali. Dan perihal waktu itu, saya seratus persen setuju. Bahwa pegawai kantoran, dikendalikan oleh waktu, bukan sebaliknya.
Jadi, berencana keluar dari zona nyaman?
Tentu, tapi belum tau kapan bisa mewujudkannya. Karena sejauh ini, masih sangat memerlukan berada dalam zona ini. Tapi suatu hari nanti, pasti saya akan melakukannya :)
*gambar diambil dari sini
aku udah keluar dari kantor setahunan lalu
BalasHapusalhamdulillah sekarang ngajar privat
penghasilan gak seberapa tapi seneng banget, mungkin karena membagi ilmu adalah investasi akherat kali ya hehe :D
heemmm saya masih terperangkap dalam zona nyaman, kadang ingin segera keluar, tapi rasanya masih lama sekali untuk terbebas dari zona nyaman ini :D
BalasHapuskalo bagi saya, tentang berada di zona nyaman -khususnya di instansi pelayanan- tidak melulu tentang untung-rugi.
BalasHapustentang untung-rugi, mungkin ada safety.
tentang yang katanya idealisme, apakah bisa pasti safety?
Bagi yang punya visi dan misi, bisa jadi di sanalah letak perjuangannya. Bisa dunia, bisa juga dunia-akhirat. :D
perspektif nyeleneh :D
pertimbangkan lagi aja untung ruginya hehe
BalasHapuskebetulan waktu itu saya lanjutin kuliah jadi daripada gak fokus saya lepas kerjaan kantor
sekarang keenakan
eh pengen jadi ibu RT aja xixixix :p
iya mbak April
BalasHapusmungkin, karena itu panggilan jiwa mbak *tsaaah
hehehe
yang pasti, apa yang kita kerjakan dengan senang hati, pasti membawa kebahagiaan kan?
Semangat terus! ^^
ya, itu juga yang saya rasakan
BalasHapusintinya sih, ingin lebih bisa membagi waktu dengan fleksibel
Sekarang memang belum bisa, tapi semoga suatu saat nanti bisa :)
semangaaaaaaat!
BalasHapusmoga yang terbaik dari Allah untuk kita semua aamiin :)
Kalo saya belum pernah ngopi di kantor,mb,he.. Jadi saya blum tahu saya tipikal mana ni.. Hehehe.. Hmm tpi yg saya takut adalah berkepribadian ganda antara hidup sbg kantoran dan sisi pribadi lainnya. Kalo kontras kek gmn ya? Wajarkah?
BalasHapusah ya, tentu saja bukan tentang itu Mas Anis
BalasHapustidak membicarakan untung-rugi,
tapi memang kalau kita berusaha sendiri, ada untung-ruginya kan? ada saatnya kita berhasil, ada saatny kita jatuh terpuruk, Itu yang tidak akan kita alami kalau bekerja kantoran. Resikonya lain tentu ya, kalau kerja kantoran mungkin adalah soal PHK.
Mungkin, lain juga pertimbangan antara laki-laki dan perempuan
Karena laki-laki, mereka yang bertugas memberi nafkah kepada keluarga, jadi harus mempertimbangkan segala sesuatunya dengan matang. Sementara perempuan, apalagi kalau sudah punya anak, pasti tidak ingin menghabiskan waktunya dengan rutinitas yang menjauhkannya dengan anak dan keluarga
*mungkin saja seperti itu :p
waah, kalau untuk saat ini, tenetu akan sangat rugi sekali kalau aku keluar dari kantor mbak
BalasHapusLah, mau ngapain coba? Nganggur di rumah? Heheheheh :D
aamiin ya Robb
BalasHapusdengarlah doa kami :)
Haha, cobalah sekali-kali ngopi, apalagi kalo kantuk menyerang
BalasHapusTapi kalo aku malah, ngopi bikin tambah ngantuk -_-
He? maksudnya berkepribadian ganda?
karena yang di post secara umum, ya saya bahasnya umum :D
BalasHapussecara pribadi, kalo perempuan, hati saya lebih sreg seandainya mereka bersedia mengkhidmatkan diri untuk lebih banyak interaksi dengan keluarga di rumah :D
hehe..
BalasHapusmungkin naluri kewanitaan juga yang bikin saya nggak ingin lama-lama di sini..
ya, saya juga inginnya kayak gitu
Tapi, banyak juga si wanita yang berambisi dan mengejar karir. Kembali ke pilihan masing-masing ^^
setuju banget nih!! kadang pengin banget bekerja untuk diri sendiri bukan untuk orang lain. apalagi sekarang saya lagi hamil, dan mulai berpikir bisakah saya membagi waktu antara bayi saya (ketika sudah lahir nantinya) dan pekerjaan kantoran saya yang karena jarak harus berangkat dari rumah pukul 6 pagi dan pulang (hampir pasti setiap hari) malam. kasian juga anakku nanti...
BalasHapusParagraf terakhir itu mengingatkanku pada beberapa buku yang dibaca akhir-akhir ini, yang para penulisnya berusaha mengingatkan bahwa masih banyaaak peluang di luar zona nyaman. Biasanya sih disampaikan dengan menohok, seolah-olah apa pun alasan para penyuka zona nyaman itu adalah pembenaran belaka akan sebuah ketakutan.
BalasHapusTapitapitapi...
sama mbak, dengan keadaan saya sekarang ini :)
BalasHapusbismillah saja, semoga kita bisa menjalaninya, paling tidak untuk beberapa waktu ke depan ini..
Ya, ya, ya mbak..aku juga kayak gitu
BalasHapusPenuh dengan keinginan.. Tapi, tapi, tapi... :(
Ya Allah, tunjukkanlah jalan...
setuju
BalasHapustapi dalam beberapa hal kurang setuju juga sih
nggak semua orang yang kerja kantoran itu terperangkap dalam zona nyaman
nyaman secara finansial, iya
tapi seperti yang dibilang mas anis, bisa saja ada orang2 yang memang sejatinya memilih untuk 'bergerak' di sana
mengubah keadaan dan menyumbang kontribusi, di sana
anyway, wanita emang baiknya di rumah
kalaupun kerja, yang memungkinkan buat lebih banyak di rumah
apalagi kalo udah ada anak
cmiiw
*tumben serius
Nah, ayo gabung oriflame biar bisa berbuat lebih. heheheheh.
BalasHapuspernah maju mundur pengen masuk bisnis ini nih
BalasHapustapiii....sepertinya bukan jiwaku, jadi nggak jadi
emang gimana di sana mbak? infonya dong :D
aprilllllll help me dunk...... aku mau buka bimbel gratisan nih nyari relawan pengajarnya....
BalasHapusya, tidak termasuk 'orang yang memang ingin bergerak di sana' ya..
BalasHapustulisan ini sepertinya memang untuk mereka yang 'tercebur' di dunia itu
salah satunya aku, heuuuuu :p
jyaaaaahh =_=
BalasHapussip... ym-an aja, konference. orin di orinkeren@yahoo.com
BalasHapusbiar uplineku yang ngajarin soalnya aku juga newbie. hehehehehehe.
aku juga setahun lebih kok mikirnya... ragu2 dll.... wajarlah emang ikut MLM itu banyak keraguannya... tapi kalau lihat yang udah jutaan penghasilannya, apalagi sampai 70jt, siapa yang gak mau? bisa tiab bulan pergi haji tuh. Eh bletak, hahahaha naik haji mah, wajibnya 1 kali aja ya, tapi sering2 umroh, gak dilarang kayaknya... (pengen...)
pas ada workshop dari pak chris kuntadi,dkk beberapa waktu yg lalu, subhanalloh sangat memotivasi untuk berbuat lebih dan menjadi yg terbaik di kantor.
BalasHapusharus banyak belajar ni, gimana menyeimbangkan karir dan keluarga (nantinya..hehe)
rencana keluar dari zona nyaman? hm, terpikir juga pastinya. tapi entah kapan dan bagaimana ya belum tau. yang jelas sekarang adalah bagaimana memberikan yg terbaik, di tempat ini..
" Terbang sambil membuat sayap ".
BalasHapusmungkin bisa melewati zona itu :)
aih...pada moment yg pas, saat saya harus beripikir keras utk mengambil keputusan, meninggalkan zona nyaman, atau belum.
BalasHapuspikirpikirpikirpikri............ :D
BalasHapussemangat ya Fa!
BalasHapussiip, berikan yang terbaik ^^/
aamiin......
BalasHapusterbang sambil membuat sayap?
pepatah baru yaa? :D
silakan..
BalasHapussemoga bisa menentukan pilihan dengan bijak :)
hmmmm.tarik nafas dulu
BalasHapusandiah termasuk yg mana neehh???
BalasHapusAn, kak Rien baca novel ini berkali-kali terkekeh...lucu banget bukunya.
BalasHapusjadi inget si detektif M.Nur...Jose Rizal....
yak
BalasHapustariiiikk...hembuskaaann.....tarik lagii...hembuskaann.... :D
huwaaaaa..
BalasHapuspengen keluar dari zona nyaman, tapi sekaligus merasa tak berdaya :(
iyah..
BalasHapusnih lagi menyelesaikan Cinta Dalam Gelasnya
paling suka bab yang 'difilmkan'
hehehe
waaa...aku kalo ngajar gimana yaa?
BalasHapussekarang lagi benar2 kepikiran buat nyoba jalur baru...
BalasHapus
BalasHapusselamat berpikiiiiiirr :D
eh?
BalasHapuskalo di kantor jadi orang yang pasiiiiiiif banget...
BalasHapuskalo di luar kantor jadi orang yang aktiiiiiiiiif banget
betul kata mas anissyifa...visi lah yang membedakan setiap orang...meskipun ia pegawai, pengusaha, volunteer, freelancer...etc
BalasHapus