Kamis, 29 Desember 2011

Buah untuk Ibu Hamil




Semalem ada yang berkunjung
bawa buah-buahan banyaak
Alhamdulillaah...
^_^

*postingan iseng

Minggu ke-30: Tensi naik



Bulan Desember. Sudah saatnya kembali cek ke dokter kandungan. Kunjungan kali ini sebenarnya agak terlambat, mengingat 2 minggu yang lalu sudah mendaftarkan diri untuk cek, tapi ternyata saya dan suami tidak bisa datang. Akhir pekan kemarin juga sudah mendaftarkan diri, tapi kali itu dokternya yang tidak bisa karena cuti.

Akhirnya, karena ingin secepatnya, saya pun memutuskan untuk kontrol kandungan Rabu malam. Satu-satunya jadwal ibu dokter bersangkutan selain hari Sabtu pagi, dimana kami biasa datang.

Berangkat dari kantor jam 7 malam. Waktu telepon 2 hari sebelumnya dapat nomor antrian 26. Dan oleh susternya diperkirakan bakal kena giliran sekitar jam setengah sembilan malam. Lapangan Banteng-Tambak sebenarnya tidak jauh. Tapi jalanan sepanjang Salemba samapai Matraman biasanya macet pada jam pulang kantor. Benar saja, sampai di sana sekitar setengah jam kemudian. Langsung menuju kedai ayam goreng di sebelahnya karena sudah kelaparan. Sekitar jam setengah delapan lebih baru masuk RSIA Tambak untuk ngantri.

Eh tapi, kok sepi yaa? Waah, bakal dapet giliran cepet nih. Padahal waktu ngambil antrian di meja depan masih ada setumpuk nomer lumayan banyak. Tapi ternyata sampai seluruh proses selesai malam tadi, saya jadi pasien paling akhir. Mungkin sebagian tidak datang. Maklum, hari kerja dan sudah malam.

Begitu duduk di kursi tunggu, tidak lama kemudian dipanggil untuk cek tekanan darah dan berat badan. Sapertinya saya satu-satunya pasien di ruangan itu. Mbak-mbak sebelumnya sudah naik ke ruangan atas.

Ditimbang berat badan, 59 kg. Naik 3,5 kilo dari berat badan sebelumnya, dan 11 kilo dari berat badan awal kehamilan. Dicek tensi, 130/90. “Hmm…. Kok agak tinggi ya? Ibu barusan banget dateng ya?” tanya perawat. ”Mungkin masih deg-degan. Kalau gitu, duduk dulu aja. Nanti 10 menit lagi ditensi lagi ya Bu.” Oke, duduk manis lagi di kursi. Nonton tv sambil menunggu suami yang janji mau datang secepatnya. Paass, banget kemarin hp ketinggalan. Jadi tidak bisa komunikasi sama sekali. Untung suami datang tidak lama kemudian.

Sekitar 15 menit kemudian, perawat memanggil lagi. Dicek lagi tekanan darah. Tetap. Tidak ada perubahan. ”Mm... mungkin nanti dikasih resep sama Ibu Dokter” kata si mbak sambil tersenyum. Okee, dari pengalaman membaca dimana-mana, tekanan darah yang tinggi pada ibu hamil bukan pertanda bagus. Tapi tetap saja dokter yang lebih tau, jadi saya hanya tersenyum berterima kasih, lantas naik ke lantai 2, ke ruangan ibu dokter.

Waktu datang, masih ada sepasang sejoli yang menunggu di ruang tamu. Di dalam masih ada pasien. Jadi kami bakal masuk setelah sepasang sejoli tadi, hihi.

Setelah menunggu sekitar setengah jam, kami akhirnya masuk ke ruangan ibu dokter cantik itu. Setelah memeriksa rekam medisnya, beliau berkomentar, ”Kok tensinya naik? Makan apa hayo?” Saya hanya senyum-senyum. Perasaan nggak habis ngapa-ngapain deh. Setelah itu, ibu Dok menjelaskan ini, itu, pre eklampsia, dan sebagainya. Dan dapatlah saya saran untuk mengurangi konsumsi garam, makanan manis, goreng-gorengan, makanan bersantan, serta menambah makan sayur dan buah-buahan. Eh tapi, baru tau lhoo, ternyata mangga tidak terlalu recommended, karena...emmh... mengandung kolesterol (?) *lupa-lupa ingat penjelasan ibu Dok. Untuk buah, sebaiknya jeruk atau kiwi.

Setelah itu dilihat lagi keluhan yang lain, yaituu mual muntah (lagi) di trimester terakhir ini (selagi menulis ini, barusan saya lari dari kamar mandi dan mengeluarkan semua makanan yang masuk dari pagi, yaiks!). Beliau bilang, mual muntah bisa saja terjadi karena tekanan, bisa juga dari maag. Jadi, beliau meresepkan obat maag untuk cek kali kemarin.

Setelah puas ngobrol-ngobrol, ibu Dok membimbing saya ke balik tirai. Ngapain??? Mau liat si dedek kecil. USG. Sembari beliau melihat kaki saya dan bilang kalau kaki saya baik-baik aja tuh. Tidak ada bengkak sama sekali.

Lalu setelah menyingsingkan baju, saya pun menunjukkan stretchmark yang mulai menghiasi perut bagian bawah saya. Dan dia pun hanya berpesan, beli saja cream anti SM. Ada banyak di apotek. Merknya terserah. Yang penting, harus rajin mengoleskannya. Setiap saat. Tidak hanya sesudah mandi saja. Saya hanya nyengir.

Saat di usg 2 dimensi itu, saya bilang kalau saya pengen usg 4 dimensi. Ehh, tidak taunya beliau malah bilang, ”Sekarang aja ya kalo gitu. Soalnya kalo udah tambah gede, nanti tambah susah liatnya. Tapi diukur dulu ya perkembangan dedeknya..” Waah, senaaanng. Akhirnya malam itu bisa lihat wajah jagoan kecil kami juga.

Perkembangan dedek di usia 30 minggu, beratnya mencapai 1,5 kg. Normal. Alhamdulillah. Organ-organ dalam bagus. Alhamdulillah. Setelah itu, dilihat grafik aliran plasentanya. Normal.

Eh looh, tapi? Kok sang suami nggak ikut lihat? Dia masih asik di balik tirai. Mungkin canggung karena biasanya Ibu Dok tidak memakai ruangan tersebut. Setelah dipanggil, baru dia masuk ke balik tirai dan ikut mengamati gambar di layar. Tapi saking asiknya, kami sampai lupa memfoto saat Ibu Dok memulai usg 4 dimensi. Dan tidak bilang juga kalau mau dicetak. Jadi hanya dapat CDnya saja, huhu...

Selesai semua aktivitas bareng ibu Dok, saya diminta sekalian cek urine di lab. Akhirnya turun ke bawah, buat ngambil sampel urin. Tapi karena antri toilet (entah ada orang di dalamnya atau tidak, hihi), kami jadi agak lama. Dan waktu hasil labnya keluar, ternyata ibu Dok sudah pulang. Ya sudahlah, besok waktu cek lagi dikonsultasikan lagi hasil labnya. Semoga tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Seharian ini, rasanya sudah memenuhi hari dengan pikiran negatif. Walaupun sudah berkali-kali mensugesti untuk take it easy, ternyata hal itu tidak mudah. Akibatnya, makanan yang masuk keluar lagi semua. Stress siihh.. Ayo semangat! Gimana mau nurunin tensi kalo stress masih berlanjut? Pasrahkan semuanya hanya kepada Allah.. Nothing to be worried. Okay? ;)


P.S:
dan untuk biaya total tadi malam, konsultasi dokter, USG 4 dimensi, 4 macam obat-obatan, dan cek lab, ternyata hanya habis Rp 733.000,00. Padahal sudah negatif thinking saja bakal lebih dari satu juta. Ternyata alasannya karena ibu Dok (tempat kami biasa cek itu) bukan spesialis yang biasa melakukan usg 4 dimensi. Jadi, biayanya lebih murah *urut dada karena lega. Mana dibilang plafon asuransi untuk melahirkan sudah Rp 0,00 pula. What?? Padahal baru sekali itu mau memakainya . Memang sengaja selama ini tidak pakai asuransi dengan pertimbangan asuransi itu akan dipakai pada saat lahiran nanti. Ternyata oh ternyata, pada waktu tes TORCH dulu, di sana tercatat sebagai pengeluaran untuk persalinan normal. Dan sepanjang tahun ini, saya dinyatakan sudah melakukan 2x persalinan normal: waktu kuretase di kehamilan pertama, dan tes TORCH di kehamilan kedua *tepok jidat. Untuk urusan yang satu ini, biar suami aja deh yang mengurus nanti. Semoga masih rejekinya dedek yaa :))


Rabu, 14 Desember 2011

Keluhan seorang warga Jakarta


Kapan pertama kali saya menginjakkan kaki di ibukota negara kita tercinta, Jakarta? Sepertinya waktu SD, saat saya ikut rombongan sekolah Ibu study tour ke Taman Mini dan Ancol. Selebihnya? Tidak ada. Pun, tidak pernah sama sekali saya ingin hidup di kota  metropolitan ini. Sampai pada suatu hari, waktu itu saya sedang menanti pengumuman seleksi masuk Perguruan Tinggi Kedinasan yang terletak di ibukota, Ibu saya bilang sepertinya dia punya firasat bahwa saya akan pergi ke Jakarta. Meninggalkan Jogja dan kampus yang baru beberapa hari saya masuki.

Dan benarlah, pertengahan menjelang akhir 2006, pengumuman itu pun keluar, saya diterima di kampus para calon PNS itu. Jakarta, i'm coming.

Sebenarnya, pada masa-masa kuliah selama 3 tahun di pinggiran Jakarta itu, semuanya berjalan dengan menyenangkan dan baik-baik saja. Gambaran kota Jakarta yang keras melebihi ibu tiri, tidak pernah saya rasakan. Mungkin karena keseharian saya yang hanya berkutat di kampus dan daerah kos-kosan. Jarang keluar jauh dari lingkungan itu, kecuali hanya sesekali.

Gambaran mengenai Jakarta semakin jelas terasa saat saya dan teman-teman harus menjalani praktek kerja lapangan. Setiap hari selama satu bulan, kami harus membelah macetnya jalanan ibukota, dari kos di pinggiran Jakarta, menuju kantor di pusat kota. Mulailah terasa, bagaimana perjuangan yang dilakukan kebanyakan warga DKI

Fuuhhh... sepertinya intro tulisan ini terlalu panjang.

Pada akhirnya,setelah lulus dari PTK tersebut, saya pun mulai bekerja. Di Jakarta. Masih lebih baik jika dibandingkan teman-teman yang harus keluar pulau, pikir saya.

2 tahun berlalu tanpa terasa. 2 tahun, saya resmi menjadi pekerja kantoran di Jakarta. Dan setiap hari, saya harus berkutat dengan keseharian Jakarta yang keras. Meskipun saya rasa, tidak begitu keras dibandingkan dengan mereka yang hidup di pinggiran Jakarta. Ya, selama 2 tahun ini saya masih hidup di tengah ibukota. Di antara kemacetan, gedung-gedung tinggi, dan pemukiman kumuh. Belum akan beranjak, sampai saya menemukan tempat tinggal sediri. Mungkin saat itulah saya baru akan menepi ke pinggiran.
   
Ah, sekali ini setelah 2 tahun, saya ingin bilang, kota ini adalah kota yang sakit. Dimana-mana tindak kejahatan terjadi. Keruwetan terjadi. Dan bagaimanalah nasib kita, penduduk setia yang menggantungkan hidupnya pada kota ini? Saya merindukan kota yang tertib, damai, dan memberikan kenyamanan bagi penduduknya. Kalau dinilai tingkat kesehatan psikisnya, mungkin penduduk Jakarta memiliki tingkat stress yang paling tinggi di antara kota-kota lain. Bagaimana tidak stress, kalau setiap hari kita dihadapkan pada persoalan kemacetan, mulai bangun tidur, hingga akan tidur lagi? Bayangan jalan-jalan kota Jakarta pada pagi dan sore hari saat jam sibuk pun sudah membuat kepala cenat-cenut. Berjam-jam waktu dibutuhkan hanya untuk menempuh perjalanan dari rumah ke kantor dan sebaliknya, sangat sia-sia.

Belum lagi bila hujan turun. Selain dibayang-bayangi kemacetan yang semakin parah, warga juga dibayang-bayangi ketakutan akan datangnya banjir. Dan setiap musim penghujan tiba, setiap itu pula proyek perbaikan gorong-gorong dimulai. Mengapa jalanan ibukota selalu macet, bahkan kemacetannya makin tahun makin bertambah? Tentu saja karena penambahan jumlah kendaraan di jalan raya, yang tidak diimbangi dengan penambahan volume jalan. Solusi? Banyak orang bilang, sediakan alat transportasi massal, agar orang beralih dari mobil pribadi ke angkutan umum.

Tapii, lagi-lagi, bagaimana orang seperti saya akan nyaman memakai angkutan umum kalauu:

- para sopirnya ugalan-ugalan

Naik metromini, kopaja, mikrolet rasanya sama saja dimana-mana. Sopir mengemudikan kendaraan seenaknya. Tidak jarang mereka ngebut di tengah padatnya lalu lintas. Seringkali malah balapan, saling susul menyusul satu sama lain. Menyerobot jalur orang. Kalau ada yang menghalangi jalan, dimaki-maki oleh sang sopir, tapi sendirinya sering menyebabkan kemacetan di perempatan-perempatan, tanpa mempedulikan arus lalu lintas di belakangnya. Kalau ada kesempatan, mereka akan menyerobot masuk ke jalur busway. Kalau ada penumpang mau turun? Turunkan saja di tengah jalan :(

- sering terjadi tindak kejahatan di angkutan umum

Saat ada bis transjakarta, warga menyambutnya dengan gembira dan antusias. Akhirnya, ada juga angkutan massal yang nyaman. Tapi, belakangan sering bermunculan kasus yang melibatkan bis transjakarta. Di antaranya adalah, kasus-kasus pelecehan seksual yang sering terjadi di tengah kepadatan penumpang. Walaupun bukan penggunanya, tapi setiap hari saya melihat orang-orang yang berjubel di dalam bis ini,saat pagi dan sore hari. Mereka berdiri berhimpitan satu sama lain, nyaris tidak bisa bergerak. Pantas saja sering dijadikan kesempatan oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab. Selain kejahatan di bis trans ini, kita juga sering mendengar tindak kejahatan di angkutan umum lain. Seperti kemarin sore, ada berita tragis. Lagi-lagi, ini untuk yang kesekian kali, terjadi tindak pemerkosaan di dalam angkutan kota. Sepertinya emosi saya langsung naik begitu membaca berita itu. Orang macam apa yang tega melakukan tindakan keji seperti itu?? Seberapa sakitkah masyarakat kota ini? Hingga tindak kejahatan yang sama terjadi berulang-ulang? :(

- sistem yang tidak praktis dan membingungkan

Kalau yang satu ini, saya sedang membicarakan tentang kereta api.Setelah sempat heboh dengan commuter line yang menambah panjang waktu tempuh perjalanan, PT KAI sedang berbenah kembali dengan menerapkan sistem barunya, loopline. Untuk lebih detailnya, silakan gugling sendiri mengenai cara kerja sistem ini. Banyak orang mengeluhkan, waktu tempuh mereka menjadi lebih lama. Selain ditambah transit di setiap stasiun, mereka juga harus tangkas berpindah dari satu kereta ke kereta lain bila ingin sampai di tujuan. Karena jalur yang dilewati tidak lagi sama dengan jalur sebelumnya. Tujuan dari diterapkannya sistem ini adalah untuk menambah jadwal keberangkatan kereta, sehingga semaikn banyak penumpang yang terangkut. Dalam waktu dekat ini, memang belum terlihat hasilnya. Tapi saya sangat berharap, semuanya sudah lancar dan saat saya akhirnya menggunakan moda transportasi ini nantinya (artinya, kalau saya sudah pindah ke pinggiran Jakarta :D)

Maka, jangan salahkan saya, kalau saya bercita-cita punya kendaraan pribadi bila nanti saya mampu untuk membelinya. Toh, naik kendaraan pribadi, ataupun kendaraan umum, sama saja capeknya. Untuk sementara waktu, sampai ada angkutan massal yang benar-benar nyaman, saya belum akan berubah pikiran.

Tulisan ini sepertinya sudah sangat panjang. Maafkaaaann... ceritanya lagi curhat.

Setelah berkali-kali meyakinkan diri bahwa saya harus mencintai Jakarta, kali ini saya ingin menumpahkan perasaan saja. Seorang kawan pernah menulis status di bb-nya: ratakan Jakarta, lalu bangun kembali (Mbaak, kalau kamu membaca tulisan ini, kasih tau aku yaa, hihi). Sepertinya saya setuju juga dengan kata-katanya. Saking bingungnya, harus memulai darimana perbaikan yang dimaksud. Kemacetan, banjir, tindak kejahatan, pemukiman kumuh, sampah, dst.

Ah, Jakarta oh Jakarta..

Bagaimanapun, ada satu sudut yang menjadi tambatan hati saya di Jakarta. Mungkin, satu-satunya tempat yang memberikan kedamaian. Tempat saya berbagi cinta dan pengharapan. Tempat itu, rumah :)



sumber gambar: google



 

Rabu, 30 November 2011

Menyusun daftar perlengkapan adek bayi





Sebagai seorang calon ibu, tentu dong saya menginginkan semua yang terbaik untuk calon anak kami kelak. Diantaranya adalah mempersiapkan segala keperluannya ketika lahir nanti. Nah, berhubung saya masih sangat awam mengenai bayi dan perawatannya, tentu yang pertama saya lakukan adalah mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang persiapan mempunyai anak, termasuk apa saja yang harus saya persiapkan untuk menyambut kedatangan si kecil.

Setelah mencari informasi di internet, saya menemukan banyak artikel (termasuk di dalamnya blog-blog para ibu muda), tentang daftar perlengkapan yang harus dipersiapkan untuk kelahiran. Berikut 2 daftar yang saya ambil dari sini dan sini.


*Daftar 1

Kebutuhan Utama Bayi
Pakaian
½ lusin stelan baju tangan panjang + celana panjang
1lusin atasan lengan pendek
1lusin atasan tanpa lengan
1½ lusin celana pop/celana pendek
2-3 jumper/baju monyet
2-3 celana tutup kaki **optional
4-6 pasang sarung kaki + sarung tangan
1-2 buah kaos kaki/sepatu bayi
1 cardigan/jaket/baju hangat
1 topi bayi
½ lusin singlet
2 lusin popok kain
½ lusin gurita
1- 1½ lusin bedong
2-3 buah alas dada/oto (bib)
½ lusin sapu tangan handuk

Perlengkapan Mandi & Ganti Pakaian
bak mandi *bisa dipinjam
penyangga/kursi mandi **optional
perlak mandi untuk alas ganti pakaian
alas karet anti slip ***jika menggunakan kursi mandi, alas ini bisa dibeli setelah bayi bisa duduk sendiri didalam bak
2 buah] handuk bayi besar
3-4 buah] washlap/sarung tangan handuk
sponge bath **optional
sabun mandi
shampoo ***bisa menggunakan yang two in one dengan sabun
baby lotion/baby cream
baby oil
baby cologne
diapers cream
bedak+tempatnya
minyak telon
wet tissue
cotton buds
sisir+sikat bayi
gunting kuku bayi
1 pack newborn pampers
kapas bulat ***kalau mau irit beli kapas kiloan di apotik lalu bentuk bulat-bulat, simpan di toples

Perlengkapan Tidur
box/crib/tempat tidur bayi *bisa dipinjam
kasur ***sebaiknya baru
2 pasang] bantal guling
Seprai, bumper/pengaman, kelambu
bantal peang (ada lekukan di bagian kepala)
selimut bayi
kojong/tudung **optional
1 buah] perlak besar
2 buah] perlak kecil
alat monitor bayi **optional & bisa dipinjam

Perlengkapan Minum & Makan
botol susu + dot )***beli 2-3 botol ukuran kecil, lainnya bisa dibeli setelah bayi lahir
sterilizer/panci untuk merebus botol ***pilih salah satu
penjepit untuk mengambil dot & botol
sabun + sikat cuci botol
box untuk menyimpan botol
milk powder container
bottle warmer **optional & bisa dipinjam
botol susu berujung sendok untuk memberikan ASI atau jus buah usia 6 bulan ke atas
training cup
perlengkapan makan bayi (sendok+piring,dll) ***untuk 6 bulan keatas
pemeras jeruk, parutan & saringan ***untuk 6 bulan keatas
food processor atau bisa menggunakan juicer atau saringan untuk melembutkan makanan tim ***untuk 6 bulan keatas
kursi makan **optional & bisa dipinjam

Kebutuhan Tambahan
thermometer
sedotan ingus (nose cleaner)
kassa
alcohol 70%
betadine
tas bayi **optional
play pens [boks tempat main bayi] **optional & bisa dipinjam
baby bouncer (kursi santai bayi) **optional & bisa dipinjam

Kebutuhan Travelling
stroller/kereta bayi *bisa dipinjam
gendongan bayi (sling)
car seat **optional & bisa dipinjam
carry cot (keranjang bayi) **optional & bisa dipinjam

Kebutuhan Ibu
3 buah] BH menyusui
breast pads
gurita ibu
breast pump (pemompa asi) **optional


**Daftar 2

Pakaian
6 bh atasan baju tangan panjang
6 bh celana panjang
3 bh celana tutup kaki
6 bh atasan lengan pendek
12 bh atasan tanpa lengan
12 bh celana pendek
3 bh jumper/baju monyet
6 pasang sarung kaki + sarung tangan
1-2 buah kaos kaki/sepatu bayi
1 bh cardigan/jaket/baju hangat (aku punya yang model rajutan)
1 topi bayi
6 bh singlet
2 lusin popok kain/kaos
1 lusin popok plastik (tipers)
2 lusin popok kain yang dipotong talinya (untuk sumpel popok plastik)
1 lusin gurita
1 bedong
1 lusin alas ompol

Perlengkapan Mandi & Ganti Pakaian
bak/ember mandi
perlak mandi
handuk bayi besar
washlap
sabun mandi
shampoo
baby lotion/baby cream
baby oil
baby cologne
bedak+tempatnya
minyak telon
tisu basah
cotton buds (pilih yang kecil)
sisir+sikat bayi
gunting kuku bayi
1 pack newborn pampers (aku beli yang kecil, cuma untuk jaga2)
kapas (beli kiloan lebih hemat, ada yang bulat atau kotak, aku pilih kotak)
2 bh ember plastik bertutup (1 untuk baju kotor dan ompolan, 1 untuk kotoran buang air besar)

Perlengkapan Tidur
box/tempat tidur bayi (ini dari eyang putri, bisa dibuka bagian sampingnya)
kasur (untuk ditaruh di box, biasanya box belum termasuk kasur)
bantal guling
Seprai dan sarung bantal guling
kelambu
bantal peang (ada lekukan di bagian kepala), udah dapat hadiah dari prenagen
selimut bayi
kojong/tudung
perlak besar
perlak kecil

Perlengkapan Minum & Makan
botol susu + dot (aku pilih yang rubber bukan silicon, berdasar pengalaman ponakanku)
sterilizer/panci untuk merebus botol (lungsuran aja)
sabun + sikat cuci botol
milk powder container (sekarang belum beli)

Kebutuhan Travelling
stroller/kereta bayi (belum punya, ntar2 aja kalo udah agak gedean)
gendongan bayi, gendongan jarik
car seat (besok kalo udah gedean, menunggu lungsuran)
keranjang bayi (sebagai pengganti car seat untuk awal2)

Kebutuhan Ibu
BH menyusui
breast pads
gurita ibu
breast pump (pemompa asi) – belum tentu terpakai


***


Bingung melihatnya?
Saya juga, ahaha..
Dan sekali lagi, sebagai calon ibu yang baik, saya nggak mau dong, melihat anak saya kekurangan perlengkapan. Jadi, saya tunjukkan saja daftar-daftar seperti ini ke suami, dan bilang kalau kami harus menabung untuk membelinya.

Kemarin, suami ternyata berkonsultasi dengan sahabatnya. Mbak-mbak yang anaknya baru berumur 3 bulan. Ibu baru juga. Suami searching di internet, dan menunjukkan daftar-daftar perlengkapan bayi yang segambreng itu. Kata si embak, tidak semua yang ada dalam daftar itu benar-benar dibutuhkan. Jadi, dia membuatkan saya list yang lebih pendek. Ini dia

Perlengkapan Ibu di RS
Gurita/stagen/korset 2 buah
Pembalut melahirkan/pampers model celana
Baju kancing depan

Perlengkapan ASIP
Pompa ASI
Botol kaca/kantong ASIP

Baby
2 lusin kain bedong
2 lusin kain bedong kecil untuk alas ompol
1/2 lusin gurita
1 lusin baju lengan panjang
1 lusin baju lengan pendek
1 lusin celana panjang
1 lusin celana pendek/pop
2 lusin celana ompol (pendek, bahannya lebih tipis)
1 lusin sarung tangan/kaki
1/2 lusin topi
2 buah selimut bertopi
perlak
kelambu

Perlengkapan mandi
Bak mandi
sabun
shampoo
hair lotion
baby oil
kapas bulet
tissue basah
*alkohol
*handuk
*waslap

Perlengkapan tambahan
thermometer bayi

*yang diberi tanda bintang, tambahan dari saya sendiri :p


Kata si embak, stroller tidak usah beli karena nanti ada yang ngado. Gendongan dan tas juga sepertinya banyak yang ngado *PeDe banget sih An :p Katanya lagi, pertumbuhan bayi dalam 3 bulan pertama sangat pesat, jadi ada barang-barang yang hanya dipakai sebentar saja. Dia sempat kecewa juga, karena seharusnya bisa memangkas ongkos belanja keperluan bayi menjadi setengahnya saja.

Hmm..
Memberikan yang terbaik untuk anak memang penting. Tapi, ternyata kita juga harus bijak memilah mana yang perlu dan tidak perlu.



note: adakah ibu-ibu di sini yang bersedia memberi masukan mengenai list di atas?

*foto adalah catatan tambahan dari si embak untuk saya




Kamis, 24 November 2011

Pempek Mbak Imazahra




Mbak Imaaa, pempeknya baruu aja nyampe. Udah ga sabar nih, pengen buru-buru ngerasain :D

Rabu, 23 November 2011

Perjalanan menemukan rumah idaman (bagian 2)


Haii? Halloo??

Apa kabar rumah idaman kami?

Sedikit cerita tentang suka duka pencarian rumah idaman kami, yang sepertinya sampai saat ini belum mengalami kemajuan berarti. Setelah berjuang sendiri, mencari info lewat internet, juga teman-teman, akhirnya ayah menggunakan jasa agen untuk mendapatkan informasi rumah. Sudah sekian minggu berjalan. Sudah sekian info yang dikirimkan lewat email, tapi belum juga ada yang sreg di hati.

Terakhir, kemarin minggu ayah bertemu dengan seorang agen. Agen ini juga bukan tanpa koneksi sama sekali. Jadi, isteri-teman kantor-ayah punya nasabah-nasabah yang bekerja di bisnis properti. Melalui temannya itulah, ayah mendapatkan info tentang perumahan-perumahan. Kata temannya, "Bilang saja, kenal dengan Ibu X" Ibu X itu adalah isteri teman ayah ini. Bingung?? Hahaha..abaikan.

Minggu pagi, ayah janji bertemu dengan seorang agen untuk melihat soft launching sebuah perumahan di kawasan Serpong. Saya tidak ikut. Apalagi pagi itu, hujan kecil sempat meramaikan suasana. Ayah bawa motor dari kontrakan sampai Bintaro sektor 9. Saya sebenarnya tidak tega melepasnya pergi sendiri, soalnya dia tidak hapal daerah Bintaro. Akhirnya setelah meyakinkan diri dengan melihat rute yang akan dilaluinya lewat google maps, ayah pun berangkat. Tak lupa doa restu dari isteri turut mengiringi keberangkatannya.

Sepanjang siang, setelah ayah sampai di Bintaro sana, kami pun berkomunikasi via bbm. Ayah pergi dari satu perumahan ke perumahan lain ditemani sang bapak agen untuk melihat-lihat. Sesekali dia mengirimkan foto perumahan yang tampak masih dibangun.

Siang menjelang sore, saya tiduran di kamar depan. Tang-tung-tang-tung suara bb dari ruang tengah tidak saya pedulikan. Sekitar satu jam kemudian, ayah pulang ke rumah. Dia cerita kalau sempat nyasar. Langsung saya buka bb. Ternyata ayah yang bbm, bilang kalau dia kebingungan di jalan. Kasihaan... Tidak nyasar sebenarnya. Hanya dia tidak tau sedang ada di daerah mana. Akhirnya mampirlah dia di warung padang untuk makan. Begitu ceritanya.

Ayah pulang tidak dengan ekspresi kegembiraan. Sepertinya dia belum menemukan perumahan yang cocok. Malam itu kami bercerita tentang pencarian ayah. Ada satu tempat yang dia suka. Perumahan dekat dengan stasiun, jalan kaki pun bisa. Jumlah rumahnya hanya sekitar 30an. Daerahnya tenang, tapi begitu keluar sedikit langsung masuk ke keramaian. Ada pasar juga di sekitar situ. Hanya mendengar dari cerita ayah, entah kenapa saya langsung sreg, meskipun belum pernah melihatnya secara langsung. Tapi...penawarannya masih terlampau tinggi untuk kami. Kami bicarakan berbagai alternatif. Akhirnya kami pikir kami akan mencari yang lain dulu, sambil masih menyimpan pilihan yang satu itu di dalam hati. Siapa tau kami dapat meraihnya. Kalau memang jodoh, Allah pasti memberi jalan.

gambar diambil dari sini


Pencarian pun dilanjutkan. Sementara dengan mengandalkan internet dan email-email dari agen. Puncaknya 2 hari yang lalu. Saya capek. Sepertinya kami tak kunjung menemukan apa yang kami inginkan. Saya pun marah-marah ke ayah via hape, siang hari, di kantor. Saya bilang saya sudah tidak mau tau lagi urusan rumah. Capek. Lalu muncul pemikiran, kenapa ya, kita tidak punya uang banyak biar bisa beli rumah yang sesuai keinginan? Astaghfirullah... Itu namanya kufur nikmat. Saya beristighfar, mengingat banyak orang di luar sana yang bahkan untuk makan saja susah. Saya dan ayah masih hidup dengan sangat layak meskipun kami belum punya rumah. Menyesal rasanya punya pemikiran seperti itu.

Sore harinya, saya bbm ayah, bilang minta maaf karena sudah judes nggak jelas ke dia. Ayah pun memaafkan. Sampai saat ini, kami belum membicarkan rumah lagi. Begitu banyak yang ada di depan mata. Yang paling dekat tentu saja kelahiran anggota baru keluarga kami. Sepertinya, menemukan rumah idaman kami memang bukan perkara mudah di tengah event-event yang akan segera datang.


p.s: sekarang, kami sedang menunggu informasi tentang tanah yang sedang dinegosiasikan harganya. Setelah berkonsultasi dengan teman yang punya rumah dengan cara dibangun, sepertinya kami lebih prefer untuk membangun rumah sendiri. Tapi tentu saja, pencarian perumahan pun takan etap dilakukan. Semoga tahun depan, keluarga kecil kami sudah mempunyai tempat berteduh yang nyaman. Dan milik sendiri :)


*postingan ini juga bisa dilihat di sini



Senin, 07 November 2011

Jenuh

Mulai jenuh?
Sepertinya

Ingin pindah ke rumah baru
Ingin suasana baru
Tapi, rumah yang setahun lalu pernah dibuat pun, sampai sekarang masih seperti itu-itu saja

Jadi ingat, berapa banyak akun yang sudah pernah dibuat di dunia maya ini
Pada akhirnya, toh tetap kembali lagi ke MP :)

Selasa, 01 November 2011

Jadi, siapa yang telpon?

Lagi konsinyering di xxx hotel nih. Udah malam kedua. Males banget karena cewek sendiri, nggak ada temennya. Jadinya ngapa-ngapain ya mesti sendiri. Ngapa-ngapain itu misalnya, istirahat di kamar, atau ke toilet pas lagi rapat. Nggak tau tuh, nggak suka aja sama toilet-toilet hotel. Tempatnya mojok, terpencil, dan kedap suara. Jadi begitu masuk ke toilet, yang tadinya di luar masih ada suara-suara, tiba-tiba jadi sunyi senyap. Belum lagi biliknya banyak, dan penerangannya remang-remang pake lampu yang nyalanya kekuning-kuningan. Bagus siii, tapi kok ya serreeeemmm... Berhubung nggak ada temen yang bisa diajakin ke toilet, jadi ya terpaksa memberanikan diri.

Naah, malem ini tuh rencananya mau naroh tas di kamar dulu, baru turun ke ruang rapat. Biar kalau mau pulang, bisa langsung bablas nggak usah malu-malu. Kemaren soalnya udah disuruh-suruh pulang tuh, karena udah malem. Tapi akunya nggak enak. Masa yang lain masih rapat, aku pulang sendiri jinjing-jinjing tas. Kalau ini kan, kalau capek bisa pura-pura keluar, ambil tas ke kamar, trus pulang deh. Kenapa nggak nginep aja sih? Karenaa, nggak suka nginep di hotel. Nggak cocok. Boboknya nggak nyenyak. Padahal juga udah malem, gampangnya tinggal masuk ke kamar aja, trus tidur deh.

Dan tadi, akhirnya pinjem kamar deh ke Mas Mail. Mas Mail nggak mau nginep, jadi kamarnya aku pinjem, buat istirahat, dan buat tiduran misua dulu kalau nanti jemput.

Jadi, kamar itu letaknya di lantai 23. Begitu sampai lantai 23, langsung cari-cari kamar yang ternyata letaknya ada di pojokan. Oke. Koridor sepi, kamar di pojok. Kalau ada apa-apa, mungkin aku lari saja. Haha..

Masuklah ke kamar. Nyalain lampu. Liat twin bed. Boboan di kasur, nonton tivi, trus telpon misua yang masih di kantor. Nanyain jam berapa mau jemput. Sebenarnya untuk menghalau dan menghilangkan rasa sepi. Halah! Telponnya juga sengaja dilama-lamain. Selesai telpon, iseng nonton acara TV. Tiba-tiba..... "Kriiiiinnngg! Krriiiiiinngg!!" Telpon kamar bunyi. Siapa yang telpon ya? Ngapain?? Sambil cari-cari sumber bunyi, masih juga berpikir. Ooh, ternyata yang bunyi telpon di toilet.

"Halo?"
"Halo.. Ibu, ini dari front desk. Tadi ibu telpon biar bednya disatuin ya?"
Ha? Emmh.. Perasaan nggak telpon kemana-mana deh.
"Iya, gimana?"
"Nanti orang kita naik ke atas ya Bu, buat nyatuin bed-nya"
"Tapi saya nggak telpon deh"
"Tadi, Bu ANDI telpon buat nyatuin bednya kan?"
Karena ngerasa punya nama ANDIAH, jadi deh aku iyain.
"Mm..ya..."
"Ibu tunggu di kamar 30 menit ya. Nanti 30 menit lagi orang kita naik buat nyatuin bed"

Aneh. Nggak habis pikir. Beneran nggak nih? Kok kayaknya mencurigakan? Apalagi lagi sendirian di kamar.

Langsung deh telpon mas Mail. Tanya apa dia yang mesen biar bednya disatuin. Ternyata Mas Mail bilang nggak tau. Dan pesen biar nanti kalau orangnya dateng, ditolak aja.

Mulai deh serem. Siapa yang telpon? Trus, kok tau kalau yang ada di kamar namanya Andi. Padahal kan kamar itu atas nama Ismail. Dan yang punya kamar juga nggak telpon? Siapa lagi coba yang tau? Hiiiyy.. Daripada serem di kamar sendirian, lagian bingung juga nanti kalau ada mas-mas hotel yang dateng, mending turun aja deh. Nungguin orang-orang selesai makan. Ke kamarnya nanti lagi kalau misua sudah datang.

Ah, jadi nggak konsen dengerin rapat nih :D

Jumat, 21 Oktober 2011

Jadi (nggak) enak

Alhamdulillah.... puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmat usia, nikmat waktu, nikmat kesehatan, sehingga hari ini saya bisa berada di sini, dalam keadaan sehat walafiat tidak kurang suatu apapun, dalam usia saya yang menginjak 23 tahun hari ini :)))))

Hihihi..
Alhamdulillah yaa, tak terasa, udah 23 tahun mulai sekarang.

Tanpa berpanjang lebar lagii, sebenernya pengen cerita aja. Kalau tahun kemarin, saya menikmati 22 tahun dengan status pengantin baru, maka hari ini statusnya berubah menjadi calon ibu. Insya Allah..aamiin...

Sebagai pengantin baru (setahun yang lalu), wajar dong yaa, kalau mengharapkan surprise dari suami baru. Makanya, lumayan ngambek juga tuh pas ternyata saya didiemin aja, cuma dikasih ucapan doang dari suami yang nggak bisa romantis ituh. Tapi eh tapi, beberapa waktu kemudian, datanglah surprise dari sang suami. Udah nggak ngambek lagi dehh

Mungkin, mengingat pengalaman tahun lalu yang seperti itu, kali ini suami nggak mau kecolongan lagi.

Tadi pagi pas bangun tidur, tiba-tiba aja suami langsung ngeloyor keluar kamar. Nggak seperti biasanya. Biasanya, dia cuma nabok-nabok nyuruh isterinya bangun. Pas isterinya udah wudlu buat sholat subuh, baru deh dia bangun dan ambil wudlu. Eh, tadi pagi kok ndilalah dia langsung bangun keluar kamar. Saya yang masih setengah terlelap pun curiga (ya elaah, masih setengah terlelap aja udah curiga :p). Sambil membuka sebelah mata, saya melihatnya keluar kamar. Habis itu saya pun melanjutkan merem lagi (padahal udah waktunya subuh). Dan benar ternyata..... "Selamat ulang tahun ya sayaanng..." Katanya yang udah di dalam kamar lagi sambil membawa sekotak sesuatu. Waaahh, asiiikk. Padahal sempet berharap kalau kejutannya dikasih di akhir hari, biar deg-degan. Kalo udah dikasih pagi-pagi, udah nggak ada surprise lagi dong, wkwkwk..


***

Sore ini, iseng-iseng saya browsing, cari harga barang yang dikasih sama misua tercinta. Dan setelah tau harganya..Hiks! jadi terharu.. Soalnya saya tau jumlah saldo yang ada di rekeningnya itu tidak banyak. Secara, uang di rekeningnya cuma mampir sebentar untuk jangka waktu yang tidak lama. Maklum, bukan rekening untuk tabungan, hanya rekening untuk menampung gajinya yang tiap bulan habis untuk keperluan bulanan. Jadi, pas kemarin2 di awal gajian, dia sempet 'menahan' agar uangnya lumayan banyak bersisa di rekening. Tujuannya supaya bisa kasih kado 'sesuatu', yang memang sudah lama diminta sama isterinya ini. Tapii, ternyata uang di sana lama-lama terkikis sedikit demi sedikit untuk keperluan ini-itu. Dan akhirnya, tidak cukup lagilah untuk membelikan apa yang diminta isterinya :p

Suami sempet bilang, "Nanti, kadonya nggak barang itu dulu yaa.."
dan dengan entengnya sang isteri menjawab, " Iya, nggak papa.. Tapi nanti kapan-kapan tetep dibeliin yaaaa.." *dasar isteri matre! Dan ternyata, walaupun bukan barang yang diinginkan, tetep aja harga kadonya lumayan. Tidak terlalu mahal, tidak juga murah, untuk ukuran orang lagi nggak punya uang kayak suami saya minggu-minggu terakhir ini. Makasih ya sayaanng... Akan kurawat pemberianmu ini dengan baik. Jangan khawatir, nanti tanggal 25 kan udah gajian lagi ya sayang...



Jumat, 07 Oktober 2011

Minggu ke-18




Sedikit ringkasan aja, belum sempet nulis panjang-panjang *lagi ngebut nyelesein kerjaan :D

Yang pertama,
mulai minggu ke-17, tepatnya hari Sabtu kemarin, untuk pertama kalinya kami (saya dan suami) merasakan gerakan-gerakan lembut yang bisa diraba dari luar. Awalnya saya aja si yang ngerasa-dan itupun masih sangsi-gerakan seperti angin di dalam perut. Tapi semenjak minggu kemarin, kami sudah bisa elus-elus dedek kecil dari luar. Bahagiaaa banget rasanya. Biarpun masih lemah, tapi semakin ke sini, saya semakin peka terhadap gerakan-gerakan yang tidak tentu waktunya itu.

Kedua,
Seiring dengan itu, mulai belajar juga pola waktu si dedek aktif gerak-gerak. Biasanya kalau bangun, subuhan, sudah bisa merasakan gerakan-gerakan mungilnya. Lalu sore hari di kantor, kayak sekarang ini, trus malem pas udah nyampe rumah. Bahkan sampe jam sepuluh malam pun, dedek biasanya masih aktif bergerak :D

Ketiga,
semakin rajin browsing segala sesuatu tentang kehamilan, dan kelahiran. Masih rajin baca tahapan perkembangan bayi. Dan mulai rajin browsing segala hal yang diperlukan untuk mempersiapkan kelahiran. Teruuss, rajin baca-baca juga tentang ASIX, ASIP, dan teman-temannya. Paling suka baca perjuangan ibu-ibu pekerja yang menyediakan ASIP untuk ana-anak mereka. Biarpun masih lama, nggak ada salahnya membekali diri dari awal.

Keempat,
nggak doyan nasi. Tiap kali makan nasi dan turunannya (bubur ayam, lontong), selalu dimuntahin lagi. Sudah semingguan lebih kayaknya. Karenanya, bingung juga tiap kali waktu makan tiba. Kemarin sempet nyobain makan bubur ayam lagi pas sarapan, Udah nggak habis, muntah pula. Ya sudah. Sekarang, tambah nggak doyan nasi. Tiap kali ngeliat, udah eneg. Alhamdulillah, kalau malam masih bisa. Soalnya langsung disambung tidur. Jadi nggak sampai muntah

Kelima, dan yang terakhir,
nggak penting siihh.. cuma mau bilang aja kalau kemarin habis beli timbangan. Soalnya suka penasaran: berat badan nambah nggak yaa?? Bukan untuk mengontrol kenaikan berat badan, suerr! Cuma untuk tahu perkembangannya aja. Rasanya seneng banget pas liat di timbangan berat badan naik. Tapi nggak tau juga, timbangannya akurat apa enggak, hehehe



Oya, ini perkembangan Janin Minggu ke-18, sumbernya dari sini

Sekarang Janin sudah dapat mendengarkan suara dari luar tubuh anda.  Janin akan bergerak atau melompat ketika mendengarkan suara keras. Otot Janin sudah dapat berkontraksi dan relaks, Janin sudah dapt menendang, meninju dan bergerak sangat aktif. Dalam minggu ini mungkin anda sudah dapat merasakan gerakan putarannya untuk pertama kali.

Taksiran berat janin sekitar 150 gram. Rahim dapat diraba tepat di bawah pusar, ukurannya kira-kira sebesar buah semangka. Pertumbuhan rahim ke depan akan mengubah keseimbangan tubuh ibu. Sementara peningkatan mobilitas persendian ikut mempengaruhi perubahaan postur tubuh sekaligus menyebabkan keluhan punggung. Keluhan ini makin bertambah bila kenaikan berat badan tak terkendali. Untuk mengatasinya, biasakan berbaring miring ke kiri, hindari berdiri terlalu lama dan mengangkat beban berat. Selain itu, sempatkan sesering mungkin mengistirahatkan kaki dengan mengangkat/mengganjalnya pakai bantal.

Mulai usia ini hubungan interaktif antara ibu dan janinnya kian terjalin erat. Tak mengherankan setiap kali si ibu gembira, sedih, lapar atau merasakan hal lain, janin pun merasakan hal sama.

Senin, 26 September 2011

Perjalanan menemukan rumah idaman (bagian 1)



Semenjak awal menikah, saya dan suami sudah bertekad kalau kita hanya akan mengontrak selama 1 tahun. Itu sebabnya, beberapa bulan setelah pernikahan, kami mulai berburu mencari rumah. Tapi, ternyata mencari tempat tinggal permanen itu sulitnya berkali lipat dibandingkan dengan hanya mencari kontrakan. Akhirnya kami menyerah. Kelelahan. Tidak kunjung menemukan rumah yang cocok di hati dan cocok di kantong. Akhirnya, sampai 1 tahun kemudian, kami masih ngontrak, sekarang bahkan sudah memperpanjang kontrkan untuk satu tahun ke depan. Mission failed.

Beberapa minggu belakangan, kami kembali gencar mencari sang pelabuhan hati. Kembali ke saat beberapa bulan yang lalu, kami mulai lagi dari awal. Browsing internet, survey, tanya ke orang-orang, meminta bantuan saudara, mulai kami lakukan lagi. Dengan modal 1 tahun ke depan kontrakan, kami berharap bisa menemukan rumah yang cocok bagi kami. Dengan mempertimbangkan juga bahwa, 1 tahun lagi, anak kami baru akan berumur kurang lebih 5 bulan.

Berbagai pertimbangan dipikirkan dalam pencarian ini. Selain harga, yang tentunya diperhitungkan pertama kali, hal-hal lain yang menjadi pertimbangan kami adalah:

1.    Lokasi/daerah yang akan diambil, apakah akan mengambil rumah di kota Jakarta, ataukah daerah pinggiran. Kami berdua putuskan, untuk mengambil rumah di kota satelit (Depok, Tangerang, Bekasi, Cibubur, Bogor). Selain harga rumah di sana masih terjangkau, kami juga menginginkan lingkungan yang sedikit lega dan lapang, tidak seperti di Jakarta Pusat yang padat, dan ramai. Beli rumah di pusat sebenarnya bisa-bisa saja. Masih ada kok, rumah yang terjangkau harganya di tengah kota, asalkaann, mau berbagi halaman dengan tetangga. Yup. Biasanya, rumah-rumah dalam kota yang harganya masih bisa dijangkau itu rumah-rumah yang ada di dalam gang. Rumahnya sendiri, rata-rata bagus kok, tapi ya itu, mobil tidak bisa masuk, susah cari parkir, dan harus tahan dengan keramaian (pengalaman sendiri tinggal di perumahan padat penduduk). Untuk rumah yang ada di tepi jalan raya, harganya sudah milyaran, meskipun itu rumah lama (bukan golongan rumah mewah).

2.    Akses menuju pusat kota Jakarta. Dengan pemilihan daerah perumahan yang jauh dari pusat, dan berhubung kami berdua berkantor di pusatnya Jakarta, kami pun harus memikirkan akses menuju pusat kota. Pertimbangan itu antara lain: ada tidaknya jalan tol, dan ada tidaknya stasiun kereta. Jalanan dalam kota tentu saja tidak bisa dijadikan patokan jauh-dekat karena dimana-mana sekarang sama saja permasalahannya: macet. Selain tol dan kereta, adanya transportasi umum yang mudah, misalnya bis dari daerah tersebut yang masuk tol langsung ke pusat kota, atau ada tidaknya jemputan kantor di daerah tersebut, alih-alih beragam metromini, angkot, atau bus yang harus berkali-kali ganti untuk sampai di tujuan, tentu menjadi pertimbangan selanjutnya.

3.    Sampai di kedua pertimbangan tadi, kami akhirnya memantapkan diri untuk mencari rumah di kisaran daerah Jakarta Selatan-Tangerang. Mungkin di daerah Bintaro, Serpong, Pamulang, Alam Sutera, atau Tangerang. Kalau menuruti keinginan, sebenarnya saya ingin di daerah Bintaro, menngingat daerah itu adalah jajahan semasa kuliah. Tapii, Bintaro adalah daerah mahal. Jadi kami tidak terlalu memaksakan diri untuk mendapatkan rumah di sana. Walaupun begitu, kami masih belum mengeliminasinya dari daftar pilihan. Untuk daerah Bekasi, saya entah kenapa merasa tidak cocok  berada di sana. Saya pernah sekali jalan ke sana, dan kapok, huhuhu... Kata orang, mencari rumah itu ibarat mencari jodoh, dan sepertinya, saya tidak berjodoh dengan Bekasi. Bogor, sejak awal tidak menjadi pilihan, karena saya belum pernah mengalami perjalanan dari Bogor ke Jakarta Pusat. Orang kantor bukannya tidak ada yang bertempat tinggal di Bogor. Ada, tetapi tidak banyak. Sebagian dari mereka mengandalkan kereta untuk pulang pergi, sebagian lagi dengan jemputan. Cibubur. Hampir setiap bulan saya ke sana, ke rumah kakak ipar. Dan hal lain selain jauhnya jarak antara Cibubur-Jakarta Pusat, yang menjadi alasan untuk tidak memilih Cibubur sebagai tempat tinggal adalah: macet. Setiap hari Cibubur macet. Entah pada hari kerja biasa, ataupun saat weekend. Memang dulu sempat mencari-cari di daerah sana, tapi akhirnya kami putuskan untuk mengeliminasinya saja. Depok sebenarnya pernah kami jelajahi berdua saat pencarian pertama beberapa bulan lalu. Saya menginginkan daerah rumah tinggal yang asri, dan saya pikir Depok adalah tempat yang cocok. Tapi entah kenapa, kami berdua berubah pikiran pada pencarian kedua ini. Akses ke Depok hanyalah kereta. Tidak ada jalan tol. Kalau keretanya mogok, alamat saya bakal telat pergi ke kantor. Jadi pada akhirnya, kami putuskan untuk mencari sekitaran Jakarta Selatan-Tangerang, yang punya akses tol (Serpong dan Alam Sutera), maupun jalur kereta api.

4.    Setelah menentukan cakupan wilayah kami akan tinggal, kami pun memulai pencarian selanjutnya. Dan pertimbangan lain pun bermunculan: apakah daerah perumahannya bebas banjir, apakah air mudah, bagaimana fasilitas umum yang ada di sana, dan lain sebagainya. Untuk sementara kami masih mengandalkan informasi dari mana saja. Dan semakin membaca, semakin banyak mencari tahu di internet, maka semakin bingunglah kami. Ada yang bilang, kalau untuk mencari rumah pertama kali, jangan andalkan internet, karena itu akan membuat kita semakin bingung. Tapi saya rasa, kita dapat mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari mana saja. Apalagi untuk pemula seperti kami, yang tidak tahu-menahu tentang agen properti, dkk-nya. Jadi kamipun mengumpulkan informasi dari internet, teman, saudara, brosur-brosur, dan survey kecil-kecilan kami sendiri.

Untuk sementara ini, sepertinya baru itu saja lika-liku pencarian rumah idaman. Semoga jurnal tentang ini tidak berhenti sampai di tengah jalan. Dan semoga, kami dapat segera bertemu dengan jodoh kami :D

*menanti tanggapan dari temen-temen MP. Siapa tau ada yang berkenan memberikan informasi, masukan, pengalaman, ataupun tips n trik mencari rumah ;)

Kamis, 22 September 2011

Bukan air mata buaya :D



Kemarin malam, pas lagi nonton tivi berdua, tiba-tiba misua bilang: "Dedeknya diputerin lagu Ndaa.."

Baiklah, kalau diputerin lagu, itu artinya adalah, setel lagunya Vina Panduwinata yang berjudul 'Anakku' Volume tivi dikecilin, dan kita berdua dengerin lagu itu sambil tiduran di depan tivi.

Suami merem-merem. Secara sebelumnya dia bilang kalau ngantuk. Dan kita berdua mendengarkan sambil menghayati itu lagu. Semenit, dua menit... "Ayah inget dedek Azka...", katanya.

Lalu, tak lama kemudian, bibirnya bergerak-gerak ke bawah 2 mili. Habis itu diem. Bergerak lagi. Diem. Matanya melek sedikit. Dimeremin lagi. Melek lagi. Dan dia berkaca-kaca. Matanya memerah. Habis itu merem lagi. Dan keluarlah buliran bening itu.

Huwaaa...
Yang tadinya nggak kenapa-napa, jadi ikut-ikutan nangis deh, karena liat misua meneteskan air mata. Akhirnya, malah aku yang terisak-isak.

Habis adegan mengharukan itu, dan setelah lagunya selesai, misua langsung bangkit dengan gagah berani, nggak ada sedih-sedih lagi, dan melanjutkan aktivitasnya :D

Selasa, 13 September 2011

Bakwan



"Waah, rasanya sama persis kayak yang di rumah Temanggung!" kata suamiku antusias.

"Udah berhasil nyontek resep mertua nih" katanya lagi

"Masa?" tanyaku sangsi. Siapa tau cuma bercanda doang.

"Iya, jadi berasa di rumah"

Isteri mana siih, yang nggak seneng suaminya memuji makanan buatannya? (yaah, kalau yang tadi bisa disebut memuji). Siapa juga yang nggak seneng dibilang 'sudah berhasil nyontek resep mertua'? Apalagi dibilang makanannya itu membuat suami berasa lagi di rumah. Seneng banget dong pastinya, hihihi. Yah, meskipun makanannya itu hanya berupa sepiring bakwan (huuuu...penonton kecewa). Asli. Walaupun yang dipuji hanyalah bakwan, tapi itu sudah cukup membuatku senang dan bertekad akan memasak dengan rajin.

Nggak sia-sia juga rupanya aku ikut turun ke dapur membantu ibu mertua tercinta masak di akhir-akhir bulan puasa kemarin. Jadi, bisa sekaligus mengintip resep asli masakan beliau yang aku juga doyaan (kasihan sekali suamiku. Semasa kecil sampai remaja, didampingi oleh ibu yang pintar memasak. Giliran udah nikah, isterinya gagap masak, huahua)

Sebenarnya, masakan ibu mertua yang jadi favorit suami, dan belakangan jadi favoritku juga adalah brongkos kepala kambing. Ada yang tau? Ada yang pernah coba? Pertama kali aku ikut mencicipi masakan itu adalah saat unduh mantu dulu, waktu nginep di rumah mertua pertama kalinya sesudah menikah. Rasanya kayak apa ya?? Emm.. yang jelas, isinya bukan daging, karena dibuatnya dari kepala kambing. Maknyuss deh. Dan pedesnya itu, bikin sensasi tersendiri di mulut dan perut, hahaha

Pengen banget kapan-kapan bisa menyajikannya ke meja makan sendiri, mengingat suami yang hobi dan selalu request masakan itu setiap pulang ke Temanggung. Tapii, darimana bisa dapetin kepala kambing? Dan lagi, kami nggak punya alat presto (alesan).

Yaa, untuk kali ini, sepiring bakwan dulu yang resepnya aku contek dari mertua. Nanti, semoga dapat kesempatan lain buat belajar resep makanan favorit suami. Rasa-rasanya, kalau setiap masak dikasih pujian kayak di atas, aku bakal jadi rajin masak deeh. Hidup masaaakk!!


Senin, 12 September 2011

Surat untuk suamiku (first anniversary)





Teringat satu tahun lalu, saat kudengar suaramu di ruang tamu rumahku
pagi itu, dadaku berdegup lebih kencang dari biasanya
Pagi itu, aku penasaran ingin keluar kamar
sekedar ingin tau, bagaimana mereka merias wajahmu
Pagi itu, hari pernikahan kita


Lalu kita duduk di pelaminan
menebarkan senyum sepanjang hari kepada mereka yang datang
Bagaikan raja, dan ratu
menerima ucapan selamat dan doa bertubi-tubi
Hari itu, aku merasa menjadi orang paling bahagia di seluruh dunia
:)


Hari-hari kita bukan tanpa masalah
tidak jarang aku menangis karena hal-hal sepele
padahal tidak pernah sekali pun kau marah padaku
tangiskulah, yang biasanya akan membangkitkan marahmu
lalu kita pun akan berdiam sepanjang hari
dan aku menangis lagi
lalu datang kepadamu untuk meminta maaf


Aku mencintaimu
Saat kita bercanda melepas penat sepulang rutinitas yang terlihat membosankan
Menonton televisi bersama, sembari makan malam berdua
tidak ada yang romantis
tapi aku suka


Aku mencintaimu
Meskipun kau melupakan momen-momen spesial
Meskipun aku ngambek
Aku tetap mencintaimu


Aku mencintaimu
Saat badai datang menerjang
Dan tangisku pecah tak tertahan
Calon anak kita telah pulang
Kita mungkin menyesal
Aku tetap mencintaimu


Aku mencintaimu
Meski kadang aku tidak menghadiahimu senyuman
Saat kau pulang tengah malam dan kelelahan
Hey, aku juga ingin diperhatikan
Hey, kenapa kau selalu menomorsatukan pekerjaan?
...
Dan walaupun begitu, tidak pernah sikapku kau permasalahkan
Dengan pakaian kerja kau sapa aku yang tidur memunggungi pintu
'Maafin Ayah ya, udah pulang malam'
Katamu dengan wajah bersalah
sambil mengusap keningku
Sungguh aku mencintaimu


Aku semakin mencintaimu
Setiap kali kulihat kau tertidur di sebelahku
Wajahmu yang tirus
Tubuhmu yang kurus
Lalu kuingat kata-katamu malam itu:
'Ayah kerja sampe malem, biar Nda sama Dedek nggak hidup susah'
Aku berjanji aku akan selalu mencintaimu


Aku mencintaimu..
Sampai tahun-tahun yang akan datang
Meskipun badai yang lebih besar bisa tiba-tiba menerjang
Aku berjanji akan selalu mencintaimu



Teruntuk suamiku, terima kasih untuk satu tahun yang telah begitu berarti...



Kuatkanlah ikatannya
kekalkanlah cintanya
tunjukilah jalan-jalannya
terangilah dengan cahyaMu
yang tiada pernah padam
Ya Robbi, bimbinglah kami...



*menuju 18 September
kalau udah weekend bakal nggak sempet ngenet, makanya diposting sekarang





**picture from here

Kamis, 25 Agustus 2011

Lebaran dan cokelat


Tadi, Ibu Direktur keluar ruangan, dan lewat depan meja. Eeeh, tiba-tiba: "Nih, kartu ucapan buat Andiah"

Pas diliat isinya, dapet cokelat dari dapur cokelat. Tahun kemaren juga dapet cokelat dari tempat yang sama. Tapi, yang ngasih beda. Asiiikk, bisa buat cemil-cemil di jalan nih :p


Powered by Telkomsel BlackBerry®

Selasa, 23 Agustus 2011

Curhat Bumil

Udah lama ternyata nggak nulis jurnal di MP. Sebenarnya banyak draft di hp, juga di MP. Tulisan-tulisan yang setengah jadi. Tapi selalu aja ada alasan untuk tidak mempostingnya.

Sekarang, bumil ini sedang memasuki bulan ketiga masa kehamilan. Tapi, satu yang jadi ganjalan, Saya kok nggak gendut-gendut ya?? Pernah salah satu mbak kantor bilang gini: "Kamu kok masih langsing sih?" Huwaa..jadi nggak pede. Memang si, kehamilan pada tiap orang berbeda-beda. Ada yang pas hamil langsung menggendut, ada juga yang tetep kurus dan langsing, perutnya aja yang membesar. Sempat cemas-cemas gimanaa gitu. Apalagi mbak-mbak yang sama usia kehamilannya di kantor, udah mulai keliatan lebih berisi.

Tapi kecemasan itu menghilang, pas check terakhir ke dokter. Ternyata, bb naik 1 kilo. Dan pas di USG, Alhamdulillah, si Dedek sehat di dalam sana. Perkembangannya sesuai umur. Dan lagi semangat koprol, jungkir-balik, muter-muter di dalam perut. Biarpun belum bisa dirasakan sama bundanya. Eh tapi, tensinya rendah. Kata mbak perawatnya, tensi Ibu hamil memang rata-rata rendah. Nah, kalo 90/70, itu termasuk rendahkah? Makanya dikasih obat yang berbeda dari sebelumnya sama Bu Dok, yang harganya lumayan mahal. Check kemarin itu, sempat bikin syok juga, haha. Bayar 2x lipat dari bulan lalu, karena obat penambah kalsium itu.

Trus, curhat yang lainnya lagi. Lusa otu, saya sekeluarga mau mudik. Sekeluarga itu artinya saya + suami. Dan saya galau menjelang mudik. Pasalnya, selama ini saya sering banget teler, ngedrop. Rasanya teler itu? Kayak orang lagi kena thypus. Badan panas, dan nggak berdaya buat ngapa-ngapain. Maunya tiduran aja. Kalau di rumah, biasanya saya atasi dengan tiduran berjam-jam. kalau di kantor, mau nggak mau harus saya tahan sampai jam pulang kantor. kadang numpang teler di mushola kantor. Lemas berlebihan, itu normal nggak sih buk?

Nah, karena besok pas mudik saya cuma berdua sama suami. Dan kami harus melewati perjalanan kurang lebih 12 jam (kalau lancar), saya takut aja tiba-tiba teler di jalan. Suami si bilang, kalau saya nggak kuat, istirahat aja di belakang. Tapi masa iya saya biarkan suami nyetir sendiri? lagian, dia paling nggak bisa ditinggal tidur. Dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, kalau saya tidur, atau ketiduran, bangunnya pasti menemukan kami sedang berhenti di tepi jalan, dalam keadaan tidur dua-duanya. hadeuuuh

Satu lagi. Sepertinya saya harus siap sedia kantong kresek. Takutnya nanti hoek-hoek di jalan

Mudik, sebenarnya momen yang paling ditunggu-tunggu. Mengingat sudah sejak 2 minggu yang lalu saya nangis-nangis di telepon minta pulang. Pengen dimanja dan dirawat sama orang tua *dasar anak manja! Tapi membayangkan proses mudiknya... udah keder duluan. Ya Allah, sehatkanlah kami besok. Itu doa saya


Fuuh...
udahan ah curhatnya

_bumi galau di pagi hari_


Jumat, 12 Agustus 2011

Passport

Beberapa menit yang lalu, saya menerima email dari teman kantor. Forward-an juga rupanya. Kisah yang menginspirasi. Semoga bermanfaat :)

---



(Jawapos 8 Agustus 2011)

Setiap saat mulai perkuliahan, saya selalu bertanya kepada mahasiswa berapa  orang yang sudah memiliki pasport. Tidak mengherankan, ternyata hanya  sekitar 5% yang mengangkat tangan. Ketika ditanya berapa yang sudah pernah naik pesawat, jawabannya melonjak tajam. Hampir 90% mahasiswa saya sudah pernah melihat awan dari atas. Ini berarti mayoritas anak-anak kita hanyalah pelancong lokal.

Maka, berbeda dengan kebanyakan dosen yang memberi tugas kertas berupa PR dan paper, di kelas-kelas yang saya asuh saya memulainya dengan memberi tugas mengurus pasport. Setiap mahasiswa harus memiliki "surat ijin memasuki dunia global.". Tanpa pasport manusia akan kesepian, cupet, terkurung dalam kesempitan, menjadi pemimpin yang steril. Dua minggu kemudian, mahasiswa sudah bisa berbangga karena punya pasport. Setelah itu mereka bertanya lagi, untuk apa pasport ini? Saya katakan, pergilah keluar negeri yang tak berbahasa Melayu. Tidak boleh ke Malaysia, Singapura, Timor Leste atau Brunei Darussalam. Pergilah sejauh yang mampu dan bisa dijangkau.

"Uang untuk beli tiketnya bagaimana, pak?"

Saya katakan saya tidak tahu. *Dalam hidup ini, setahu saya hanya orang bodohlah yang selalu memulai pertanyaan hidup, apalagi memulai misi kehidupan dan tujuannya dari uang. *Dan begitu seorang pemula bertanya uangnya dari mana, maka ia akan terbelenggu oleh constraint. Dan hampir pasti jawabannya hanyalah tidak ada uang, tidak bisa, dan tidak mungkin. Pertanyaan seperti itu tak hanya ada di kepala mahasiswa, melainkan juga para dosen steril yang kurang jalan-jalan. Bagi mereka yang tak pernah melihat dunia, luar negeri terasa jauh, mahal, mewah, menembus batas kewajaran dan buang-buang uang. Maka tak heran banyak dosen yang takut sekolah ke luar negeri sehingga memilih kuliah di almamaternya sendiri. Padahal dunia yang terbuka bisa membukakan sejuta kesempatan untuk maju. Anda bisa mendapatkan sesuatu yang yang terbayangkan, pengetahuan, teknologi, kedewasaan, dan wisdom.

Namun beruntunglah, pertanyaan seperti itu tak pernah ada di kepala para pelancong, dan diantaranya adalah mahasiswa yang dikenal sebagai kelompok backpackers. Mereka adalah pemburu tiket dan penginapan super murah, menggendong ransel butut dan bersandal jepit, yang kalau kehabisan uang bekerja di warung sebagai pencuci piring. Perilaku melancong mereka sebenarnya tak ada bedanya dengan remaja-remaja Minang, Banjar, atau Bugis, yang merantau ke Pulau Jawa berbekal seadanya.Ini berarti tak banyak orang yang paham bahwa bepergian keluar negeri sudah tak semenyeramkan, sejauh, bahkan semewah di masa lalu.

Seorang mahasiswa asal daerah yang saya dorong pergi jauh, sekarang malah rajin bepergian. Ia bergabung ke dalam kelompok PKI (Pedagang Kaki Lima Internasional) yang tugasnya memetakan pameran-pameran besar yang dikoordinasi pemerintah. Disana mereka membuka lapak, mengambil resiko, menjajakan aneka barang kerajinan, dan pulangnya mereka jalan-jalan, ikut kursus, dan membawa dolar. Saat diwisuda, ia menghampiri saya dengan menunjukkan pasportnya yang tertera stempel imigrasi dari 35 negara. Selain kaya teori, matanya tajam mengendus peluang dan rasa percaya tinggi. Saat teman-temannya yang lulus cum-laude masih mencari kerja, ia sudah menjadi eksekutif di sebuah perusahaan besar di luar negeri.

* The Next Convergence*

Dalam bukunya yang berjudul The Next Convergence, penerima hadiah Nobel ekonomi Michael Spence mengatakan, dunia tengah memasuki Abad Ke tiga dari Revolusi Industri. dan sejak tahun 1950, rata-rata pendapatan penduduk dunia telah meningkat dua puluh kali lipat. Maka kendati penduduk miskin masih banyak, adalah hal yang biasa kalau kita menemukan perempuan miskin-lulusan SD dari sebuah dusun di Madura bolak-balik Surabaya-Hongkong.  Tetapi kita juga biasa menemukan mahasiswa yang hanya sibuk demo dan tak pernah keluar negeri sekalipun. Jangankan ke luar negeri, tahu harga tiket pesawat saja tidak, apalagi memiliki pasport.Maka bagi saya, penting bagi para pendidik untuk membawa anak-anak didiknya melihat dunia. Berbekal lima ratus ribu rupiah, anak-anak SD dari Pontianak dapat diajak menumpang bis melewati perbatasan Entekong memasuki Kuching. Dalam jarak tempuh sembilan jam mereka sudah mendapatkan pelajaran PPKN yang sangat penting, yaitu  pupusnya kebangsaan karena kita kurang urus daerah perbatasan. Rumah-rumah kumuh, jalan berlubang, pedagang kecil yang tak diurus Pemda, dan infrastruktur yang buruk ada di bagian sini. Sedangkan hal sebaliknya ada di sisi seberang. Anak-anak yang melihat dunia akan terbuka matanya dan memakai nuraninya saat memimpin bangsa di masa depan. Di universitas
Indonesia, setiap mahasiswa saya diwajibkan memiliki pasport dan melihat minimal satu negara.

Dulu saya sendiri yang menjadi gembala sekaligus guide nya. Kami menembus Chiangmay dan menyaksikan penduduk miskin di Thailand dan Vietnam bertarung melawan arus globalisasi. Namun belakangan saya berubah pikiran, kalau diantar oleh dosennya, kapan memiliki keberanian dan inisiatif? Maka perjalanan penuh pertanyaan pun mereka jalani. Saat anak-anak Indonesia ketakutan tak bisa berbahasa Inggris, anak-anak Korea dan Jepang yang huruf tulisannya jauh lebih rumit dan pronounciation-nya sulit dimengerti  menjelajahi dunia tanpa rasa takut. Uniknya, anak-anak didik saya yang sudah punya pasport itu 99% akhirnya dapat pergi keluar negeri. Sekali lagi, jangan tanya darimana uangnya. Mereka memutar otak untuk mendapatkan tiket, menabung, mencari losmen-losmen murah, menghubungi sponsor dan mengedarkan kotak sumbangan. Tentu saja, kalau kurang sedikit ya ditomboki dosennya  sendiri.

Namun harap dimaklumi, anak-anak didik saya yang wajahnya ndeso sekalipun kini dipasportnya tertera satu dua cap imigrasi luar negeri. Apakah mereka anak-anak orang kaya yang orangtuanya mampu membelikan mereka tiket? Tentu tidak. Di UI, sebagian mahasiswa kami adalah anak PNS, bahkan tidak jarang mereka anak petani dan nelayan. Tetapi mereka tak mau kalah dengan TKW yang meski tak sepandai mereka, kini sudah pandai berbahasa asing. Anak-anak yang ditugaskan ke luar negeri secara mandiri ternyata memiliki daya inovasi dan inisiatif yang tumbuh. Rasa percaya diri mereka bangkit. Sekembalinya dari luar negeri mereka membawa segudang pengalaman, cerita, gambar dan foto yang ternyata sangat membentuk visi mereka. Saya pikir ada baiknya para guru mulai membiasakan anak didiknya memiliki pasport. Pasport adalah tiket untuk melihat dunia, dan berawal dari pasport pulalah seorang santri dari Jawa Timur menjadi pengusaha di luar negeri. Di Italy saya bertemu Dewi Francesca, perempuan asal Bali yang memiliki kafe yang indah di Rocca di Papa. Dan karena pasport pulalah, Yohannes Sury mendapat bea siswa di Amerika Serikat. Ayo, jangan kalah dengan Gayus Tambunan atau Nazaruddin yang baru punya pasport dari uang negara.

*Rhenald Kasali
Guru Besar Universitas Indonesia *

Sabtu, 30 Juli 2011

Dari Gramedia ke perlintasan kereta


Pergi ke Gramedia, rencananya cuma mau beli beberapa buku, eeeh malah kalap beli banyak buku *tepok jidat:
1. 365 Hari Bersama Nabi Muhammad saw. Udah lama mupeng buku ini. Buat siapa? Buat dibaca sendiri dong. Buat anak juga kelak, hehehe..
2. Metode kilat menyelesaikan TPA dan Psikotes. Iseng beli buku ini. Buat latihan aja :p
3. Panduan super lengkap hamil sehat. Sebenernya udah punya buku '9 Bulan yang Menakjubkan'. Isinya juga pastinya ga jauh beda. Tapiii pengeeen, huhu
4. Menu sehari-hari dan akhir pekan volume 1. Resep-resep di buku ini tuh resep sehari-hari, bukan resep-resep yang susah juga :D
5. 9 Summers 10 Autumns. Buat bacaan di waktu luang.
6. Siapa Bilang Investasi Emas Butuh Modal Gede? Punyanya misua.
7. Menjadi Isteri Penuh Pesona. Ngambil buku ini diam-diam pas mas udah ngantri di kasir. Langsung masukin aja ke tas belanjaan, kalau nggak dilarang, bisa jadi belanjanya lebih banyak. Fiuuuuhhh...

Semoga bisa dibaca, dan bermanfaat buku-bukunya :D

Oiya, pas perjalanan pulang. Di pintu perlintasa kereta rame orang berkerumun. Jalanan jadi macet. Mobil dan motor yang lewat melambat. Pas nanya bapak-bapak yang ada di sana, katanya habis ada kecelakaan. Pengendara sepeda motor, tewas tertabrak kereta. Dia menerobos palang lintasan yang sudah ditutup, dan kecelakaan pun tidak terhindarkan. Innalillahi wa innailaihi rojiun.. Lemes rasanya membayangkan peristiwa itu. Allah, besok Ramadhan. Siapa yang tau batas usia kita? :(

Sampaikanlah kami pada Ramadhanmu ya Robb.. Aamiin..

Sekalian, mau mengucapkan maaf lahir batin untuk teman-teman MP. Semoga kita bisa beribadah dengan maksimal di ramadhan tahun ini. Aamiin...
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Selasa, 26 Juli 2011

Ilfil

Pernah ngerasa ilfil nggak sih? Pasti pernah dong ya..
Dan sekarang sepertinya saya lagi ilfil
Bukan, bukan ke orang. tapi ke tulisan
Ya, ternyata benda mati bisa juga jadi objek ke-ilfil-an
Ilfil itu, kalau udah nulis dengan semangat, tapi kemudian menunda memposting
Berselang hari kemudian, tulisan itu dirasa sudah tidak penting lagi. Ilfil. Ilang feeling
Fuuhh...
*liatin draft postingan di MP

Rabu, 29 Juni 2011

Bukan Akhir Dari Segalanya

my hubby, my little brother, and I


Seminggu yang lalu, Ibu dan adikku satu-satunya tiba di Jakarta. Liburan. Yaa.. Ibuku yang guru sekolah, sedang libur kenaikan kelas. Dan adikku, Akrom, sedang menunggu pengumuman SNMPTN.

Tadinya, mereka berdua hendak pulang ke Purbalingga hari Senin lalu. Tapi karena tiket kereta habis, karena ternyata ada arus mudik padat bersamaan dengan libur sekolah, jadwal kepulangan pun mundur menjadi Rabu malam. Dan malam tadi, adalah malam kepulangan mereka.

Sebelum maghrib, aku, mas, Ibu, dan Akrom berangkat ke stasiun. Sudah sejak kemarin sebenarnya kami menunggu hari Rabu tiba. Karena hari itu, jam 19.00, hasil SNMPTN akan diumumkan di internet (untuk pengumuman di media cetak, pagi hari sesudahnya). Setelah sholat maghrib, sembari menunggu keberangkatan kereta pukul 19.10, kami duduk-duduk di stasiun. Tak sengaja, waktu buka-buka fb, ada status tentang pengumuman snmptn. Langsung deh meluncur ke halaman snmptn via handphone.

Sebelumnya, cerita tentang penerimaan mahasiswa baru, SNMPTN adalah satu-satunya harapan terbesar kami. Sebelumnya, Akrom ikut tes salah satu PTN kedinasan, tapi ternyata dia belum lolos. Untuk jalur undangan, dia tidak ikut. Alasannya, di SMA kami, siapapun yang ikut jalur undangan, apabila dia diterima, maka dia wajib mengambil kesempatan itu. Alasannya, dulu sekolah kami pernah diblacklist gara-gara ada siswa yang tidak mengambil PMDK, padahal dia sudah diterima di sana. Akrom tidak mau ikut, soalnya tujuan utamanya adalah STAN (mengikuti jejak kakaknya, hehehe). Dan penerimaan STAN, selalu paling belakang. Akhirnya, dia melewatkan kesempatan itu begitu saja.

Dan setelah dia gagal di ujian masuk salah satu perguruan tinggi kedinasan (yang jelas bukan STAN, krn sampai sekarang, perihal pendaftaran STAN belum ada kejelasan), maka SNMPTN ini menjadi harapan besarnya (selain alternatif UM-UM setelahnya tentunya). Dia ambil jurusan matematika. Ingin jadi guru, katanya :)

Berkali-kali kami coba memasukkan nomor peserta snmptn dan tanggal lahirnya, tapi pengumuman itu belum juga keluar. Sambil tetap menunggu, kami terus mencoba. Ternyata, jadwal keberangkatan kereta diundur. Kami jadi punya waktu sedikit lebih banyak.

Mas uut tiba-tiba menyodorkan hpnya, dan tulisan besar terpampang di layar:

Maaf, anda tidak diterima di PTN melalui SNMPTN 2011 Jalur Ujian Tertulis

Aku tersentak. Kulihat Ibu dan Akrom yang sedang lesehan di lantai bersama kami. Kusodorkan hp itu ke adikku, dan dia membacanya. Adikku lantas menyerahkannya ke Ibu dengan senyum dipaksakan.

Aku rasa mataku berkaca-kaca. Tapi kutahan saja. Kukerjap-kerjapkan, memandang ke sana-sini. Ibu, dan kami, menyemangati Akrom dan membesarkan hatinya.

Aku melihat adikku lagi, melihat Ibu lagi, membayangkan, dan akhirnya, air mata itu tumpah. Bukan, bukan karena kecewa lantaran dia tidak berhasil masuk PTN. Bukan sama sekali. Tapi lihatlah dia, adikku, dengan sepatu dan jaket baru, dengan tas punggungnya yang tampak berat, di tengah kerumunan orang yang hendak berlibur, dia mencoba tersenyum walau itu susah. Dia masih mencoba tertawa walau pahit. Dia bingung, dia sedih, dan harapannya yang tadi melambung terhempas begitu saja.

Andai saja menangis tidak tabu untuk seorang laki-laki, aku ingin dia menangis saja. Daripada harus memendamnya di dalam hati. Ah, mungkin hanya perasaanku saja yang terlalu sensitif.

Mas meraih kepalaku dan menutupi mukaku, sambil tertawa. "Kenapa sih? Haha.. Nggak papa kok. Kan masih bisa daftar tempat lain." Aku tidak melihat wajah Akrom. Tapi kurasa dia hanya tersenyum kecut. Kurasa, tangisku malah membuatnya tambah merasa bersalah karena dirasa telah mengecawakan banyak orang. Telah membuatnya tambah bingung, dan juga sedih.

Sekali itu, aku menangis lagi di depan umum. Dan beneerr deh, kalau sudah nangis seperti itu, suasana sekelilingmu menjadi tiada arti. Entahlah, mungkin orang-orang di sekeliling memperhatikanku. Aku mencoba membesar-besarkan hati demi menghentikan tangis. Apa-apaan sih? Bukannya menyemangati, malah membuat adikku tambah down. Tapi sungguh, aku tak tega...

Untuk selanjutnya, ada SIMAK UI yang akan diikuti akhir pekan nanti. Tapii.... "Tapi, bisa ngerjain soalnya nggak ya?" Eh? "Kan soalnya IPS" Aku baru ingat kalau adikku ambil Akuntansi di sana. Duh, agak nyesel juga si waktu dulu dia tidak konsultasi dulu. Tau-tau, yang diambil jurusan akuntansi. Padahal jelas-jelas backgroundnya IPA. Jadi tambah merasa bersalah, belum bisa jadi kakak yang baik *mewek*

Ya Allah, lancarkanlah, mudahkanlah, berkahilah jalannya... Aamiin...

*mohon doanya juga ya, teman-teman


Senin, 27 Juni 2011

Older sister vs younger brother

older sister


younger brother


Dulu, waktu saya berusia 5 tahun, adik laki-laki saya lahir. Saya sudah lupa bagaimana perlakuan saya terhadapnya saat itu. Apakah penuh kasih, mengayomi, atau malah nakal, usil. Satu-satunya yang bisa diingat, saat adik saya masih bayi, saya pernah menggigit jarinya sampai berdarah, dan dia nangis kejer. Bukan sebel, hanya gemes.

Kemarin, saya main ke tempat kakak ipar. Beliau memiliki 3 orang anak. Si Kakak, usianya 5 tahun. Adiknya yang nomor dua usianya 17 bulan, dan adiknya ketiga 3 bulan. Terbayang kan betapa repotnya si kakak ipar ini? Pembantunya aja sampai 3, heheheh..

Naah, yang saya perhatikan ini adalah.. Si kakak ini, namanya Hasna, dewasaaaaa banget. Dia sayang banget dengan adek-adeknya, terutama si nomor 2. Jelas lah, karena yang paling kecil belum bisa diajak main-main, masih digendong kemana-mana. Nggak ada tuh acara berantem, iri-irian, atau rebutan mainan. Kakaknya main, adeknya ikut main. Si kakak main game di depan laptop, adeknya duduk di sebelahnya, ngeliatin.  Pantes aja anak sekarang melek teknologi. Anak 5 tahun aja udah hobi ngutak-atik lepi. Mulai dari nyalain sampe shut down, bisa sendiri.

Lucunya lagi, adeknya ini suka banget peluk-pelukan. Dikit-dikit peluk kakaknya. Suka nonton teletubbies kali ya? hihi.. Dan berhubung si adek ini baru aja bisa jalan, jadi dia lincah ke sanan sini. Sukanya joget-joget. Trus, kalau lagi ada lagu kesukaan adeknya, kakaknya pasti tereak: "Fatiiiihh.. sinii..." Dan joget-jogetlah mereka berdua di depan TV. Gemeesss..

Sekalinya si Fatih nangis malam itu, karena dia gangguin kakaknya, padahal kakaknya udah bilang: "Fatiih, jangaann.." Dan pas adeknya nangis manja (nangis pura-pura, sebentar doang, hihi), trus digendong mamanya, kakaknya enggak nyalah-nyalahin si adek: "Habis dia giniii, habis dia gituu" Enggak ada sama sekali. kakaknya hanya diam aja sambil lanjutin mainan. Habis itu, lanjut deh main berdua

Akuurr ya..

Senin, 20 Juni 2011

Anak kembar, Sandy dan Mandy


Entah kenapa, aku pengen banget punya anak kembar. Kebetulan pas tadi searching soal bayi kembar, tiba-tiba nemu gambar sepasang anak kembar cewek yang lucuuu dan cantiik. Eh, ternyata gambarnya udah banyak di internet. Nama dua cewek cantik ini Sandy dan Mandy.
Nggak tau yang mana Sandy, yang mana Mandy, tapi dua-duanya cantik ya? ^^

*ps: coba deh perhatiin. Yang satu suka difoto dengan senyum lebarnya, yang satu senyumnya lebih kalem, bahkan terkesan agak jutek. Kalau menurutku siih, manisan yang kalem itu :p











Kamis, 16 Juni 2011

Pindahan (versi kantor)


Dari kemarin, di kantor sudah bersemangat mau pindah lantai, pindah ruangan. Lumayan buat refreshing, biar nggak sumpek dan bete dengan pemandangan yang itu-itu saja. Kepindahan ini bukannya mendadak, melainkan sudah jauh hari direncanakan. Dan ditunda-tunda sedari dulu.

Sudah seharian kemarin Bu Boss pindah ke lantai paling atas, tapi sekretarisnya ini masih betah di bawah. Ups, bukan ding! Alasannya sih karena ternyata, di meja yang bakal ditempatin, belum ada listriknya. Nggak bisa nyalain kompi dong, hiks! Saya sih suka-suka aja, soalnya itu artinya saya bisa sedikit nyantai di lantai bawah *dasar sekretaris durhaka! Tapi akibatnya ya, harus mondar-mandir kayak setrikaan antara 3 lantai. Nggak papa, yang penting nyantaiii, hihi *plaks!!

Mmmm... Komentar tentang ruangan baru? Suka? Yah, lumayaan. Karena lebih bagus dan kinclong dibandingkan ruangan lama yang mejanya lebih mirip kapal pecah itu lantaran banyak 'peninggalan' dari penghuni sebelumnya. Tapii... Hiks! Kenapa penataannya seperti itu? Belakang meja adalah ruangan Bu Boss, dan beliau keluar masuk dari pintu yang letaknya di belakang kursi. Daaaann.. Komputernya itu loooh, tepat menghadap pintu Bu Boss. Nggak user friendly banget deh. Gimana kalau pas lagi ngempi, pas beliau liat, pas tulisannya lagi ngomongin tentang kerjaan *imagine. Nggak pewe juga kalau lagi nggak ada kerjaan, nyantai baca komik, trus tiba-tiba boss keluar. Hayoo loo, ketauan!

Apapun itu, semoga betah yaa, di ruangan baru. Semoga berkah dan makin rajin bekerja. Aamiinn :))


*ps: foto diambil tadi pagi, saat meja masih berantakan. Maklum, baru pindahan dan belum dirapihin. Kalo sekarang?? Masih berantakan doong :p
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Mars dan venus, dan kisah-kisah anak kos


Ini adalah 2 buku yang sedang saya baca. Suka liatnya. Ceria, warna-warni, dan eyecatching. Mars and Venusnya hampir selesai, dibaca kurang lebih setengah jam. Banyak gambarnya dan sedikit tulisan, hihi.. Beli di gramed yang lagi diskon, jadi murmer, cuma 10rb perak.

Yang AKD tamat itu, beli di kasir Gramed, ga sengaja. Pas liat langsung teriak: "Anak Kos Dodol!" Bikin mbak kasirnya terlonjak dan latah: "Eh, dodol!" Hahaha :D



*hari ini kurang bersemangat. Padahal mau dapet ruangan dan meja baru :p
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Selasa, 07 Juni 2011

Balesan 'sms (penipu) minta pulsa'

Sms penipu:

ini bpk tolong belikan dulu pulsa 20ribu di no barunya bpk karna lagi ada masalah di kantor polisi dan jngn dulu tlp/sms nanti bpk yg tlp, penting

Balasan untuk sms penipu:

Barusan mama, tante, om, dan kakek juga sms begitu. Ada apa ini kita sbg keluarga kok sering bermasalah di kantor polisi? Udah gitu slalu kehabisan pulsa, aku muak Pa, aku muak lahir di keluarga ini!



*nggak tau asal mulanya darimana

Senin, 06 Juni 2011

Ngobrolin Kehamilan



Mbak-mbak sekretaris yang baru, menggantikan mas-mas sekretaris yang selama ini jadi partner, saat ini sedang hamil. Sebenarnya, kehamilan si mbak penerimaan S1 ini selisih 1 bulan dengan kehamilan kakak Azka dulu. Kalau saya diketahui hamil bulan Februari, mbak ini ketahuan hamil tak lama sesudah saya keguguran, sekitar akhir Maret. Dan sekarang kehamilannya sedang memasuki bulan keempat. Tak terasa ya. Waktu berjalan begitu cepatnya.

Awalnya, kami ngobrol tentang cuti kehamilan yang akan diambilnya di pertengahan November. Kalau mengingat saat itu akan tiba, malah saya yang deg-degan. Soalnya itu berarti saya harus menjadi single fighter secretary selama 3 bulan, sepanjang cuti bersalinnya. Semoga semua berjalan baik-baik saja selama tiga bulan nanti. Dan kalau saya mengingat, seandainya kakak Azka masih ada (tidak untuk menyesali keadaan, sama sekali tidak), berarti HPLnya sekitar Oktober, dan itu berarti kedua sekretaris bakal tidak ada di tempat selama 3 bulan. Waah, kalau itu yang terjadi, siapa yang bakal kelimpungan ya? Heuuu...

Ngobrol ini ngobrol itu, kita lantas saling bercerita tentang kebiasaan datang bulan. Dan mbak itu bilang, katanya 3 bulan terakhir sebelum kehamilan, siklus menstruasi biasanya teratur. Awalnya saya yang yang bercerita kalau siklus bulanan saya kali ini sedang tidak teratur. Alasannya karena kecapekan. Dan mbak tersebut menyarankan, agar jangan capek-capek, biar programnya berhasil. Dan memang setelah diingat-ingat, sebelum hamil dulu, siklus menstruasi saya teratur.

Kalau dirunut ke belakang, waktu awal menikah, saya memang kelayaban kesana-kemari. Kondangan kesana-sini. Sempat, beberapa bulan di awal pernikahan itu, saya dan suami mbolang ke Jember, ke Solo, atau ke Magelang, hanya untuk kondangan. Ada yang naik turun bis, ada yang naik turun pesawat, atau cuma duduk manis di dalam mobil. Saya ingat terakhir kali saya menstruasi adalah saat kami sedang pulang dari perjalanan ke Magelang, dan sedang mampir di pasar batik Pekalongan. 2 minggu sebelumnya, kami jalan ke Solo. Saat itu saya benar-benar merasa kelelahan. Dan benarlah, biasanya kalau kelelahan saya 'dapet'

Setelah itu, si mas bilang, intinya: 'mulai sekarang, kita istirahat dulu. nggak kemana-mana. biar kamu nggak kecapekan'. Dan, sebulan lebih kemudian, saya dinyatakan hamil. Meskipun harus keguguran di tengah jalan.

Oya, sebelumnya saya juga pernah diurut oleh tukang urut (ya iyalaah, masa diurut sama tukang sayur?)-waktu itu karena leher saya kecetit, eh malah jadi diurut seluruh badan- dan dia bilang kalau rahim saya lemah. Hmm.. Wallahu a'lam. Saya juga tidak tahu penjelasan secara medisnya dia tahu darimana. Karena itu, saya diminta untuk menguatkan rahim dengan makan makanan tertentu dan menghindari makanan tertentu secara berlebihan (buah dan sayuran). Dan sewaktu dia datang urut kedua kalinya, dan tahu saya habis keguguran, semakin banyaklah ceramahnya. Yah, intinya, saya dilarang bercapek-capek ria.

Saya sendiri sering heran, saya kok suka banget capek-capekan kesana-kemari. Contohnya saja liburan kemarin. Di tengah liburan, saya sempat bilang ke mas: 'waah, kalau capek-capek kayak gini, biasany dapet nih'. Dan lagi-lagi, dua hari kemudian, dapet beneran.

Jadi, mulai sekarang, sepertinya harus membatasi aktivitas nih. Karena Juni ini sudah 3 bulan sejak dikuret. Dan itu berarti sudah boleh merencanakan kehamilan lagi. Untuk semuanya sih, saya manut saja sama Allah. Karena Dia yang Maha Memberi, Maha Menjaga, Maha Mengatur segalanya. Pasrah saja. Yang penting, tetap jaga kesehatan dan stamina. Ya to?


*picture from google

Minggu, 05 Juni 2011

Sahabat-sahabat MP yang luar biasa



Beberapa waktu belakangan, saya benar-benar merasa dibuat kagum dengan sahabat-sahabat di MP. Mereka membuat saya merasa kecil, tidak ada apa-apanya. Ada yang telah berhasil menerbitkan bukunya sendiri, ada yang hobi dan jago fashion, ada yang pintar menggambar, tak sedikit yang ahli fotografi, ada yang langganan juara event menulis, dan masih banyaaakk lainnya yang begitu menginspirasi.

Kalau melihat diri sendiri. Apa yang bisa dibanggakan? apa yang sudah dihasilkan? Belum ada. Ya. Belum punya apa-apa. Tapi mereka yang ada di sini, telah membuat saya begitu bersemangat. Bersemangat untuk melakukan yang terbaik. Bersemangat untuk menjadi lebih baik dan terus lebih baik.

Terimakasih untuk MP, yang telah mengenalkan saya dengan sosok-sosok hebat. Terimakasih juga untuk mereka yang bersedia menjadi teman di sini. Kalian semua hebat, dengan kelebihan masing-masing.

I love MP :)

Kamis, 02 Juni 2011

HP (remaja) ababil...


Seharian puaaasss banget (baca: capek) jalan kemana-mana. Akhir perjalanan hari ini adalah ITC Cempaka Mas. Ayah mau cari RAM dan VGA. Eh, pas disananya aku tiba-tiba pengen beli sarung hp, karena sarung yang lama dirasa sudah lapuk dan buluk. Muter-muterrr, trus nemu ini deh. Kata ayah 'LUCU, NDA'. Kebetulan juga nyari yg putih kemana-mana nggak ada. Ya udah deeh, akhirnya beli juga sarung hp ini. Buat lucu-lucuan. Kayak hp (remaja) ababil yah??

Pede nggak yaa, bawa hp kelinci ini ke kantor? :D
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Selasa, 31 Mei 2011

(Not) Hijabi Fashion Week


This is one of my work costum, Taken a few days ago, when I 'was thinking' to join hijabi fashion week event. Couldn't find anyone to take my pict, so I captured it by myself, he he he


*gatel liat postingan tentang hijabi fashion week :D
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Jumat, 27 Mei 2011

Ngumpet di toilet itu bener-bener......... nggak enak!!!

Setiap orang pasti pernah merasa tertekan dengan pekerjaannya. Dan ya, itulah yang baru saja saya alami. Merasa tertekan. Bukan, sama sekali bukan dengan atasan, atau teman-teman, tapi lebih ke pekerjaan itu sendiri.

Jadi, tadi sore, saya sedang merasa lelah dan jenuh. Dan sepertinya sudah tak tertahankan, jadi saya mengungsikan diri ke toilet daripada meneteskan air mata di ruangan dan jadi perhatian semua orang.  Toilet sedang kosong. Dan saya sedang berusaha untuk menenangkan diri dengan mondar-madir, dan curhat ke suami via BBM. Tapi, belum apa-apa, mata sudah mulai berkaca-kaca. Dalam pikiran saya, gawat  kalau sampai ada orang masuk. Dan benarlah, ada seseoarang masuk. Saya langsung memosisikan diri menghadap ke arah jendela yang berpemandangan luar gedung, membelakangi pintu masuk. Tapi...

"Andiah! Eh, bla bla bla... "

Ups! Ternyata yang baru masuk adalah mbak-mbak satu ruangan. Dan dia bertanya tentang ini dan itu. Mau tidak mau, saya harus menghadapinya juga dong. Dan akhirnya sambil malu-malu saya berbalik.

"Bentar, bentar mbak, lagi nangis.. heheheh," kata saya sambil buru-buru menyusut air mata.

"Oh, oh, maap.. Nggak papa. Ya udah ntar aja," katanya sambil masuk ke dalam toilet (yang ada klosetnya maksudnya)

Setelah mbak itu pergi, akhirnya saya memutuskan untuk masuk ke salah satu toilet yang mati lampu (biar nggak kepergok orang lagi). Jarang sekali orang mau pake toilet itu karena gelap. Saya duduk di kloset, dan melanjutkan sesi curhat ke suami. Dan yah, wanita, semakin curhat, semakin deras air mata yang mengucur (lebaaaayyy :p). Jadi, saya diam-diaman di dalam toilet, sambil dinasehatin suami lewat hp.

Tak lama kemudiaan, seseorang masuk. Sebut saja mbak A. Dia langsung masuk ke toilet satunya (ada 2 toilet di sini, satunya ya yang mati lampu). Saya diam. Tak lama, dia keluar. Masih cuci tangan dan mematut diri di cermin depan wastafel sepertinya. Lalu masuklah mbak kedua, mbak B.

Mbak A: "Haaii.."

Mbak B: "Eeh, mbak A"

Mbak A: "Eh, kata Andiah, bajuku ini sama kayak bajumu yaa.."

Mbak B: "Eh iya. Waktu itu kan belinya bareng sama Andiah, bla bla bla..."

Hihihi. Geli juga menguping pembicaraan yang menyebutkan naman kita di dalamnya

Mbak A: "Eeh, aku duluan yaa.."

Mbak B: "Iya mbak"

Dan masuklah mbak B ke dalam toilet.

Sebenernya pengen keluar, tapi pasti nanti mbak B kaget. Jadi ya sudahlah, di dalam dulu.

Ada orang baru masuk. Mbak C

Mbak C: "Andiaaaahhh!!" (ternyata, mbak C itu mbak pertama yang memergokiku di awal tadi)

Mbak B: "Andiah nggak adaaa"

Mbak C: "Ini siapaa?"

Mbak B: "Beeee..!"

Mbak C: "Liat Andiah nggaak?"

Mbak B: "Enggaak.."

Mbak C: "Ooh, ya udah deh.."

dan mbak C pun keluar.

Masih menunggu dengan berdebar di dalam toilet, Sudah tidak menangis. Hanya geli. Tapi mata pasti masih merah. Jadi belum berani keluar.

Dan akhirnya, mbak B keluar juga. Dia cuci tangan sebentar, lalu segera keluar.

Amaaaaannn...

Dan saya pun pelan-pelan keluar dari tempat persembunyian

Nggak lagi-lagi deeh. Hehehee....


*picture taken from here

Kamis, 26 Mei 2011

Ini madu asli bukan ya???


Karena madunya lama di kulkas, jadi pas tadi pagi diambil, madunya agak beku. Trus, nggak dimasukin kulkas lagi. Pas tadi diliat, udah kayak gini. Kalo kek gitu, asli nggak teman? Kalau kata mas sih, yang mengendap itu sari madunya :)

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Gaya tidur kepepet

Dulu, waktu di toilet kantor masih ada kursi (nggak tau kenapa ada kursi ditaruh di toilet), kalau ngantuk tak tertahankan, suka lari ke sana buat numpang tidur barang sebentaaaarr, 10 menit aja cukup. Ngantuk kan manusiawi ya? Apalagi pada jam kerja, yang mengharuskan kita berada di kantor dari pagi sampai maghrib (tak jarang sampai malam), dan tidak waktu untuk tidur siang.

Tidur di toilet, nggak bisa dibilang nyaman. Namanya toilet, pasti banyak orang keluar masuk. Dan kalau ada yang datang, suka kaget, terbangun mendadak. tapi pernah juga cuek-cuek aja. Ngantuk berat boo.. :D

Karena  kursinya udah nggak ada, toilet pun sudah nggak bisa dijadikan tempat tidur yang nyaman. Aktivitas tidur lalu beralih ke meja kantor. Habis itu, begitu bangun, muka udah merah-merah nggak jelas. Ada capnya. Bisa tangan, bisa apa aja yang dijadiin tatakan, hihi..

Nah,  kalau sekarang, gaya tidurnya udah beda lagi. Udah jarang tidur di meja lagi. Nggak enak kalo diliat orang, apalagi big boss -_-. Beberapa hari belakangan muncul kebiasaan baru. Tidur barang semenit dua menit biasanya kalo abis sholat dzuhur. Tapi, musholla kecil deket toilet itu nggak enak buat tidur. Lantainya dingin keramik, dan banyak orang lalu lalang lewat ke toilet. Nggak banget pastinya kalau ada seorang cewek terkapar tiduran di sana -___-. Jadi, biar bisa tidur dengan nyaman dan tenang, biasanya saya tidur sambil sujud. Kayak lagi sholat itu looh. Dan masih pake mukena. Tapi tetep aja, tiap ada orang datang mau sholat, langsung bangkit dari sujud. Pura-puranya selesai berdoa. Hee he he....





Sejauh ini, belum menemukan bagaimana tidur yang nyaman saat kantuk melanda di kantor. Ada yang mau kasih saran?